ZONASULTRA.COM, KENDARI – Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam mengelola keuangannya, mulai dari pendapatan dan pengeluaran. Tapi, kenyataannya masih ada juga sebagaian orang yang masih bersikap boros atau belanja tanpa terkendali.
Lantas seperti apa cara kita untuk menghindari sikap boros? Berikut tips mengelola keuangan yang baik dari dosen keuangan syariah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) Sitti Zakiah.
Hal utama yang perlu dilakukan ada mengenali kebutuhan dasar, misalnya mahasiswa kebutuhan dasar adalah membayar uang kuliah (SPP), biaya tempat tinggal (kos), biaya makan, dan transportasi.
Sementara untuk ibu rumah tangga kebutuhan dasar yakni biaya listrik, air, sekolah anak, dan kebutuhan dapur serta kebutuhan dasar lainnya.
Setelah mengenali kebutuhan dasar, selanjutnya adalah menentukan skala prioritas. Skala prioritas yang dimaksud adalah dari kebutuhan dasar tersebut manakah yang pembayarannya tidak bisa ditunda atau sifatnya wajib dan harus.
Kemudian, setelah menentukan skala prioritas, maka kebutuhan dasar lainnya bisa diatur dengan cara melihat apakah kebutuhan itu bisa dikurangi biayanya, atau dikondisikan dengan kecukupan dana setiap bulannya.
Lalu bagaimana jika dana kita tidak dapat mencukupi biaya kebutuhan dasar prioritas? Hal yang bisa dilakukan adalah mengutang atau menjual barang berharga yang dimiliki.
“Nah inilah pentingnya kita berinvestasi kecil-kecil dengan membeli barang bernilai saat mempunyai kelebihan dana, ya kalau misal tidak ada maka alternatif terakhir adalah mengutang,” kata Sitti Zakiah saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis pekan lalu.
Kendati demikian, perlu juga menjadi perhatian bahwa jika memilih alternatif mengutang untuk memenuhi kebutuhan prioritas, maka harus ada solusi bulan berikutnya agar pengeluaran tidak membengkak akibat melunasi hutang tersebut.
Oleh karena itu, penting untuk membedakan mana keinginan dan kebutuhan dan mana yang harus didahulukan. Dalam teori ekonomi, tentu kebutuhan harus lebih didahulukan ketimbang keinginan karena sifatnya segera/mendesak.
Selain itu, harus pandai juga menghitung seberapa besar pengeluaran dalam setiap bulan lalu dikomparasikan dengan berapa besar pendapatan. Tentunya, pengeluaran tidak boleh lebih besar dari pendapatan wajib.
Pendapatan wajib adalah pendapatan murni dalam sebulan, di luar pendapatan tambahan lain.
“Kalau misal dari hitungan kita, ada sisa kelebihan uang maka itu dapat kita investasikan melalui barang mahal atau pun ditabung,” jelasnya.
Agar manajemen keuangan baik, maka perlu juga dilakukan pembukuan, baik pengeluaran dan pendapatan. Jadi, sifat boros pun dapat dihindari karena pembukuan itu menjadi alat kontrol dalam mengatur keuangan.
“Jadi kalau kelola keuangan itu kita harus rasional bukan irasional,” pungkasnya.
Penyebab Masyarakat Boros
Sitti Zakiah juga menjelaskan ada beberapa faktor penyebab masyarakat tidak dapat mengendalikan sifat borosnya dalam mengelola keuangan.
Pertama gaya hidup. Gaya hidup atau pergaulan sangat mempengaruhi sifat manusia dalam mengelola keuangan. Bergaul dengan yang punya banyak uang, sifat dasar manusia akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, meski dia tidak mampu.
Kedua, dipengaruhi banyak fasilitas yang mempermudah masyarakat untuk memenuhi keinginannya akan barang mahal. Misalnya melaui pembiayaan bank dan finance.
“Sekarang kan banyak DP murah, masyarakat sudah bisa punya rumah dan mobil, padahal kan itu menjadi pengeluaran yang cukup besar setiap bulan belum lagi nilainya akan mengalami perubahan sesuai suku bunga acuan setiap tahun,” jelasnya.
Dengan adanya kondisi ini, Sitti Zakiah menyarankan dalam mengelola keuangan yang terpenting adalah mengenali kebutuhan dasar prioritas, investasi kecil-kecilan, membedakan keinginan dan kebutuhan dan melakukan pembukaan pengeluaran dan pendapatan setiap bulan. (/a)