ZONASULTRA.COM, KENDARI – Dokter Forensik Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengungkap, perilaku tersangka penculikan dan kekerasan seksual terhadap enam orang siswi sekolah dasar di Kota Kendari.
Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kendari, dr Kompol Mauluddin mengatakan bahwa dirinya ikut memeriksa pria asal Maluku itu usai ditangkap, Selasa (1/5/2019) kemarin. Dalam interogasinya, pelaku mengakui sering menonton film tak senonoh yang menampilkan anak-anak sebagai pemainnya.
“Dari keterangan pelaku, memang suka melihat video-video porno anak-anak, jadi dia ini ada semacam suatu kelainan. Ini beda dengan suatu kekerasan anak yang murni. Kalau ini memang ada kelainan yang disebut pedofilia,” beber dr Mauluddin saat dihubungi via telepon.
Baca Juga : Begini Drama Penangkapan Pelaku Penculikan dan Kekerasan Seksual Anak
Selain memeriksa pelaku, dr Mauluddin sendiri juga melakukan visum terhadap kelima orang korban pedofilia tersebut. Pihaknya melakukan serangkaian uji forensik. Awalnya menemukan tanda sperma di tubuh korban, namun karena sampelnya sedikit, sehingga proses pembuktian pelaku dengan uji DNA menggunakan sperma tidak dilakukan.
“Karena sampel sperma yang ditemukan sangat sedikit, sehingga untuk memastikan identitas pelaku tidak dilakukan uji DNA. Namun ada cara lain dengan menggunakan pemeriksaan menganamnesa (wawancara) korban, lalu menunjukkan wajah terduga pelaku,” cetusnya.
Baca Juga : Pelaku Penculikan Anak dan Pencabulan di Kendari Berhasil Ditangkap
Dari tiga korban pertama, urai dia, muncul profil terduga pelaku. Profil pelaku ini diambil dari rekam jejak berupa foto dan video terduga pelaku kejahatan yang lain yang menyerupai orang tersebut. Kemudian ditunjukkan foto dan video itu kepada tiga orang pertama, lalu korban keempat, dan korban kelima.
“Semua menunjuk orang yang sama. Secara pemeriksaan dan analisa forensik, bahwa ini mengarah ke satu pelaku pedofilia. Semua kita sudah lakukan pemeriksaan terhadap bercak darah yang ada di motor, di rok korban, itu memang mengarah kepada satu orang pelaku. Jadi ini menurut saya pedofilia berantai,” tegasnya.
Mauluddin mengatakan, korban yang dirawat di rumah sakit Bhayangkara mendapat pendampingan untuk proses trauma healing dari tim psikologi Polda Sultra dan Komnas anak. Hal itu sementara dilakukan dan masih berjalan. (a)