Permabudhi Sultra: Sukseskan Pemilu, Wujud Nyata Bakti kepada Negara

Michael Tanjaya Ketua Permabudhi Sultra
Michael Tanjaya

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pengurus Persatuan Umat Budha Indonesia (Permabudhi) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengajak masyarakat seluruh masyarakat Sultra khususnya umat Budha, pada 17 April 2019 untuk menyalurkan hak pilihnya di tempat pemungutan suara (TPS).

Ketua Permabudhi Sultra, Michael Tanjaya mengatakan, Pemilu kali ini merupakan pesta demokrasi yang terbesar dan sangat unik, pasalnya pemilihan dilakukan secara bersamaan antara pemilihan calon anggota legislatif (Caleg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres).

Sehingga, lanjut Michael, biaya yang dikeluarkan negara tidak sedikit. Jadi makin banyak yang mendukung Pemilu ini berarti semakin berkualitas, maka menurutnya, tidak akan ada gejolak yang akan menolak hasil pemilu.

“Pemilu ini merupakan salah satu wujud bakti kita kepada negara, selain berbakti kepada orang tua dan orang tua kita namun itu merupakan bakti kecil. Ada bakti yang lebih besar yaitu bakti kepada negara. Jadi kita menyalurkan suara untuk memilih pada pemilu ini salah satu wujud nyata kita untuk ikut berbakti kepada negara,” tegas Michael Tanjaya, Selasa (9/4/2019).

(Baca Juga : Tokoh Lintas Agama di Sultra Deklarasi Pemilu Damai)

Ia menambahkan, karena suara setiap warga negara sangat menentukan masa depan negara dan bangsa Indonesia kedepan. Sebab, ikut menentukan perwakilan-perwakilan yang ada di daerah, kabupaten, provinsi dan pemimpin di negara ini.

Michael menekankan, kepada pemeluk agama Budha bahwa masalah keamanan dan ketertiban dijamin oleh pemerintah, khususnya TNI dan Polri, sehingga ke TPS tidak perlu ada rasa terkekang, takut dan terintimidasi.

“17 April ini kan hari libur, kita korbankan hari libur itu kita ajak keluarga kita ke TPS, anggaplah kita rekreasi, jadi bagi teman-teman yang memiliki kegiatan usaha ekonomi, kita imbau karyawan itu diliburkan, supaya karyawannya bisa pulang kampung untuk memilih,” pintanya.

Michael yang juga pengusaha di kota Kendari menegaskan, hal itu juga diterapkan di dalam usahanya dengan meliburkan seluruh karyawannya supaya mereka bisa pulang, bisa berkumpul bersama orang tua dan bisa menyalurkan hak pilihnya juga pada 17 April 2019 nanti.

Namun, sebelum ke TPS, masyarakat harus memastikan mengetahui cara atau prosedur cara memilih yang benar, supaya suara sah, jangan asal mencoblos. Pemilik suara harus tau semua prosedurnya, ada lima jenis kertas suara yang ada akan dicoblos.

Pada kesempatan itu, owner hotel Fortune itu mengingatkan masyarakat terkait NKRI. Menurutnya, hal itu merupakan harga mati bahwa sejarah sudah membuktikan, Indonesia negara yang sangat pluralisme dan majemuk, tetapi bisa bertahan puluhan tahun tidak terpecah-belah, karena ada ideologi Pancasila.

(Baca Juga : Mahasiswa UHO Deklarasikan Pemilu Damai 2019)

Walaupun berbeda-beda suku, bangsa, bahasa dan budaya, tetapi itu dianggap sebagai pembeda, tetapi itu merupakan suatu kekayaan, aset bangsa, bukan alat bercerai berai sesama warga, tapi merupakan alat pemersatu.

“Seperti bunga, kalau cuma satu warna kan kurang bagus, begitu juga saat kita berpakaian, harus ada kombinasi warna, begitulah keberagaman, kita butuhkan, unsur penyatunya itu ideologi negara Pancasila,” ujar Michael.

Dirinya juga mengimbau kepada pemeluk agama Budha pada khususnya untuk menghindari money politic.

“Jangan sekali-kali kita membiasakan orang untuk membeli suara kita, sama saja kita menjual kebebasan kita, jangan biasakan memberi atau menerima uang supaya bisa terpilih dalam pemilihan ini,” imbaunya.

Michael juga mengimbau agar tidak menggunakan rumah ibadah untuk kegiatan-kegiatan politik. Walapun dirinya tahu banyak pemuka-pemuka agama yang ikut terlibat politik. Baginya, rumah ibadah itu tempat yang sakral dan suci, tidak boleh kita campur adukan agama dengan politik. “Jangan kita gunakan agama sebagai alat kepentingan politik,” harapnya.

Dirinya juga mengimbau kepada pemeluk agama Budha dan masyarakat lintas agama, supaya jangan membuat hoaks, menyebarkan berita-berita bohong. Ia meminta masyarakat menjauhkan diri dara semua ujaran-ujaran kebencian.

“Walaupun kita tidak membuat tapi kalau kita ikut menyebarkan berarti sama saja kita ikut berdosa. Karena kekuatan media sosial sangat besar dan berbahaya sehingga kita harus jeli menggunakannya,” tandas Michael Tanjaya.

Selain itu, Michahel menegaskan ideologi Pancasila itu sudah final. Tidak boleh ada sistem negara lain yang akan dibenturkan dengan konsep negara pancasila. Hal itu kata dia telah dioertegas oleh pernyataan Capres-Cawapres dalam kesempatan debat terakhir. Jadi menurutnya, kalau capres sudah mengeluarkan statemen seperti itu masyarakat harus mengikuti.

“Bahwa ini bukan kepentingan perang agama, tapi cuma mau mengemban kepercayaan dari rakyat untuk melanjutkan kepemimpinan lima tahun kedepan,” tutupnya. (b)

 


Kontributor : Fadli Askar
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini