ZONASULTRA.COM, KENDARI – Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tenggara (Sultra) meresmikan kawasan Technopark Kakao di Desa Tinete, Kecamatan Aere, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Kamis (23/1/2019) kemarin.
Kepala Perwakilan BI Sultra Minot Purwahono mengatakan, sarana yang diresmikan tersebut merupakan tindaklanjut dari Penandatangan Nota Kesepahaman Klaster Pengembangan Kawasan Budidaya dan Industri Kakao Terintegrasi dengan Peternakan di Kabupaten Koltim yang ditandatangani pada 17 April 2017 lalu.
Presmian itu meliputi kandang sapi komunal dan digester untuk pengolahan biogas yang dibangun melalui Program Sosial BI dan bantuan 20 ekor ternak sapi berikut rumah pengolahan pupuk dan penyimpanan pakan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Koltim.
Klaster pengembangan kawasan budidaya dan industri kakao terintegrasi dengan peternakan merupakan upaya dari pihak terkait dalam mewujudkan satu kawasan technopark komoditas kakao.
Asisten II Pemkab Koltim Anzarullah menyampaikan, bahwa apa yang dilakukan oleh BI sangat sejalan dengan visi misi Bupati Koltim Tony Herbiansyah yaitu membangun kawasan agroindustri yang berdaya saing.
Selain itu, Pemkab Koltim juga mengungkapkan apresiasi kepada BI yang telah menunjukkan komitmennya dalam mengangkat produksi komoditas unggulan Sulawesi Tenggara yaitu kakao.
Acara peresmian fasilitas tersebut dihadiri oleh tidak kurang dari 300 petani di Desa Tinete dan juga turut dihadiri oleh dua orang anggota Komisi XI DPR RI Amirul Tamim dan Haerul Saleh selaku mitra kerja BI.
Dijelaskannya, klaster pengembangan kawasan budidaya dan Industri kakao terintegrasi dengan peternakan merupakan upaya dari pihak terkait dalam mewujudkan satu kawasan technopark komoditas kakao.
Selain BI Sultra, Pemkab Koltim, kegiatan ini juga melibatkan Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sultra, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sultra, Balitbang Sultra, BPPT, dan Universitas Haluoleo.
Ditahun sebelumnya di kawasan tersebut juga telah dibangun fasilitas minilab untuk memproduksi Dekomposer bahan organik sebagai bahan utama untuk pembuatan pupuk, pakan ternak, ikan, dan sebagainya.
“Dengan hadirnya sarana tersebut, keinginan untuk menghadirkan satu kawasan pertanian yang terintegrasi sudah terwujud khususnya pada komoditas kakao,” kata Anzarullah.
Petani kakao yang sebelumnya menghadapi kendala dalam penyediaan pupuk sudah dapat memenuhi kebutuhan pupuk untuk budidaya kakao dengan memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku.
Di sisi lain kulit kakao yang selama ini dibuang dapat diolah menjadi pakan sapi. Ditambah dengan keberadaan fasilitas digester untuk pengolahan biogas, sebelum digunakan menjadi bahan pupuk organik, kotoran sapi terlebih dahulu diolah menjadi biogas sebagai sumber energg alternatif terbarukan untuk kebutuhan rumah tangga.
Pengembangan kawasan technopark kakao di Desa Tinete ditujukan untuk meningkatkan produksi kakao di Sultra yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan akibat serangan hama, usia tanaman yang sudah tua dan biaya produksi yang tinggi.
Dengan telah lengkapnya fasilitas pendukung di kawasan ini, diharapkan petani di Bumi Anoa khususnya Koltim dapat melihat dan mempelajari pertanian terintegrasi dengan peternakan sekaligus menunjukan satu system pertanian zero waste process. (B)
Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Muhamad Taslim Dalma