ZONASULTRA.COM,KENDARI-Kendati sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga yang mempengaruhi daya beli masyarakat, tapi Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tenggara (Sultra) memprediksi bahwa hingga akhir 2018, perekonomian Bumi Anoa akan tumbuh positif dengan capaian di atas pertumbuhan nasional.
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Sultra Minot Purwahono mengatakan pertumbuhan tersebut akan cenderung bias ke bawah. Hal ini disebabkan oleh faktor eksternal seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama serta perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Inflasi Sultra sendiri diperkirakan akan tercapai sesuai dengan sasaran target inflasi nasional, yaitu sebesar 3,5 persen +- 1 persen. Olehnya itu, dijelaskan Minot perlu dilakukan upaya peningkatan ekspor guna menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketergantungan ekspor pada komoditas pertambangan seperti yang terjadi selama ini, mendorong urgensi pengembangan ekspor komoditas non tambang.
Di mana dengan memanfaatkan peluang tataran perdagangan dunia yang sedang bergeser dan potensi sektoral yang besar, sehingga perlu peningkatan ekspor non tambang tanpa mengenyampingkan kebutuhan domestik. “Sektor yang dapat didorong ekspornya antara lain pertanian dan perikanan,” ungkap Minot kepada awak media saat ditemui di Same Hotel Kendari, Rabu (29/8/2018).
Peningkatan ekspor tersebut pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain peningkatan ekspor, hal ini juga dapat turut menyumbang devisa dan berkontribusi untuk perbaikan _current account deficit_ Indonesia dengan pengembangan pariwisata yang mendorong kunjungan wisatawan mancanegara.
Secara umum, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan dari 5,06 persen year on year (yoy) pada triwulan I 2018 menjadi 5,27 persen (yoy) pada triwulan II 2018. Pertumbuhan tersebut didorong membaiknya perekonomian di wilayah Sumatera, Kalimantan dan Maluku-Papua serta didukung oleh masih kuatnya ekonomi Jawa dan Sulawesi.
“Pertumbuhan ekonomi yang baik tersebut juga didukung oleh tingkat inflasi yang terus terjaga dan sesuai dengan target nasional,” jelas Minot. Pada triwulan II 2018 perekonomian Sultra sendiri mengalami akselerasi dengan tumbuh sebesar 6,09 persen (yoy) setelah sebelumnya mengalami perlambatan sejak tahun 2017.
Tingkat pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang tumbuh sebesar 5,27 persen (yoy). Akselerasi pertumbuhan ekonomi Sultra didorong oleh konsumsi dan investasi.
Selama Ramadhan, Idul Fitri dan libur, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diiringi oleh peningkatan realisasi investasi terutama karena adanya beberapa proyek pembangunan infrastruktur.
Selain itu, konsumsi pemerintah juga meningkat karena pelaksanaan event daerah dan pilkada. Dari sisi lapangan usaha pertumbuhan terjadi karena perbaikan kinerja usaha pertanian dan konstruksi.
Seiring dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan Sultra juga turut mengalami perbaikan. Hal ini didukung oleh peningkatan ekspor yang signifikan dari hasil pertambangan, terutama setelah berlakunya relaksasi ekspor bijih nikel kadar rendah. Di sisi lain, ekspor non pertambangan yang didorong oleh sektor perikanan dan perkebunan masih sangat terbatas.(B)