ZONASULTRA.COM,TIRAWUTA– Bupati Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara, Tony Herbiansyah menyerahkan satu buah kunci rumah kepada salah seorang guru SDN 1 Aere bernama Rambe, di momen peringati Hari Guru Nasional (HGN) ke-74 tahun 2019,
Rambe merupakan tenaga pengajar yang sudah berusia 56 tahun. Ia terangkat menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) sejak tahun 2006 lalu. Penyerahan dilakukan secara simbolis usia melaksanakan upacara HGN di lapangan Lalingato, Rabu (27/11/2019).
Menurut Tony, program bedah rumah guru merupakan sebuah bentuk inovasi dalam memberikan penghargaan kepada guru yang telah mengabdi dengan baik khususnya di wilayah Koltim. Tidak hanya itu, program tersebut dapat menjadi motivasi atau spirit bagi guru dalam meningkatkan profesionalitas saat menjalankan tugas.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikmudora) Koltim, Surya Adelina Hutapea mengatakan, program bedah rumah guru merupakan gagasan yang dicetuskannya sendiri.
(Baca Juga : Pesta Panen, Bupati Koltim Ajak Petani Ladongi Terus Berinovasi)
Program itu untuk memberikan perhatian kepada guru yang telah lama mengabdi, tidak terputus dalam mengabdi serta berbedikasi tinggi. Program ini berjalan sejak awal tahun 2019.
“Sejak program ini berjalan, sudah tiga rumah guru yang kami bedah dari tiga kecamatan di wilayah Koltim,”ucap Surya, Rabu (27/11/2019).
Guru yang tersentuh program bedah rumah ialah sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh pihak Diknas. Misalnya, mengajar tidak pernah putus, sudah mengabdi setidaknya 5 tahun, 10 tahun bahkan sampai 20 tahun. Serta berasal dari guru tidak mampu dengan pendidikan terakhir minimal D3 atau S1.
“Dalam setahun kami tidak targetkan berapa rumah guru yang dibedah. Setiap ada dana kami bedah lagi sesuai dengan kriteria yang kami tentukan,”ujarnya.
(Baca Juga : Green House Dibangun di atas Lahan Bupati Koltim)
Istri Bupati Koltim ini mengungkapkan bahwa sumber dana yang digunakan dalam program bedah rumah guru berasal dari sumbangan pribadi yang tidak mengikat, baik sumbangan dari lingkup Diknas dan PGRI Koltim.
“Program ini akan tetap berlanjut ditahun-tahun berikutnya. Kita upayakan bisa tersentuh di 12 kecamatan yang ada di Koltim. Kami ingin memotivasi teman-teman guru yang lain bahwa sekalipun bukan seorang sarjana namun bisa mendapatkan penghargaan dari dinas pendidikan dan PGRI,”tukasnya.
Surya berharap guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tidak hanya sebatas selogan. Melainkan, bisa menjadi satu perhatian lebih seperti dalam bentuk penghargaan. Dengan begitu, kinerja guru itu sendiri bisa lebih meningkat lagi sehingga tujuan yang diinginkan dalam dunia pendidikan dapat tercapai. (a)