ZONASULTRA.COM, KENDARI – Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Sulawesi Tenggara (Sultra) terus mendorong pengembangan sektor usaha mikro kecil dan menengah di berbagai daerah di Sultra, salah satunya di Desa Aunupe, Kecamatan Wolasi, Kabupaten Konawe Selatan. Hal ini dilakukan untuk menekan pertumbuhan inflasi Sultra.
Konsultan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) BI Sultra Asman Hadianto mengatakan, BI aktif melakukan berbagai program hampir di seluruh kabupaten di Sultra. Dalam pelaksanaan program tersebut, BI mengembangkan sentra menjadi pengembangan cluster. Ke depan, pengembangan komoditi oleh pemerintah daerah akan dipertajam satu desa satu produk sebagai produk unggulan.
Asman mengungkapkan, dua hal yang menjadi perhatian BI adalah pembangunan pedesaan dan sektor pertanian karena sektor pertanian menjadi komoditi unggulan pedesaan. Dua hal ini menjadi tolak ukur BI untuk mendorong bagaimana desa dan sektor pertanian berkembang secara bersamaan. Namun belum sampai pada tahap pengembangan pertanian organik karena akan butuh waktu yang panjang.
“Kami lebih banyak mendorong pertanian yang ramah lingkungan,” kata Asman saat bertemu dengan para petani di Desa Aunupe, Senin (21/11/2016).
Selanjutnya, pada tahap jangka pendek akan terjadi perubahan perilaku. BI ingin mendorong bagaimana masyarakat desa tidak menjadi masyarakat kota yang persatuannya sudah terkikis. Karena salah satu modal yang paling kuat untuk membangun desa adalah persatuan. Dalam hal ini budidaya, mengembangkan teknologi secara bersama, dan membangun kelembagaan ekonomi masyarakat.
“Sederhananya, kelembagaan yang harus lahir di desa itu adalah lembaga yang bisa mendorong pergerakan perekonomian. Tentu saja dengan organisasi yang kuat, adanya partisipasi masyarakat, modal sosial yang tinggi, sehingga dapat memainkan peran dalam mendorong pembangunan sektor pertanian maupun sektor ekonomi,” jelasnya.
Setidaknya, kata dia, ada lima komoditi terpilih yang akan dikembangkan yaitu padi sawah, padi ladang, kakao, jeruk, holtikultura dan tanaman kehutanan. Inilah yang akan didorong untuk terus dikembangkan secara bersama-sama.
Lebih lanjut dijelaskan, dalam proses perjalanannya yang akan didorong lebih jauh adalah agar desa dapat mandiri modal, mandiri teknologi, dan mandiri benih. Kemudian yang paling penting adalah bagaimana lembaga memainkan pasar dan membangun kemitraan. Untuk selanjutnya akan dikembangkan pasar lelang agar harganya lebih maksimal.
“Lembaga yang dibentuk akan menjadi jembatan bagi petani. Selain itu, lembaga ini juga akan membangun kemitraan dengan swasta,” jelas Asman.
Dan warga petani di Desa Aunupe memilih lembaga ekonomi masyarakat dengan modal awal Rp 1 juta per kepala keluarga. Selain itu, ada pengembangan mata pencaharian alternatif untuk dijadikan pencaharian utama.
Terdapat 40 kepala keluarga yang menekuni usaha pertanian sayur mayur dengan tiga mitra pasar tradisional. Menurut Asman , butuh pengawalan secara teknologi agar komoditi unggulan cabai dan bawang sesuai dengan kalender musim dan kalender harga sehingga bisa memberikan keuntungan bagi petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (B)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati