ZONASULTRA.COM, KENDARI – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) terpilih Ali Mazi memang belum memikirkan untuk merombak para pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra.
“Terkait rotasi jabatan eselon II, saya belum tahu, karena saya belum lihat dan saya belum periksa,” kata Ali di Kendari, Kamis (16/8/2018).
Walaupun belum merencanakan perombakan, tapi Ali sudah merencanakan bahwa setiap calon pejabat eselon II harus dites psikologi bersama istrinya.
Ali mengungkapkan, tujuan calon pimpinan SKPD dites psikologi adalah untuk mendapatkan kepala dinas (kadis) yang ideal dalam artian sehat jasmani, rohani, kreaktif dan inovatif dalam bekerja.
Lalu mengapa istri calon pejabat eselon II juga harus ikut psikotes? Mantan Gubernur Sultra periode 2003-2008 ini menjawab agar istri para calon pejabat ini bisa mengerti pekerjaan suami.
“Saya belum tahu, tapi untuk seleksi pejabat eselon II persyaratannya ada fit and proper test. Kan sudah ada namanya tim assesment, udah ada itu, pakai itu. Cuman mungkin ada tambahan sedikit, kita harus psikotes baik suami maupun istrinya,” ungkapnya.
Menurutnya, jika istri para kadis mentalnya tidak kuat maka bisa mempengaruhi suami untuk melakukan hal-hal yang kurang bagus.
(Baca Juga : Ali Mazi Tegaskan Sekda Sultra dari Birokrat Asal Muna)
“Memang begitu, kalau kamu tidak mau jangan jadi pegawai. Sekarang saya contohkan, si A punya suami, dan si B punya suami jabatan sama. Tiba-tiba suami si B dia punya mobil Alpard, sementara suami si A pakai motor. Kalau istri tidak kuat pasti bertanya kenapa kamu pakai motor, sementara suami si B pakai mobil padahal jabatan sama-sama kadis. Itu berarti si A mempengaruhi suami, setelah mempengaruhi dia buatkan peluang untuk melakukan hal-hal yang kurang baik,” pungkasnya.
Ali juga mengingatkan, para pimpinan SKPD untuk tidak gelisah dengan isu adanya perombakan pejabat lingkup Pemprov Sultra setelah dirinya resmi dilantik pada 17 September 2018.
“Bekerja sesuai tupoksi masing-masing. Kalau gelisah itu berarti dia bukan seorang birokrasi. Bagi yang gelisah itu berarti mereka tidak memiliki kemampuan untuk bekerja. Apa yang mau digelisahkan, kalau 10 tahun jadi kadis, masa ko di situ terus. Itu sudah gila namanya. Gubernur saja jabatannya hanya lima tahun,” tuturnya. (B)
Reporter : Ramadhan Hafid
Editor : Tahir Ose