ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Istilah itu sangat epat menggambarkan nasib, Rohani (50), warga Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari. Pasalnya di tengah bencana wabah pandemi virus Corona dirinya juga ditimpa musibah.
Rohani adalah salah satu nasabah bank BNI di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Ia kehilangan saldo senilai Rp 13 juta.
Ia menuturkan, siang itu, (24/5/2020) ibu tiga anak ini menenteng tas kecil berisi kartu anjungan tunai mandiri (ATM) BNI bergegas menuju supermaket tempat mesin ATM itu ada. Jaraknya tidak jauh dari rumahnya.
Ibu rumah tangga ini, hendak memenuhi kebutuhan untuk mempersiapkan perayaan Hari Raya Lebaran Idul Fitri 1441 hijriah yang tersisa empat hari lagi. Di benaknya, saldo rekening senilai Rp 15,6 juta. Sehari sebelumnya, Rohani dikirimi uang Rp 300 ribu oleh keluarganya.
Kebutuhan untuk lebaran sudah dicatat dan tersimpan di pikirannya. Namun, ingatan itu sontak buyar. Setibanya di mesin ATM BNI, ternyata di rekening saldo bersisa Rp 2 juta. Sedangkan Rp13 juta hilang tanpa sebab. Dia kaget bukan kepalang.
“Saya kaget, kenapa ini sisa Rp 2 juta, Rp 13 jutanya ke mana. Saya mau tarik 2 jutanya jangan sampai ada masalah, makanya saya nda tarik,” tutur Rohana saat wartawan bertandang ke kediamannya, Kamis (4/6/2020).
Rohani bilang, ingin mempertanyakan uang yang hilang itu. Tapi, esok hari memasuki libur menjelang lebaran. Akhirnya, dia mengurungkan niat untuk meminta pertanggungjawaban pihak BNI dan mengajukan keberatan dari peristiwa itu.
Ibu tiga anak ini pun pulang dengan tangan hampa. Alih-alih mengingat daftar belanjaan, justru peristiwa itu menyelimuti pikirannya. Baginya itu seperti mimpi di siang bolong. Pasalnya, selama 7 tahun menyimpan uang di bank negara itu, dia baru mengalami kejadian misterius itu.
Ironisnya, Rohani terpaksa mengutang ke saudaranya demi bisa merayakan hari suci itu meski dengan ala kadarnya. Kebutuhan lebaran tak bisa semuanya dipenuhi. Wanita paruh baya itu pun melalui lebaran itu dengan penuh misteri.
“Untung saya mengutang, untuk membeli ayam dan bahan makanan lebaran. Tidak banyak juga karena keluarga juga mau belanja lebaran,” katanya.
Perayaan lebaran yang berlangsung apa adanya itu pun usai. Dia kembali mendatangi mesin ATM BNI untuk mengecek saldo di rekeningnya. Berharap, uangnya kembali utuh. Saat dicek, saldonya telah kembali namun hanya Rp 8 juta. Dirinya pun langsung menguras habis isi saldonya, hingga tersisa Rp 99.
Tibalah saatnya Rohani menyambangi kantor BNI Cabang Anduonohu, Selasa 2 Juni 2020. Dengan semangat berapi-api, dengan rasa kesal tiba di kantor jasa penyimpanan uang itu. Kemudian bertemu dengan customer service, dia makin bingung.
Kata Rohani, pihak BNI menyebut belasan juta uang yang terdebet itu untuk pembayaran kartu kredit. Sementara, dia mengaku bukan nasabah yang memiliki kartu kredit.
“Menurut orang BNI, pendebetan dilakukan di Aceh. Ada orang yang memiliki nama yang sama dengan saya. Tapi, kan nomor rekening dan ibu kandung berbeda,” tanya Rohani.
Pihak BNI, kata wanita paruh baya ini, berjanji akan mengembalikan sisa Rp 6 juta tersebut. Rohani mengaku trauma menabung di bank BNI lagi. Saat uangnya dikembalikan utuh, dia langsung akan beralih ke bank yang lain.
“Katanya (BNI) sudah digantikan, tapi saya belum cek,” tukas dia.
Berdasarkan amatan jurnalis, ketika tengah berada di rumah Rohani, Pimpinan BNI Anduonohu Sutrisno terus menghubungi dirinya. Mereka ingin bersua langsung dengan ibu tiga anak itu. Jurnalis pun menunggu bermaksud mengklarifikasi pihak BNI.
Berselang beberapa menit, Sutrisno tiba. Tetapi, saat melihat keberadaan wartawan, Sutrisno tampak menghindar. Dipersilahkan duduk sebentar pun ditolaknya. Dirinya hanya mengambil buku tabungan Rohani lalu bergegas pergi.
“Bukan kewenangan saya untuk berbicara, tapi kepala Cabang BNI Kendari (Muzakkir),” seketika langsung bergegas masuk ke dalam mobil saat dikonfirmasi wartawan.
Terpisah, Kepala Cabang BNI Kendari Muzakkir saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya dan WhatsApp, tidak memberi tanggapan. Telepon tak diangkat, begitu dikonfirmasi via pesan WhatsApp pun tak dibaca. (*)