ZONASULTRA.ID – Bagi Anda pencinta wisata alam yang memacu adrenalin, Desa Wisata Adventure Tinukari di Kecamatan Wawo, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra) bisa menjadi salah satu pilihan untuk dikunjungi.
Seperti namanya Desa Wisata Adventure Tinukari, desa ini menawarkan wisata alam yang menguji nyali, yaitu arung jeram atau rafting dan flying fox.
Arung jeram di Desa Tinukari ini merupakan yang pertama di Sultra. Panjang sungai yang dilalui yakni 2,5 kilometer. Apabila arus normal, waktu tempuh yang dibutuhkan 30 hingga 40 menit. Namun, bila arus deras bisa lebih cepat dari hitungan waktu tersebut.
Arung jeram Desa Tinukari ini bahkan pernah masuk nominasi wisata air terpopuler di ajang Anugerah Pesona Indonesia 2020 lalu.
Sementara wahana flying fox di Desa Tinukari memiliki ketinggian 30 meter dengan panjang lintasan 185 meter. Flying fox yang melintas di atas sungai ini sengaja dihadirkan untuk melengkapi wisata arung jeram.
Selain arung jeram dan flying fox, Anda juga bisa menantang diri dengan mendaki ke Gunung Mekongga, pegunungan tertinggi di Sultra.
Seperti diketahui, Desa Tinukari merupakan titik star jika ingin mendaki ke Gunung Mekongga karena letaknya yang berada tepat di dasar kaki pegunungan Mekongga. Pemandangan alamnya yang eksotis dijamin akan memanjakan mata.
Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara resmi menjadikan Desa Tinukari sebagai desa wisata pada 2018 dengan arung jeram sebagai objek wisata andalan.
Desa Tinukari memiliki luas 5.000 hektare atau sekitar 21.610 km² sedangkan luas kawasan yang digunakan untuk wisata kurang lebih tiga sampai empat hektare.
Kepala Desa Tinukari, Hasrawati, mengatakan, awal mula Tinukari menjadi desa wisata saat ada pengunjung dari luar Sultra yang mengecek arus sungai ketika hendak mendaki ke Pegunungan Mekongga. Menurutnya arus Sungai Tinukari cocok untuk rafting atau arung jeram.
Masukan tersebut disambut baik Pemerintah Desa Tinukari. Apalagi, di desa itu sudah sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara yang ingin mengeksplorasi Pegunungan Mekongga. Sehingga dengan adanya wisata arung jeram diyakini akan makin menarik minat wisatawan, baik lokal, nasional, maupun mancanegara.
Akhirnya pemerintah desa menggelontorkan anggaran untuk membeli peralatan rafting. Anggaran tersebut bersumber dari dana desa.
Saat ini, pengelolaan wisata di Desa Tinukari diserahkan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat. Sebelumnya, pengelolaan wisata dilakukan oleh sebuah lembaga. Namun karena kurang maksimal pengelolaan diserahkan ke BUMDes.
Fasilitas wisata di desa ini juga terbilang lengkap, sudah ada homestay, gazebo, bahkan pemerintah desa memanfaatkan lahan di bantaran sungai untuk pengunjung yang ingin camping.
Hasrawati mengakui kunjungan wisatawan ke desanya memang belum terlalu banyak karena arung jeram, flying fox, dan mendaki gunung merupakan wisata minat.
Oleh karena itu, ke depan pihaknya berencana membangun wisata buatan yang bersifat umum, misal kolam dan waterboom. Pasalnya, mendaki gunung, arung jeram, dan flying fox termasuk dalam wisata minat khusus yang tidak semua mampu melakukannya.
“Saat ini kita masih terkendala anggaran, tapi ke depan kita punya rencana seperti itu (wisata buatan). Pokoknya kita terus berusaha memperkenalkan potensi desa ini dengan segala keterbatasan anggaran,” kata Hasrawati.
Akses menuju Desa Tinukari dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari Kota Kendari, ibu kota Sultra, perjalanan kurang dari 6 jam sementara dari Kabupaten Kolaka sekitar dua jam.
Paket Wisata yang Ditawarkan
Objek wisata arung jeram Tinukari dibuka setiap hari. Namun, jika hendak berkunjung sebaiknya memberitahukan pihak pengelola terlebih dahulu.
Pihak pengelola sudah membuat akun Instagram resmi @tinukari_adventure yang bisa memudahkan pengunjung memberitahukan kedatangannya terlebih dahulu sehingga pihak pengelola juga bisa melakukan persiapan.
Sekretaris Desa Tinukari Ikbar mengatakan, ada tiga pilihan paket wisata yang ditawarkan di Desa Tinukari, yakni grade family, medium, dan hard.
Untuk paket hard, pengunjung berjalan kaki sepanjang 12 km menuju titik star dan harus camping. Pengunjung juga diberi pelatihan mengenai standar operasional prosedur (SOP). Paket wisata ini dibanderol Rp1,5 juta untuk lima orang, sudah termasuk konsumsi dan dokumentasi.
Sedangkan paket medium menempuh jarak lima sampai enam kilometer berjalan kaki masuk ke lokasi star. Menyeberang sungai tiga kali dan tidak perlu camping. Paket medium ini dibanderol Rp750 ribu dengan tambahan coffee break.
Terakhir paket family yang dibanderol hanya Rp250 ribu saja, tapi tidak termasuk konsumsi.
Menurut Ikbar, untuk saat ini, pengelola wisata Tinukari Adventure hanya melayani tamu by order atau berdasarkan pesanan. Namun, jika ada pengunjung yang datang mendadak tanpa pemberitahuan ke pihak pengelola maka akan tetap dilayani.
Untuk SOP bagi pengunjung bisa langsung ke lokasi atau gazebo dengan membawa kendaraan masing-masing. Jarak jalan poros Rante Angin-Lasusua ke lokasi gazebo ada sekitar dua kilometer.
Pengunjung yang hendak bermain arung jeram juga tak perlu khawatir karena semua skipper atau pendamping sudah mempunyai lisensi dan mendapatkan pelatihan water rescue.
Linto, salah satu penjelajah objek wisata di Bumi Anoa yang juga pernah mengunjungi Desa Wisata Tinukari mengatakan, wisata arung jeram Tinukari menjadi satu-satunya wisata arung jeram di Sultra yang komersil dan masih beroperasi sampai sekarang.
“Walaupun panjang sungai yang menjadi titik arung hanya berjarak 2 km dengan waktu kurang lebih 30 menit saja, tapi ini sudah cukup memberikan pengalaman untuk wisatawan yang ingin merasakan sensasi arung jeram,” ungkapnya.
Menurutnya wisata arung jeram ini masih bisa dikembangkan dalam hal jarak. Titik star bisa diubah mejadi lebih jauh dari sebelumnya.
Terkait akses, menurutnya tergolong masih sangat mudah. Walaupun lama tempuh terbilang lama sekitar 6 jam dari Kota Kendari, tapi ada beberapa destinasi yang bisa menjadi alternatif, seperti wisata Sungai Tamborasi, Pantai Indah Kapu, Danau Biru, dan Gua Tapparang.
“Untuk fasilitasnya juga sudah cukup memadai, terdapat area camp bagi yang ingin mendirikan tenda, ada gazebo dan homestay,” ujarnya. (*)
Editor: Jumriati