ZONASULTRA.COM, KENDARI – Gempa bumi yang terjadi pada Jumat (12/4/2019) malam pukul 19.40 Wita dengan kekuatan 6,9 skala richter (SR) mengguncang wilayah Kabupaten Morowali, Morowali Utara, dan Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Lalu, setelah dilakukan pemutakhiran, magnitudo gempa berubah turun menjadi magnitudo M=6,8. Episenter terletak pada koordinat 1,89 LS dan 122,57 BT tepatnya di Teluk Tolo, pada jarak 82 kilometer arah barat daya Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan kedalaman 17 kilometer.
Gempa bumi tersebut dilaporkan berpotensi tsunami, sehingga BMKG mengeluarkan peringatan dini akan terjadinya tsunami sekitar 5 menit usai gempa terjadi, dengan status acaman waspada dengan estimasi tinggi tsunami kurang dari 50 cm.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini berpotensi tsunami, sehingga BMKG dalam waktu kurang dari 5 menit setelah terjadi gempa segera mengeluarkan peringatan dini tsunami dengan status ancaman waspada.
(Baca Juga : Gempa Berpotensi Tsunami Guncang Banggai, Getarannya Sampai di Sultra)
Setelah dilakukan pemutakhiran magnitudo dan melakukan monitoring terhadap muka air laut melalui pengamatan tide gauge di lokasi Kendari (Sulawesi Tenggara) dan Taliabu (Maluku Utara), menunjukkan tidak ada kenaikan muka air laut yang signifikan.
Berdasarkan pengecekan kondisi lapangan oleh BMKG dan BPBD setempat juga tidak ada laporan adanya air surut maupun terjadinya tsunami. Atas dasar beberapa hal tersebut, maka BMKG pada pukul 19.47 WIB (20.47 WITA) menyatakan bahwa Peringatan Dini Tsunami berakhir.
Kepala Bidang informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono melalui siaran persnya menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif. Ada dugaan bahwa struktur sesar yang menjadi pembangkit gempa ini adalah Sesar Peleng yang jalurnya berarah barat daya-timut laut di Pulau Peleng dan menerus ke Teluk Tolo.
“Sesar Peleng merupakan sesar aktif yang memiliki laju sesar sebesar 1,0 milimeter per tahun dan magnitudo maksimum yang mencapai M=6,9. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan mendatar,” kata daryono, Sabtu (13/4/2019).
Dugaan ini didasarakan pada alasan bahwa lokasi episenter terletak pada kelurusan Sesar Peleng yang menerus ke laut dan sumber gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar menganan (dextral).
(Baca Juga : Fasilitas Pertamina Aman Pascagempa 6,9 SR di Sulteng)
“Saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa. Hingga pukul 23.50 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan terjadinya aktivitas gempa susulan (aftershock) sebanyak 43 kali dengan kekuatan paling besar M=5,6 dan terkecil M=3,4,” kata dia.
*Tektonik dan Sejarah Tsunami
Wilayah Kepulauan Banggai berada di kawasan rawan gempa dan tsunami. Secara tektonik di wilayah ini terdapat beberapa sesar aktif, seperti Sesar Naik Batui, Sesar Balantak, Sesar Ambelang, dan Sesar Peleng,
Berdasarkan catatan sejarah di Kepualauan Banggai sudah beberapa kali terjadi tsunami. Wilayah ini pernah dilanda tsunami pada 13 Desember 1858. Terjangan tsunami menyebabkan banyak desa-desa di pesisir pantai Kepulauan Banggai mengalami kerusakan yang parah.
(Baca Juga : Aktivitas Sesar Kendari, Gempa Guncang Punggaluku)
Selanjutnya, pada 29 Juli 1859 wilayah Kepulauan Pulau Banggai kembali dilanda tsunami yang menerjang dan merusak banyak bangunan rumah yang terletak di wilayah pesisir.
Terakhir adalah tsunami akibat gempa dengan magnitudo M=7,5 pada 4 Mei 2000. Gempa ini memicu tsunami yang kemudian melanda Luwuk, Banggai, dan Peleng. Tsunami Banggai ini memiliki ketinggian yang diperkirakan mencapai hingga 3-6 meter di Kecamatan Totikum, Kayutanyo, dan Uwedikan dengan landaan tsunami sejauh 100 meter dari garis pantai. Di Dermaga Totikum air surut kurang lebih 200 meter. Kejadian gempa dan tsunami tahun 2000 ini mengakibatkan korban meninggal sebanyak 46 orang dan 264 orang luka-luka. (B)
Kontributor : Sri Rahayu
Editor : Muhamad Taslim Dalma