ZONASULTRA.COM, ANDOOLO – Bangunan masjid bercat warna-warni dengan konsep alam kini juga bisa dijumpai di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra). Tepatnya di Desa Konda Satu, Kecamatan Konda.
Masjid Nurul Misbah namanya. Masjid ini berada di jalan poros Kendari-Andoolo di Desa Konda Satu, tak jauh dari lokasi lahan bakal pembangunan gedung Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Di dalam masjid yang berdiri di sebelah kiri jalan dari arah Kendari menuju Andoolo ini terdapat kolam ikan dan taman bunga tepat di bawah pagar yang juga penuh dengan lukisan indah.
Tembok-tembok masjid dicat berwarna hingga tampak elegan menyerupai kayu. Ini membuat bangunan masjid terlihat mencolok dibandingkan bangunan lain disekitarnya. Setiap orang yang melewati jalan di wilayah itu pasti akan terpesona untuk melihat bangunan masjid tersebut.
Kepala Desa Konda Satu Agus Salim saat ditemui mengatakan, dulunya sedikit sekali jamaah yang datang ke Masjid Nurul Misbah untuk melaksanakan ibadah.
“Alhamdulillah sekarang jamaahnya terus meningkat, apa lagi di bulan Ramadan ini banyak sekali yang singgah salat karena terpesona dengan warnanya,” kata Agus kepada zonasultra.id, Senin (4/6/2018).
Meningkatnya jumlah jamaah yang datang melaksanakan salat di masjid tersebut dapat dilihat dari jumlah celengan masjid yang juga terus mengalami peningkatan.
“Kebanyakan saya lihat sekarang kalau orang singgah, pasti tanganya berpegang di tembok, mereka suka ketok-ketok temboknya, mau pastikan apakah tembok masjid ini dibuat dari kayu atau dari bata,” ungkapnya.
Agus menceritakan, awal munculnya ide kreatif untuk membuat lukisan pada dinding masjid berawal dari ide salah satu warganya yang mempunyai pengalaman membuat gambar replika di dinding.
“Warga saya itu orang Bandung, kita biasanya panggil Mang Asep, pindah tinggal ke sini. Waktu itu habis salat kita duduk-duduk di masjid ini sambil diskusi, di situ keluarlah idenya ini,” ujarnya.
Lebih jauh Agus mengungkapkan, dirinya hanya menyiapkan beberapa jenis cat tembok yang anggaranya dari hasil patungan warga dan uang yang terkumpul di dalam celengan.
“Ini saja belum selesai, kita sudah habiskan puluhan juta rupiah untuk membuat ini, semua cuma untuk beli bahannya. Ini pun Mang Asep kita tidak gaji, dia tidak mau diupah,” jelasnya.
Dikatakan pria yang dua periode terpilih menjadi kepala desa di wilayah itu, Mang Asep hanya mengaplikasikan keahliannya selama masih tinggal di Bandung. Semua dikerjakan dengan imajinasi warganya itu.
“Kurang lebih ada dua sampai tiga mingguan dikerjakan, mulai dari pemiliahan warna cat hingga penentuan sisi gambarnya semua hasil imajinasi Mang Asep. Pokoknya teknisnya dia yang kerja, warga hanya bantu saja yang bisa dikerjakan. Makanya kita bersyukur Mang Asep mau dedikasikan keahliannya itu sama masjid ini. Nerkat dia masjid ini jadi digandrungi banyak jamaah,” urainya.
(Baca Juga : Masjid Raya Raha, Masjid Tertua di Kota Raha)
Diakuinya, beberapa pengguna jalan yang singgah untuk menjalankan ibadah salat tak jarang menyempatkan untuk berfoto di depan masjid dengan latar belakang lukisan tembok menyerupai kayu.
“Sering, banyak yang setelah salat sebelum melanjutkan perjalanan berfoto dulu di depan sini,” bebernya.
Dikagumi Warga
Tak sedikit warga yang berkomentar positif atas karya Mang Asep tersebut. Kini banyak warga yang menjuluki Masjid Nurul Misbah ini sebagai masjid kayu. Tak hanya di kalangan orang tua, para remaja pun banyak yang terpesona.
“Saya tadi kiranya lihat dari pinggir jalan dindingya terbuat dari kayu, pas periksa ternyata tembok,” ungkap Marten (35) warga asal Desa Ambesea Kecamatan Lainea saat ditemui usai singgah melaksanakan salat di masjid itu.
Hal yang sama diungkapkan oleh Erlin (30) pria yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang pakaian muslim ini mengaku takjub dengan konsep pemilihan warna yang digunakan.
“Saya kalau lewat pasti singgah salat di sini, warnanya bagus, cerah, nyaman dilihat dan tempat masjidnya juga strategis,” pungkasnya.
Kini warga setempat banyak yang antusias salat di masjid ini. Hal itu dikatakan oleh Iwan warga desa setempat.
“Sekarang saya senang salat di masjid ketimbang di rumah, soalnya disini nyaman, dan jamaahnya juga banyak,” kata Iwan. (A)