Pilkada Koltim dan Peluang Penantang Tumbangkan Petahana

2076
Tony Herbiansyah - Samsul Bahri Majid
Tony Herbiansyah - Samsul Bahri Majid

ZONASULTRA.COM, TIRAWUTA – Pesta demokrasi lima tahunan pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) tinggal menghitung hari lagi. Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan, pesta perebutan kursi pimpinan di daerah ini akan dilaksanakan pada 9 Desember 2020.

Pertarungan di Koltim terbilang cukup panas. Pasalnya, hanya ada dua calon yang akan beradu ide dan gagasan untuk merebut simpatik para wajib pilih. Pertama Samsul Bahri Majid – Andi Merya Nur dengan akronim Samsul Bersama Merya (SBM). Pasangan ini didukung oleh empat partai politik yakni PDIP, PAN, Gerindra, dan Partai Demokrat. Total perolehan kursi legislatif untuk empat partai ini sebanyak 11 kursi dari 25 kursi parlemen.

Kandidat kedua adalah petahana Tony Hebiansyah – Baharuddin dengan akronim Bersatu. Pasangan ini didukung oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem), PKS, PBB, dan Golkar. Pasangan ini mendapatkan dukungan 14 kursi parlemen.

Pengamat Politik Universitas Halu Oleo (UHO) Najib Husein menyebut, pertarungan head to head antara SBM dan Tony – Baharuddin membuka peluang besar bagi penantang untuk dapat menumbangkan petahana.

Meski memiliki modal besar dengan status petahana, Tony Herbiansyah dan tim suksesnya dipaksa bekerja keras untuk mempertahankan tahta. Sebab, dengan pertarungan head to head ini penantang sangat berpeluang membalikkan keadaan. Apalagi kedua kandidat kata Najib, memiliki nilai jual dan modal yang sama.

“Penentuannya adalah tiga bulan ke depan, apakah penantang dapat memaksimalkan seluruh potensi atau tidak, kalau bisa dimaksimalkan dengan baik oleh penantang maka saya yakin Pilkada Koltim akan sangat seru karena mereka memiliki modal yang sama. Kekuatan modal politik, dukungan partai, hingga modal sosial mereka berimbang,” kata Najib Husein kepada zonasultra.id, Sabtu (29/8/2020).

Biasanya, penantang akan datang dengan membawa isu perubahan, mulai dari perbaikan tatanan birokrasi dan isu kegagalan program. Isu ini kerap muncul dengan tujuan untuk menarik simpatik pemilih, sementara bagi petahana isu yang akan dipertahankan adalah melanjutkan pembangunan yang sudah dilaksanakan.

Khusus di daerah ini, kedua isu tersebut memiliki sisi positif dan negatifnya. Sebab, SBM yang pernah mejabat sebagai sekretaris daerah dan pasangannya Andi Merya Nur yang juga adalah Wakil Bupati Koltim yang dahulu menemani Tony Herbiasnyah, akan ditagih oleh masyarakat tentang prestasi apa yang telah dicapai pada saat menjabat, meskipun tagihan prestasi ini tidak akan muncul pada kalangan pemilih fanatik SBM.

Hal yang bisa dilakukan oleh penantang untuk menggunakan isu menurut Najib adalah kejujuran penantang dalam hal menyampaikan kepada publik kekurangan petahana selama memimpin Koltim empat tahun belakangan ini. Dengan begitu, penantang dengan mudah dapat menyampaikan kepada pemilih menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

Pengamat Politik UHO Najib Husein
Najib Husein

“Utamanya pemilih Koltim ini masih termasuk pemilih tradisional, sehingga dengan bahasa yang mudah dalam menyampaikan strategi untuk menata pelayanan, memperbaiki keadaan, meningkatkan kesejahteraan, adalah sesuatu hal yang masih bisa disampaikan kepada pemilih dengan tujuan menarik mendapatkan dukungan,” ujarnya.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Sementara untuk petahana, menurut Najib, akuntabilitasnya akan diuji di depan publik karena petahana adalah kandidat yang akan paling banyak menerima tagihan kinerja dari janji kampanyenya lima tahun lalu.

Pada posisi ini, petahana harus memiliki kemampuan menjabarkan progres dari janji kampanye itu. Jika tidak maka hal ini bisa menjadi cela bagi penantang untuk bisa merebut segalanya dari petahana.

Dukungan Partai Bukan Penentu Kemenangan

Dari sisi jumlah dukungan partai politik (Parpol), kedua kandidat memiliki kekuatan yang sama, yakni sama-sama didukung oleh empat partai politik. Namun dari sisi dukungan parlemen, pasangan Tony Herbiansyah – Baharuddin memang sedikit lebih unggul yakni selisih tiga kursi dari total kursi parlemen Koltim.

Kendati memiliki keunggulan dalam hal dukungan di legislatif, pasangan dengan akronim Bersatu ini belum bisa berbangga diri. Sebab, dukungan legislatif bukan penentu untuk memenangkan kontestasi.

Di sisi lain, pasangan Samsul Bahri – Andi Merya diunggulkan dengan posisi empat partai politik yang menjadi kendaraan mereka. Sebab keempatnya masing-masing memiliki perwakilan di parlemen pusat (DPR RI). Hal ini menjadi tambahan suplemen penantang yang bisa dijadikan bahan “jualan” kepada pemilih.

“Kekuatan parpol pada saat pemilihan legislatif berbeda dengan dukungan parpol di pilkada, karena kalau di pilcaleg yang dijual itu adalah parpol, sementara di pilkada yang dijual adalah figurnya. Jelas pemilih melihat figur untuk menentukan pilihannya. Nah inilah yang harus dimanfaatkan oleh kedua kandidat,” ujarnya.

Kecenderungan pemilih dalam menentukan dukungan kerap diperhadapkan pada beberapa faktor, seperti hubungan emosional, primordial, dan juga hubungan relasi. Menurut Najib, meski kandidat didukung oleh mayoritas anggota parlemen, kandidat tersebut belum bisa mengklaim bahwa dirinya akan menang, terlebih bila kandidat itu tidak memiliki hubungan baik dengan masyarakat pemilih.

Dari beberapa faktor yang bisa saja dimanfaatkan oleh masing-masing kandidat untuk meraup dukungan, isu primordial atau isu kesukuan adalah yang paling berbahaya. Sebab isu ini bisa saja menjadi ajang perpecahan antarmasyarakat pemilih. Hal ini bisa dilihat dengan adanya beberapa kandidat yang akan bertarung dengan mengemas isu kedaerahan.

Untuk mempertahankan tahta kekuasaan, ada dua hal yang kerap dilakukan oleh kandidat berstatus petahana, yakni memborong seluruh partai politik dengan harapan melawan kotak kosong, dan membuka peluang bagi calon lain untuk menjadi kontestan agar basis massa terpecah. Sebab jika pertarungan dilakukan dengan skema head to head maka peluang kemenangan bagi penantang akan sangat terbuka lebar.

Optimisme Penantang

Semula langkah pasangan Samsul Bahri Majid – Andi Merya Nur disebut-sebut akan kandas karena petahana akan memborong seluruh parpol, namun hal itu terbantahkan dengan deklarasi yang dilakukan oleh pasangan ini beberapa hari yang lalu. Dalam deklarasi ini turut dihadiri oleh petinggi partai politik tingkat provinsi.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Sebut saja Lukman Abunawas yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP dan Abdurahman Saleh yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN. Kedua tokoh ini juga menjabat sebagai Wakil Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.

Deklarasi yang dihadiri oleh ribuan pendukung dan simpatisan ini semakin meyakinkan Samsul Bahri Majid untuk bisa memenangkan pertarungan melawan Tony Herbiansyah. Terlebih hal ini tidak pernah direncanakan sebelumnya.

“Kami tidak pernah merencanakan akan ada deklarasi seperti kemarin, karena kemarin itu hanyalah agenda menyambut petinggi partai dan juga menyambut rekomendasi yang nantinya akan kami gunakan pada saat mendaftar di KPUD pada 23 September mendatang,” ujar Samsul Bahri.

Keinginan untuk maju tercetus setelah ia mendapat dorongan dari masyarakat luas yang merasa prihatin dengan kondisi Kolaka Timur. Menurutnya, ada beberapa sektor yang harus diperbaiki untuk bisa membawa Koltim ke arah yang lebih baik, mulai dari penataan birokrasi, peningkatan sumber daya manusia, dan juga peningkatan produktifitas pertanian yang itu menjadi andalan daerah.

Sebagai orang yang pernah menduduki kursi jabatan tertinggi di birokrasi, Samsul Bahri mengaku sangat paham dengan bobroknya tata kelola pemerintahan, khususnya di birokrasi yang berimbas pada pelayanan publik yang tidak maksimal.

“Dorongan ini terus berdatangan, setelah saya berdiskusi dengan Ibu Merya akhirnya kami putuskan untuk bersama-sama dengan membawa misi perubahan Koltim yang lebih baik ke depan. Sektor yang menjadi prioritas kami ke depan jika diberikan amanah adalah sektor pertanian, sebab mayoritas penduduk Koltim berprofesi sebagai petani. Selain itu, sektor ini adalah satu-satunya sumber PAD daerah,” ujarnya.

Dengan banyaknya dukungan masyarakat yang secara sukarela bergerak untuk memenangkan pasangan Samsul Bahri Majid – Andi Merya Nur, menjadi lampu peringatan bagi petahana untuk tidak menyepelekan kandidat ini. Terlebih dengan kekuatan empat partai politik yang mendukung pasangan ini, disebut sebagai parpol yang memiliki kader dengan militansi tinggi.

Jika dibangingkan dengan Pilkada Koltim sebelumnya, kala itu, duet Tony Herbiansyah dan Andi Merya Nur yang tampil dengan akronim Tentram berhasil menjadi jawara dengan menumbangkan pasangan Wahyu Ade Pratama Imran – Idul Fitri Syam, Muhammad Buddu – Ridwan Basnapal, dan pasangan Samsu Alam – Farida Herianti.

Kali ini Tony Herbiansyah akan berhadapan dengan Samsul Bahri Majid yang berpasangan dengan mantan wakilnya dahulu. Nasib keduanya akan ditentukan pada 9 Desember 2020 mendatang. Akankah Tony bisa mempertahankan tahta kekuasannya? Dan akankah Samsul Bahri Majid dapat merebut kursi pimpinan?

Rencananya besok, Minggu (30/8/2020) pasangan Tony Herbiansyah – Baharuddin akan menggelar deklarasi pencalonan di lapangan sepak bola Latamoro, Kelurahan Rate-rate, Kecamatan Tirawuta, Koltim. Acara ini rencananya akan dihadiri oleh ribuan pendukung dan simpatisan. (*/b)

 


Kontributor: Restu Tebara
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini