Rakor Pemasaran Pariwisata se-Sultra, Kemenparekraf Tekankan Strategi yang Kreatif

58
Rakor Pemasaran Pariwisata se-Sultra, Kemenparekraf Tekankan Strategi yang Kreatif
PEMASARAN PARIWISATA - Rapat Koordinasi (Rakor) Pemasaran Pariwisata yang dihadiri 17 dispar kabupaten/kota se-Sultra, di salah satu hotel Kendari, Jumat (9/6/2023). (Foto: Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.ID)

ZONASULTRA.ID, KENDARI – Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf )RI, Dwi Marhen Yono menekankan pentingnya strategi yang kreatif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Dwi Marhen menjelaskan sesuai dengan apa yang disampaikan Presiden Jokowi dan Menparekraf Sandiaga Uno bahwa pemerataan pembangunan tidak hanya sebatas infrastruktur tapi juga termasuk dari sisi pemasaran pariwisata. Semua dinas pariwisata (dispar) harus dapat menyiapkan tim kreatif yang di dalamnya terdapat desain grafis, fotografer, dan narator. Tim ini setiap hari bertugas membuat konten-konten kreatif tentang pariwisata.

“Jadi ada beberapa dinas pariwisata itu yang belum punya tim kreatif kita paksa untuk punya tim kreatif,” ujar Dwi Marhen di sela-sela Rapat Koordinasi (Rakor) Pemasaran Pariwisata yang dihadiri 17 dispar kabupaten/kota se-Sultra, di salah satu hotel Kendari, Jumat (9/6/2023).

Lewat rakor itu, seluruh dispar diharapkan dapat menyamakan persepsi dan memberikan motivasi bila belum punya tim kreatif agar segera membentuknya. Selain itu, dispar juga perlu memiliki perencanaan yang baik, khususnya dalam pemasaran pariwisata.

Dwi Marhen mengistilahkan struktur pariwisata itu seperti rumah yang butuh lima pilar seperti Pancasila. Pertama adalah sumber daya manusia yang harus disiapkan; kedua adalah industri mulai dari pengusaha, hotel, restoran, maskapai dan lainnya; ketiga adalah kelembagaan; keempat adalah pemasaran pariwisata: dan kelima adalah destinasi wisata.

BACA JUGA :  Dorong Peningkatan Kualitas Event Pariwisata, Dispar Sultra Launching KEN 2024

Rakor Pemasaran Pariwisata se-Sultra, Kemenparekraf Tekankan Strategi yang Kreatif

“Pemasaran itu kalau ibarat sungai itu di hilirnya. Ketika di hulunya itu destinasi siap, industri siap, baru kita jual. Jadi biar tidak kebalik, kadang teman-teman belum siap lima pilarnya, sudah dihuni, akhirnya roboh duluan,” ujar Dwe Marhen.

Jika lima pilar tersebut dapat disiapkan dengan baik maka ketika wisatawan datang akan merasa puas. Kepuasan ini penting sebab pariwisata adalah bisnis kebahagiaan. Misalnya ketika wisatawan bahagia maka akan dengan senang hati mengeluarkan uang, hasilnya pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif pun akan merasa bahagia karena banyak uang masuk.

Dalam rakor tersebut, Kepala Dispar Sultra Belli menyampaikan bahwa Sultra saat ini sedang populer desa wisata. Sebelumnya sudah sejumlah desa di Sultra yang masuk nominasi Anugerah Desa Wisata (ADWI) tahun 2021, 2022, dan 2023. Terbaru adalah Sani-sani yang berhasil masuk hingga ke 75 besar desa wisata terbaik pada ADWI 2023.

Kini banyak penggiat desa termasuk kepala desa aktif mendorong desanya untuk menjadi desa wisata. Dispar Sultra sendiri terus aktif mendorong agar bagaimana desa wisata di Sultra terus bertambah.

“Ada beberapa desa wisata yang diam-diam kita favoritkan, kita aktif mendorong bagaimana bisa berbicara banyak, ada di Bombana, Konawe Utara, terus kemudian di Muna juga ada yang keren-keren,” ujar Belli dalam sambutannya.

BACA JUGA :  Dorong Peningkatan Kualitas Event Pariwisata, Dispar Sultra Launching KEN 2024

Selain itu, Dispar Sultra aktif mendorong dan memfasilitasi para kepala desa untuk belajar di Pulau Jawa sebab dari segi manajemen desa wisata di Pulau Jawa lebih maju. Meski begitu, dari segi keindahan desa-desa wisata yang ada di Sultra tidak kalah dengan di Jawa. Masalahnya, kata Belli, kadang masyarakat desa tidak menyadari bahwa wilayahnya begitu indah dan memiliki banyak potensi wisata.

“Saya ingat salah satu komentar kepala desa yang kita bawa belajar di desa wisata Nalendra di Yogyakarta. Setelah pulang dia ngomong ‘tidak ada apa-apanya mereka di sana cuma kita saja yang zolim dengan daerah kita sendiri’. Kenapa zolim? Karena kita tidak merawat desa, kita biarkan sampah bertumpuk di mana-mana, kita membiarkan orang merusak keindahan desa kita, dan kita tidak membuat sesuatu kegiatan yang membuat orang betah datang berkunjung ke desa kita,” ujar Belli.

Kendati demikian, kata Belli, gerakan-gerakan penyadaran terus dilakukan. Hasilnya sudah ada beberapa kepala desa mampu melibatkan masyarakat untuk membuat event di desa dan aktif membuat promosi di media sosial, sehingga desa tersebut menjadi tujuan wisata di akhir pekan. (*)

 


Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini