ZONASULTRA.COM, KENDARI – Namanya adalah Soa-soa, hewan jenis reptil yang menjadi ikon stand Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) pada perayaan Halo Sultra tahun ini.
Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Sultra Nur Indah menjelaskan, Soa-soa dapat tumbuh hingga mencapai ukuran panjang lebih 1 meter dan termasuk jenis kadal memiliki umur panjang dapat hidup 10-15 tahun.
Tubuh hewan ini dilengkapi dengan kaki yang kuat dan ekor panjang. Soa-soa akan mengembangkan gelambir kulit di lehernya agar terlihat lebih besar dengan tujuan menakuti pemasangan dan kompetitor lainnya saat merasa tidak aman.
Ciri fisik hewan ini sepanjang punggungnya ditumbuhi duri-duri kecil. Soa-soa jantan bagian pangkal ekor dilengkapi dengn layar tinggi yang digunakan untuk memikat betina saat musim kawin tiba.
Reptil yang berkerabat dekat dengn Iguana ini umumnya hidup di daerah dekat air, seperti tepian dan muara sungai hutan mangrove dan tepi pantai. Makanan utamanya adalah buah-buahan, dedaunan, serangga, anak burung, telur dan mamalia kecil sehingga termasuk jenis hewan omnivora (pemakan segalanya).
(Baca Juga : Begini Tampilan 17 Stand Pameran Kabupaten/Kota di Halo Sultra 2018)
Selain memanjat Soa-soa dapat berenang dengan baik untuk berburu mangsa. Bahkan saat terkejut Soa-soa layar dapat berlari diatas pemukaan air menggunakan kedua kakinya belakang yang ditopang oleh ekornya.
Hewan ini hidup berkelompok dengan satu pejantan dan beberapa betina, reproduksi dilakukan dengan cara bertelur (ovipar). Soa-soa jantan bersifat teritorial yang menguasai area dengn luasan tertentu.
Soa-soa jantan agresif dalam perilakunya, mereka juga bertanding untuk memperebutkan pasangan betinanya. Soasoa yang lebih besar biasanya lebih sukses merebut pasangan. Para betina juga merupakan spesies yang agresif namun mereka agresif dalam hal memperebutkan daerah kekuasaan.
“Soa soa yang ada di Indonesia ini berstatus dilindungi karena populasinya yang menurun dari tahun ke tahun serta maraknya perburuan liar dan beralih fungsinya hutan menjadi lahan pertanian yang mengakibatkan berkurangnya habitat tempat mereka berkembang biak,” ungkap Nur Indah kepada zonasultra, Rabu (25/4/2018).
Untuk di Sultra sendiri saat ini Soasoa masih hidup liar di hampir seluruh wilayah di Bumi Anoa, sementara untuk jumlah populasinya juga belum diketahui secara pasti.
Alasan memasang ikon ini adalah untuk memperkenalkan hewan Soasoa kepada masyarakat, kemudian sebagai bentuk komitmen pihaknya menghadirkan berbagai ikon variatif setiap pagelaran Halo Sultra.
Halo Sultra di Kolaka pihaknya memasang ikon Anoa, kemudian di Kolaka Timur (Koltim) pihkanya memasang ikon Rangkong dan Halo Sultra tahun lalu 2017 pihkanya memasang ikon Tarsius.
“Untuk keberagaman sih mas, Soa soa juga hampir ada diseluruh wilayah Sultra,” tukasnya. (A)