BKP Kawal Ekspor Kakao Butter ke Belanda

EKSPOR KAKAO - Setelah sebelumnya aktivitas ekspor komoditas pertanian unggulan (kakao butter) harus melalui Makassar ataupun Surabaya, kini Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dapat melakukan aktivitas ekspor secara langsung oleh PT. Kalla Kakao Industri, Kamis (9/8/2018). Pengawalan baik kesehatan dan keamanan dilakukan oleh Balai Karantina Pertanian Kendari. (Foto Istimewa)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Setelah sebelumnya aktivitas ekspor komoditas pertanian unggulan (kakao butter) harus melalui Makassar ataupun Surabaya, kini Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bisa menjualnya langsung ke luar negeri tanpa harus melewati daerah itu.

Hal ini tentu mendapat sambutan positif dari Balai Karantina Kendari (BKP) sebagai perwakilan Kementrian Pertanian yang bertanggunjawab terhadap pengawasan lalu lintas produk pertanian, khususnya keamanan dan kesehatannya di setiap pintu pengeluaran bandara dan pelabuhan.

Dengan melakukan pengawalan dan membantu fasilitasi, agar komoditas ekspor yang dikeluarkan dari Pelabuhan Kendari New Port menuju ke negara tujuan, memenuhi standar kesehatan yang dipersyaratkan negara tujuan ekspor.

“Kami sangat mendukung aktivitas ekspor yang dapat dilakukan langsung dari Kendari,” ujar Kepala Karantina Pertanian Kendari LM Mastari saat melakukan pelepasan ekspor kakao butter, Kamis (9/8/2018).

Mastari menjelaskan seperti halnya kali ini, Karantina Kendari telah memfasilitasi PT. Kalla Kakao Industri (PT. KKI) untuk melakukan ekspor 100 ton kakao butter ke Belanda.

Menurutnya, ekspor kali ini menggenapkan jumlah kakao butter yang diekspor menjadi 300 ton dengan total nilai Rp 27 miliar. Sebelumnya telah dilakukan dua kali pengiriman, masing- masing 160 ton dan 40 ton.

Sementara itu, untuk memperlancar akselerasi ekspor produk kakao di Sultra, Karantina Kendari telah menerapkan sistem pengawasan inline inspection terhadap kakao PT. KKI.

BKP Kawal Ekspor Kakao Butter ke Belanda Melalui inline inspection karantina mengawal persyaratan kesehatan dan keamanan komoditas agar dapat sesuai atau memenuhi persyaratan yang diminta negara tujuan ekspor.

“Seperti kakao butter ini, Belanda mempersyaratkan Phitosanitary Certificate (PC) dari karantina,” tambahnya.

Olehnya itu, pihaknya mengawal sejak awal proses, mulai dari hulu sampai hilirnya dalam pemantauan petugas karantina. Hingga saat tiba waktunya ekspor, tidak perlu ada kejadian bongkar muat kontainer untuk diperiksa, karena semua sudah dilakukan di gudang pemilik.

Lebih lanjut, ia menjelaskan monitoring terhadap gudang penyimpanan produk, kardus kemasan sampai pada kontainer yang digunakan sebagai alat angkut ekspor apakah sudah sesuai standar untuk terbebas dari hama gudang juga dilakukan oleh petugas karantina.

Pemeriksaan dan pengujian sampel produk di laboratorium karantina untuk uji mikroskopis juga dilakukan untuk memastikan produk ekspor bebas dari hama gudang sebelum dikeluarkannya PC yang dipersyaratkan.

Selain inline inspection yang dilakukan di unit kerja, percepatan layanan ditingkat pusat juga menerapkan terobosan inovasi dibidang IT yakni dengan pemberlakuan e-certification dan e-payment.

Untuk tujuan ekspor ke Belanda, dua hal ini telah diterapkan dan bakal terus dijajaki ke negara tujuan ekspor lainnya. Dengan ini dapat dipastikan percepatan ekspor produk pertanian ke negara tujuan terus dikawal Karantina Pertanian. (B)

 


Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor: Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini