ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Coorporate Secretary dan Chief Economist BNI Ryan Kiryanto, mengatakan bahwa potensi bisnis pertambangan di Sulawesi Tenggara (Sultra) masih baik. Hal ini karena pertambangan di Sultra adalah nikel yang memiliki kestabilan harga.
Hal ini diungkapkan Ryan dalam acara Diskusi Panel Proyeksi Perekonomian 2019, Peluang Dan Tantangan Bagi KUKM di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM yang digelar hari ini, Rabu (7/11/2018).
“Sultra pertambangannya lain, dia pertambangannya vero nikel. Sultra itu jagonya vero nikel yang harga di pasar global itu stabil,” kata Ryan.
Berbeda dengan Kalimantan Timur (Kaltim) yang paling banyak melakukan pertambangan batu bara. Harga batu bara yang jatuh cukup berdampak pada perekonomian di Kaltim.
“Tapi kalau nikel yang di Sultra itu bagus, sudah banyak smelter. Masih okelah,” pungkas ekonom Bank BNI ini.
Selain bisnis pertambangan yang baik, lanjut Ryan, pertumbuhan kredit di Sultra juga meningkat pada Agustus 2018. Pertumbuhan kredit berdasarkan wilayah per Agustus 2018 yakni Sultra 10,5 persen, Sulawesi Selatan (Sulsel) 8,9 persen Sulawesi Barat (Sulbar) 24,8 persen, Sulawesi Tengah (Sulteng) 21,0 persen, Sulawesi Utara (Sulut) 17,8 persen dan Gorontalo 13,0 persen.
Menurutnya, intermediasi perbankan membaik sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kredit serta risiko kredit yang terjaga. Pada Agustus 2018, kredit tumbuh menjadi 12,12 persen (Yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 11,34 persen (Yoy).
Ryan mengungkapkan meski terjadi peningkatan pertumbuhan kredit, namun diakuinya bank masih selektif dalam memberikan kredit terutama di tiga sektor yakni perdagangan, lain-lain (konsumsi rumah tangga) dan pertambangan.
“Bank-bank Indonesia sekarang extra hati-hati untuk mendanai tiga sektor ini. Bukan tidak membiayai tapi kita lebih selektif,” ujar Ryan. (B)
Reporter : Rizki Arifiani
Editor : Kiki