Isu Kekeringan Panjang 2019-2022, BMKG: Itu Hoaks

ilustrasi hoax
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menepis isu kekeringan panjang yang bakal terjadi pada tahun 2019 hingga 2022. BMKG menegaskan jika informasi tersebut hoaks.

Melalui rilis resmi Bidang Diseminasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Pusat, Sabtu (13/10/2018) dijelaskan bahwa kembali beredar isu tersebut di masyarakat dan menyebar meluas di jejaring media sosial, pesan berantai, artikel di komunitas, tulisan di blog hingga dokumentasi ceramah dan voice-over informatif di Youtube.

Muatan sebaran tersebut menyebutkan bahwa BMKG telah memprediksi akan adanya kemarau panjang pada tahun 2019 hingga tahun 2022 sebagai tanda keluarnya Dajjal dan telah dekatnya kiamat. Ada pula yang menyebut informasi ini berdasarkan prediksi BMKG Eropa.

BMKG menilai, isu ini dapat berpotensi menimbulkan kepanikan publik karena bersamaan dengan siaran informasi resmi BMKG yang memprakirakan keterlambatan awal musim hujan di sebagian besar daerah, dan adanya peluang terjadinya fenomena El Nino menjelang akhir 2018.

Isu kekeringan panjang hebat juga disebutkan sebagai informasi valid yang didukung oleh hasil penelitian di luar negeri yang memprediksikan kemarau panjang mulai tahun 2018 atau 2019 sampai 2020.

Lebih lanjut penulusuran BMKG, isu yang beredar luas di media tersebut ternyata mengutip pemberitaan The Guardian yang membahas pemanasan global hasil wawancara dengan peneliti UK Met Office. Dan BMKG Eropa yang dimaksud adalah Kantor Meteorologi Inggris Raya.

(Baca Juga : Ini Penyebab Panas Terasa Menyengat yang Terjadi di Sultra)

Artikel The Guardian tersebut aslinya berjudul “Here is the Weather Forecast for the Next Five Years: Even Hotter”.

Isinya kurang lebih membahas tentang lonjakan suhu global sepanjang tahun 2016 dan berkecenderungan naik terus dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan emisi gas rumah kaca dan fenomena cuaca El Nino.

Bahkan pada saat simulasi El Nino dihilangkan pengaruhnya, tren peningkatan suhu masih tetap berlanjut dan diprediksi bakal terjadi pada periode tahun 2018, 2019, dan 2020.

Akan tetapi, artikel ini tidak menyimpulkan akan adanya kemarau panjang yang bertahun-tahun.

Berdasarkan hal tersebut, beberapa kali BMKG telah membuat klarifikasinya bahwa isu yang beredar tersebut adalah hoaks yang disebarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan kurang memahami iklim dan perubahan iklim.

Sekalipun benar ada perubahan iklim akibat kecenderungan naik pemanasan global berdasarkan data-data iklim hingga saat ini, pola musiman sebagai pola utama iklim Indonesia tetaplah ada yaitu adanya musim penghujan dan musim kemarau.

Artinya, tidak atau belum ada musim kemarau yang berlangsung sepanjang tahun bahkan hingga menyeberang tahun. Ada kalanya musim kemarau dapat menjadi lebih parah tingkat keringnya atau menjadi lebih lama berlangsungnya kalau ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah El Nino.

BMKG memang memprakirakan akan terjadinya keterlambatan waktu tiba musim hujan pada 68 persen wilayah terutama bagian selatan Indonesia.

Sebanyak 22,8 persen daerah diprediksi akan mengawali musim hujannya pada Oktober 2018 ini. Sebanyak 43 persen pada bulan November 2018, dan selebihnya di bulan Desember 2018.

Sementara itu, BMKG dan lembaga internasional lainnya telah memantau adanya anomali suhu muka laut melebihi 0.5 Celcius di Samudera Pasifik bagian tengah dalam seminggu terakhir, potensi terjadinya El Nino meningkat dengan peluang 70 persen berkembang pada akhir tahun ini.

Kekuatannya belum dapat dipastikan, tetapi kecil kemungkinannya berkembang menjadi El Nino yang kuat seperti kejadian El Nino 2015. (B)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini