ZONASULTRA.COM, KENDARI – Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi kembali mengepung gedung DPRD Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Kamis (8/10/2020). Mereka menuntut pemerintah pusat membatalkan Undang-Undang (UU) Omnibus Law.
Dari pantauan zonasultra.id pukul 13.00 Wita, massa mulai memasuki gedung DPRD Sultra. Mereka memasuki gedung dewan itu sambil meneriakkan kata revolusi.
Kemudian mereka juga berorasi dengan membentangkan spanduk berisi kekecewaan kepada DPR RI dan pemerintah pusat yang telah mengesahkan Omnibus Law.
Kepulan asap hitam membumbung tinggi setelah mahasiswa membakar ban di depan gedung DPRD Sultra. Satu persatu orator maju di antara kerumunan demonstran untuk menyampaikan aspirasinya.
“DPR makan dari rakyat, fasilitas dari rakyat, tapi rakyat dapat apa? DPR bukan lagi dewan perwakilan rakyat, tapi DPR adalah dewan penipu rakyat, dewan penghancur rakyat, dewan penghianat rakyat,” kata salah seorang orator.
Menurut mereka, ada sejumlah alasan penting yang mendasari pergerakan para mahasiswa menolak Omnibus Law Cipta Kerja, yang telah disahkan para wakil rakyat. Salah satunya menjadikan kaum perempuan sebagai kaum termarjinalkan.
“PHK semakin mudah. Dihapuskan hak cuti haid dan melahirkan buruh perempuan tidak akan dapat gaji bila mengambil cuti. Bukankah ini mengkriminalkan kaum perempuan,” ujar salah seorang orator.
Kemudian salah seorang orator juga meminta massa aksi agar tidak terprovokasi dan tertib agar kejadian seperti tanggal 26 September 2019 tidak terulang.
“Massa aksi ingat kasus tanggal 26 September. Kematian kawan kita Randi dan Yusuf karena massa pada saat itu terprovokasi. Jadi saya harap massa aksi tertib dan jangan mudah terprovokasi,” ujarnya.
Setelah massa aksi berorasi beberapa menit, Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Shaleh datang menemui mereka. Ia pun mempersilakan mahasiswa menyampaikan orasi mereka.
“Silakan mahasiswa yang tergabung dari beberapa elemen untuk menyampaikan orasinya di gedung dewan ini. Intinya apa yang disampaikan mahasiswa kita mendukung sepenuhnya,” ujar pria yang akrab di sapa ARS ini.
Hingga berita ini diturunkan para mahasiswa itu masih melakukan unjuk rasa dan sesekali menyanyikan lagu perjuangan. (b)
Kontributor: Ramadhan Hafid
Editor: Jumriati