Pengamat, Politik Uang Masih Jadi Penentu Keterpilihan Caleg

Antisipasi Serangan Fajar, Panwas Konut Gelar Patroli Malam
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 17 April 2019 memang sudah berlalu. Namun, proses perhitunganan atau rekapitulasi suara berjenjang, baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten dan kota tengah berlangsung.

Memang belum ada hasil perolehan suara secara resmi yang diumumkan pihak penyelenggara Komisi Pemilihan Umum (KPU). Akan tetapi para kontestan seperti calon anggota legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pusat, provinsi dan kabupaten/kota (DPRD) sudah mendapat gambaran siapa yang terpilih dan tidak terpilih.

Pengamat politik Sulawesi Tenggara (Sultra) Najib Husain menilai, faktor keterpilihan para wakil rakyat dan berhasil menduduki kursi legislatif bukan karena hasil racikan strategi politik yang telah dirancang sejak jauh hari, namun lebih karena pengaruh politik uang atau “serangan fajar”.

Baca Juga : Jelang PSU, Bawaslu Endus Potensi Politik Uang yang Lebih Besar

Pemilihan legislatif cenderung menggunakan money politik sangat masif dilakukan, hal ini lepas dari pantauan masyarakat. Bahkan ia memperkirakan hampir semua caleg menggunakan politik uang.

Awalnya Najib berharap, pemilu tahun ini terhindar dari money politik. Malahan, Najib menyebut kejadian lima tahun lalu kembali terjadi di salah satu kabupaten, di mana setiap pemilih diberikan uang hingga Rp 1 juta.

“Kalau saya lihat celag kabupaten/kota itu lebih tinggi, kisaran Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta. Untuk provinsi sekitar Rp 300 ribu. Kalau di DPR RI saya lihat masih bermain di Rp 150 ribu per pemilih. Begitu trend permainan uang yang saya lihat,” beber Najib Husain saat dihubungi via telepon.

Najib memandang, khusus caleg DPR RI faktor terpilihnya mereka ke senayan itu karena pengaruh kekuatan figur, kerja partai dan mesin politik. Hal itu bisa dilihat dari hasil quick count versi The Haluoleo Institute (THI) sebagian besar “orang lama”. Enam orang caleg DPR RI terpilih versi quick count THI itu yakni Ridwan Bae, Hugua, Rusda Mahmud, Tina Nur Alam, Imran dan Fahry Pahlevi Konggoasa.

“Faktor calon presiden terhadap partai pendukung juga memberi efek terhadap caleg DPR RI. Misalnya Gerindra melahirkan Prabowo dan PDIP melahirkan Jokowi,” tukasnya.

Dikonfirmasi terpisah, caleg DPRD Kota Kendari yang tak ingin disebutkan identitasnya ini mengakui, serangan fajar merupakan strategi paling ampuh bisa meraup suara dari para pemilih. Dirinya mengkalkulasi, pengeluarannya untuk menjadi caleg hingga milyaran rupiah.

“Persiapan dua tahun itu Rp 300 juta, ditambah biaya atribut kampanye. Malam pemilihan Rp 200 ribu per kepala, datanya hampir 4 ribu orang pemilih yang kami berikan. Tapi suara hanya seribuan,” terangnya, Sabtu (27/4/2019)

Ia pun sedikit kecewa dengan hasil ini, uang yang digelontorkan tidak sesuai dengan target dua ribu suara sehingga tidak terpilih. Kendati demikian, ia menganggap konsekuensi seperti itu hal biasa dalam dunia politik. (a)

 


Kontributor: Fadli Aksar
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini