ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) nyaris menyentuh level Rp 15.000 per USD. Rupiah berada di level Rp 14.999, menuju level Rp 15.000 per USD.
Menanggapi hal ini anggota Komisi XI asal Sulawesi Tenggara (Sultra) Haerul Saleh mencoba optimis situasi ini akan membaik. Haerul juga terus berkoordinasi dengan mitra Komisi XI dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) maupun Bank Indonesia (BI).
“Pemerintah dan BI masih optimis bahwa situasi ini hanya perlu penyesuaian. Potensi ke depan masih bisa membaik,” ujar Haerul Saleh saat ditemui di ruang kerjanya di Gedung Nusantara I DPR RI Senayan Jakarta Selatan, Selasa (4/9/2018).
Tidak dipungkiri Haerul, bahwa berdasarkan rapat dengan BI kondisi neraca perdagangan Indonesia tidak dalam kondisi baik.
“Semalam kita rapat dengan BI dan memang neraca perdagangan Indonesia tiga bulan berturut-turut mengalami defisit,” terang anggota DPR RI asal Sultra ini.
Namun pemerintah tetap optimis tidak akan mengalami krisis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai rupiah, itu salah satunya adalah The Fed (The Federal Reserve System : bank sentral Amerika Serikat) yang menaikan suku bunga.
Selain itu, perang dagang antara Amerika Serikat dan China turut mempengaruhi kondisi keuangan dunia. Haerul mengatakan, ancaman perang dagang kedua negara super power ini membuat Amerika menaikkan bea masuk barang-barang dari China.
“Tapi bukan hanya dari China akhirnya, termasuk dari Indonesia juga kena imbasnya. Ekspor kita menjadi berat karena dinaikan bea masuk dan itu menggunakan dollar,” pungkas politsi Gerindra ini.
Banyaknya belanja dollar juga otomatis mengakibatkan rupiah menjadi terdepresiasi.
Sementara itu legislator lain dari Sultra yakni Ridwan Bae mengatakan hal yang sama. Ia menghimbau kepada masyarakat agar tidak panik terhadap pelemahan rupiah saat ini.
“Tentu kita percayakan ke Pak Jokowi dengan pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan mampu mengatasi. Kita tidak perlu panik,” terang Ridwan Bae saat dikonfirmasi awak Zona Sultra.
Menurutnya, penguatan terhadap kurs dolkar tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan juga terjadi di negara lain. Bahkan sekelas negara Turky juga mengalami hal yang sama.
“Kita harus mempercayai. Apalagi menghadapi pemilu seperti sekarang tentu mereka berjibaku mencari solusinya,” pungkas Ketua DPD I Golkar Sultra.
Mantan Bupati Muna dua periode ini juga menegaskan, kondisi ini bukan pertama kalinya dialami Indonesia. Ia optimistis, pemerintah akan berjuang memberikan yang terbaik.(A)
Reporter : Rizki Arifiani
Editor : Kiki