ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) tengah memeriksa empat orang personel terkait pengerahan helikopter dalam pembubaran demonstrasi mahasiswa pada Sabtu (26/9/2020).
Pelaksana harian (Plh) Kepala Bidang(Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Sultra Kombes Pol La Ode Proyek mengatakan, empat personel tersebut antara lain pilot, co-pilot dan dua orang mekanik. Hasil pemeriksaan sementara, pilot berdalih, menerbangkan helikopter untuk mengimbau pendemo agar tidak anarkis.
“Dia turun dengan maksud akan memberikan imbauan supaya massa jangan anarkis. Imbauan kepolisian, mencoba mengimbau tetapi alat (pengeras suara) tersebut tidak berfungsi,” ujar La Ode Proyek saat dihubungi melalui telepon, Selasa (29/9/2020).
Kepala Bidang Hukum (Kabidkum) Polda Sultra ini menjelaskan, pengerahan helikopter sengaja diterbangkan untuk memantau kondisi Kota Kendari menjelang persiapan demontrasi sejak Kamis (24/9/2020). Maka, helikopter tersebut diterbangkan selama tiga hari berturut-turut.
Pada Sabtu, helikopter kembali melakukan pemantauan. Saat itu, kata Proyek, demo sudah mulai chaos (ricuh), sehingga sang pilot mengambil keputusan diskresi. Diskresi itu, tambah dia, diatur dalaam pasal 18 nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian.
“Tetapi saat ingin melakukan imbauan (pilot) tidak koordinasi dengan pengendali operasi. Kendali operasi itu kan Karo Ops, kendali umum oleh Kapolda. Kenapa dia tidak melakukan (koordinasi), karena dia ambil keputusan diskresi itu,” tegas Proyek.
Laode Proyek mengklaim, pengerahan helikopter dalam menghadapi demontrasi sudah sesuai dengan Peraturan Kapolri (Perkap) nomor 16 tahun 2006 pasal 23 tentang pengendalian huru hara (PHH). Bahwa satuan pendukung polisi udara tetap melakukan pantauan dan memberikan imbauan kepolisian dari udara, sedangkan fungsi-fungsi yang lain melakukan tugas sesuai tupoksinya. Tetapi, pihaknya mengakui hal ini baru pertama kali dilakukan.
“Selama ini kan belum (kerahkakan helikopter), Iya (baru pertama kali), ini kan fungsi pendukung. Semua fungsi pendukung harus koordinasi ke pengendali operasi kalau melakukan kegiatan seperti ini,” tukas dia.
Sebelumnya, helikopter yang terbang rendah tersebut muncul dari dalam Mapolda lalu mengarah ke atas pendemo. Putaran baling-baling memicu angin yang cukup kencang, akibatnya debu dan sampah kering beterbangan menyapu pendemo.
Massa akhirnya berlarian menghindari kepulan debu. Api pembakaran ban dan replika pocong polisi berserakan hingga mati. Sejumlah mahasiswa menyelamatkan diri. Jurnalis yang ikut meliput kejadian itu berlarian mencari tempat aman. (a)
Reporter: Fadli Aksar
Editor : Kiki