ZONASULTRA.COM, KENDARI – Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe Selatan (Konsel) sepakat untuk membangun kawasan wisata mangrove dan rawa aopa dalam taman nasional.
Komitmen tersebut tertuang dalam MoU yang disepakati kedua belah pihak dan telah ditandatangani pada 4 Juni 2018. Kemudian diperkuat lagi dengan pertemuan kedua pada 5 November 2018 antara pihak Pemkab Konsel dan Balai TNRAW di Rujab Bupati Konsel. Pertemuan ini intinya menyepakati untuk dibuatkan MoU dalam hal pengembangan ekoturisme.
Lokasi pengembangannya di Desa Tatangge dan Desa Pewutaa, di mana sebelumnya juga dilakukan pertemuan dengan pihak TNRAW dalam hal mendetailkan jenis-jenis kegiatan yang akan dikembangkan.
Kepala Balai TNRAW Ali Bahri menjelaskan, rencana pengembangan wisata mangrove ini pihaknya akan mendirikan tracking mangrove, station riset mangrove, tower pengamatan, jembatan, toilet, dan tempat penginapan dengan partisipati aktif masyarakat Desa Tatangge dan Muara Lanowulu.
“Muara Lanowulu cocok untuk pengembangan ekowisata mangrove dengan menggunakan kapal tradisional, kuliner laut dan sekaligus minat khusus yaitu birdwatching,” kata Ali Bahri.
Sementara untuk pengembangan di Rawa Aopa, nantinya akan dikembangkan wisata minat khusus birdwatching karena kawasan rawa aopa merupakan salah satu kawasan ramsar site dunia dan zona wallacea.
Pemkab Konsel akan membiayai pendampingan desa sekitar TNRAW melalui kegiatan prakondisi untuk desa wisata, sementara untuk pengembangan kawasan dalam kawasan taman nasional kan dibiayai oleh pihak Balai TNRAW.
“Untuk yang tahun depan itu yang akan dibangun ya kawasan mangrove dulu, mulai dari dermaga Lanowulu sampai pondok singgah di mangrove dan pusat informasi monitoring mangrove berupa station riset mangrove, rumah kuliner masyarakat muara dan perahu klotok tradisional,” jelas Ali Bahri.
Ali Bahri menambahkan, selama ini pihaknya hanya fokus pada penanganan dan perlindungan taman nasional dari aktivitas perambahan, tetapi tidak pernah melihat dan mengembangkan potensi yang ada di taman nasional tersebut.
“Kami akui selama ini kami fokus kepada pengawasan aktivitas perambahan, tapi tidak pernah melihat potensi apa yang bisa dikembang di kawasan taman nasional,” kata Ali Bahri.
Untuk mensukseskan pengembangan kawasan wisata di TNRAW, kedua pihak melibatkan salah seorang staf khusus Gugus Tugas Multipihak (GTM) Ditjen KSDAE sekaligus pendiri Baluran Ecolodge Nurdin Razak
Nurdin Razak sendiri sudah melakukan kujungan ke lapangan setelah memberikan materi singkat mengenai ekoturisme sebelum ke wilayah mangrove muara Lanowulu dan lokasi penangkaran rusa dan Rawa Aopa.
Ia mengatakan potensi wisata di kawasan TNRAW sangat besar jika menjadi perhatian yang tentunya akan membantu perekonomian masyarakat sekitar melalui program penguatan kelembagaan, pendampingan masyarakat dan pembuatan lodge.
“Saya nantinya secara khusus akan melakukan pendampingan penguatan masyarakat melalui lembaga,” kata Nurdin.
Program kerja dari Nurdin Razak pun akan diusulkan dalam bentuk proposal kepada Pemkab Konsel. Pasalnya Bupati Konsel Surunuddin Dangga sangat antusias dan mendukung penuh pengembangan kawasan wisata di TNRAW dan meminta Nurdin Razak untuk segera mengajukan proposal pengembangannya.
Surunuddin Dangga mengungkapkan bahwa TNRAW sangat cocok menjadi sentra pengembangan pertanian khususnya sagu di sekitar rawa aopa, dan karamba ikan air tawar untuk budidaya dalam mendukung ekonomi masyarakat di sekitar rawa aopa.
“Kita akan buatkan sentra pemeliharaan ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis, selain itu kita kembangkan potensi pertanian seperti tanaman sagu yang sudah menjadi makanan nasional,” ungkap Surunuddin ditemui 4 November 2018. (B)