ZONASULTRA.COM,KENDARI– Kenaikan harga pangan terutama komoditas bahan pokok telah menjadi masalah klasik setiap tahunnya saat menjelang ramadan dan lebaran Idul Fitri. Termasuk, di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Lantas apa saja sebenarnya yang menyebabkan harga komoditi pangan selalu naik di momen hari besar keagamaan. Pengamat Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Halu Oleo (UHO) Syamsir Nur mengatakan setidaknya ada 4 alasan atau faktor penyebab terjadinya kenaikan harga menjelang ramadan dan lebaran.
Pertama, permintaan dari masyarakat meningkat. Secara umum kenaikan harga disebabkan karena permintaan terhadap beberapa komoditi penting naik ketimbang bulan biasa, bukan hanya di Sultra tapi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Jadi, karena faktor tarikan permintaan.
Kedua, kemampuan produksi komoditi pangan yang masih terbatas. Saat permintaan meningkat dan komoditi terbatas, juga menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Belum lagi Kota Kendari, sebagian besar belum dapat memenuhi kebutuhan pokok lokal dan mesti diimpor dari luar daerah terutama Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Surabaya.
(Baca Juga : Harga Bawang Putih di Kendari Tembus Rp70 Ribu per Kilogram)
Ketiga, rantai distribusi yang masih panjang. Panjangnya rantai distribusi komoditi pangan akan menyebabkan harga naik hingga ke tangan konsumen. Alasannya, biaya logistik pengiriman yang mahal serta belum lagi infrastruktur jalur logistik yang belum memadai sehingga nilainya tambah meningkat.
“Selain itu, belum lagi, ada spekulasi dari distributor yang melihat momen ini untuk meraup keuntungan yang banyak sehingga memainkan suplai barang, itu bisa saja terjadi,” ungkap Syamsir saat ditemui di Kendari, Kamis (9/5/2019).
Keempat, solusi pemerintah belum berkelanjutan. Sejumlah langkah pemerintah seperti sidak dan operasi pasar dinilai belum maksimal menyelesaikan masalah klasik tersebut, meski terkadang harga dapat dikendalikan. Namun permasalahannya, kejadian ini setiap tahun masih terus berulang.
Dosen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) ini menjelaskan solusi jangka pendek sidak pasar dan operasi pasar memang dapat mengendalikan harga saat momen ramadan dan lebaran, tapi jangka panjang dinilai masih belum maksimal digarap pemerintah.
Pemerintah seharusnya memastikan agar rantai distribusi yang panjang dapat diperpendek sehingga harga tidak tinggi sampai ke tangan konsumen. Kata dia, ini merupakan tugas dari Bulog serta memastikan sejak dini kebutuhan pokok penting masyarakat menjelang hari besar keagamaan.
Kemudian, pemerintah harus mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga saat permintaan pasar meningkat pemerintah dapat memenuhi kebutuhan tanpa harus impor.
“Pemerintah juga jangan hanya mengintervensi pada hulu menyediakan stok yang banyak tapi hilir tidak dilakukan pengawasan misalnya di distributor, karena kalau pun stok banyak dan prosesnya distribusi masih panjang maka harga akan tetap mahal,” pungkasnya.
Kemudian, ada hal positif sebenarnya yang dapat diambil dari kejadian ini. Apabila benar alasan kenaikan harga karena permintaan di pasar meningkat maka secara garis besar daya beli masyarakat juga meningkat. Namun, apabila masih disebabkan faktor lain maka itu masih menjadi tugas besar pemerintah. (A+)