ZONASULTRA.COM, WANGGUDU – Penyakit difteri salah satu penyakit menular yang di sebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Wabah mematikan ini telah masuk ke wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra), dan masyarakat mulai resah dengan munculnya virus tersebut.
Khusus daerah Kabupaten Konawe Utara (Konut), Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Konut, Nurjannah Efendi memastikan saat ini penyakit berbahaya itu belum masuk ke wilayah pengawasannya. Walau demikian, pihaknya terus meningkatkan pengawalan, pencegahan dan pelayanan kesehatan serta pengobatan di seluruh pelosok desa melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Untuk mengantipasi penyebaran penyakit difteri itu, mantan Sekertaris Dinkes Konut ini menyiagakan seluruh tim medisnya mulai dari dokter, bidan dan perawat untuk melakukan vaksin yang diberikan melalui imunisasi difteri, tetanus, pertusis (DPT) setiap melaksanakan posyandu.
(Baca Juga : Kenali Apa Itu Difteri)
“Pemberiannya sebanyak lima kali semenjak bayi masih berusia dua bulan. Sesuai penanganan medis anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan 18 bulan, dan usia 4-6 tahun,”kata wanita sapaan akrab Anna ini saat dikonfirmasi, Rabu (13/6/2018).
Diungkapkan, gejala munculnya penyakit menular ini antara lain sakit pada tenggorokan dan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu, radang tenggorokan dan serak, pembengkakan kelenjar pada leher, masalah pada pernapasan dan saat menelan, terdapat cairan pada hidung, demam menggigil.
Lanjutnya, batuk yang keras, perasaan tidak nyaman, perubahan pada penglihatan, bicara yang melantur
tanda-tanda shock seperti, kulit yang pucat dan dingin, berkeringat dan jantung berdebar cepat, terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan.
Virus difetri dapat memperparah penderitanya jika tak cepat diobati, dengan cara penyebaran infeksi ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf.
(Baca Juga : Libur Lebaran, Dinkes Konut Siagakan Tim Medis di 22 Puskesmas)
“Yang terkena penyaki difteri juga akan mengalami infeksi kulit. Bakteri penyebab penyakit ini menghasilkan racun yang sangat berbahaya jika menyebar ke bagian tubuh lain dan dapat menimbulkan kematian,”terangnya.
“Pemicu munculnya penyakit ini, karena lokasi yang di tinggali tidak mendapat vaksinasi difteri terbaru memiliki gangguan sistem imun, seperti AIDS, memiliki sistem imun lemah misalnya, anak-anak atau orang tua tinggal di kondisi yang padat penduduk atau tidak higienis,”tambahnya.
Dijelaskan, cara mengobati penyakit difeteri antara lain, penanganan sedini mungkin oleh ahli medis, pemberian suntikan antitoksin untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri, penyesuaian pengobatan dan pemberian obat-obatan.
“Pada pasien dengan alergi, biasanya dokter memberikan dosis antitoksin yang rendah dan meningkatkan kadar secara bertahap. Setelah itu, di lanjutkan dengan memberikan antibiotik untuk membantu mengatasi infeksi serta pendorong vaksin difteri setelah sehat, untuk membangun pertahanan terhadap bakteri difteri,”ujarnya.
“Jika orang tua dan anak melakukan kontak terhadap seseorang dengan penyakit difteri, maka segera mungkin mebdatangi dokter specialis untuk melakukan tes dan mendapatkan perawatan,”tutupnya. (B)