ZONASULTRA.COM, BURANGA – Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Buton Utara (Butur), masih terkendala jaringan internet yang belum memadai untuk melakukan perekaman dan pencetakan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) di sejumlah desa. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Dukcapil Butur, Asri, Senin (22/7/2019) di ruangan kerjanya.
Kata dia, pelayanan dengan cara jemput bola ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Tujuannya untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat, khususnya di wilayah yang dianggap cukup jauh dan akses transportasinya masih terbilang susah. Wilayah sasaran, lanjutnya, mencakup lima kecamatan, yakni Kambowa, Bonegunu, Kulisusu Barat, Kulisusu Utara, dan Wakorumba Utara.
Baca Juga : Dukcapil Butur Usul 4.000 Keping Blangko e-KTP
“Jadi, sisa-sisa yang belum merekam ini, itu kami kunjungi. Mulai dari ujung Kambowa sampai dengan Desa Kurolabu. Kasihan mereka mau datang, harus mengeluarkan biaya, apa segala macam,” tutur Asri.
Menurut dia, program ini tentu sangat membantu masyarakat. Tim yang diturunkan, sudah membawa serta perlengkapan alat perekaman hingga cetak. Sehingga bisa langsung melakukan pencetakan KTP di tempat. Sayangnya, hal ini rupanya belum sepenuhnya didukung tersedianya jaringan internet yang memadai.
“Kami pakai program cetak di tempat, tidak pulang lagi di sini baru dicetak. Sepanjang di daerah itu ada signal dan signal yang memungkinkan, bukan satu garis dua garis. Nah, itu kendala juga,” ujar dia.
Lebih lanjut kata, beberapa titik yang dijumpai masih terkendala jaringan, antara lain Desa Torombia Kecamatan Kulisusu Barat, Desa Tatombuli, Lanoipi, Kecamatan Bonegunu, termasuk Lambale Kecamatan Kulisusu Barat. Namun demikian, lanjutnya, kendala jaringan ini, bukan hambatan bagi instansi yang dipimpinnya. Sebagai alternatif, pihaknya melakukan perekaman dengan metode offline.
“Metode offline. Difoto manual, baru di bawa di sini (kantor Dukcapil), dikirim dulu di Jakarta, baru diseleksi di sana dia punya data ganda atau tidak, baru dikembalikan, baru dicetakkan, baru dibawakan, seperti itu,” urainya.
Baca Juga : Pemkab Butur Bantu Transportasi 16 Jemaah Calon Haji
Meski sedikit lebih rumit dibandingkan pelayanan online, lanjutnya, layanan dengan pola ‘jemput bola’ ini, masih tetap dijalankan. “Mereka itu hanya SMS biasa, tapi kalau mau cetak itu susah. Makanya metodenya offline. Kembali di kantor baru dicetak. Apa boleh buat,” tuturnya.
Selain kendala jaringan, faktor lain yang menjadi tantangan di lapangan, tambah dia, yakni kesiapan masyarakat di desa yang dituju. Tak jarang, tim yang diturunkan, hanya bisa melayani sebagian saja, dari data calon penerima layanan, yang sudah dimiliki Dinas Dukcapil.
“Ada juga masyarakat kita sudah kunjungi dia masih lagi memilih pergi di kebun. Tidak mau temui kita. Padahal kita bersurat dua minggu sebelumnya melalui kepala desa. Tapi kami tidak jenuh, turun lagi. Periode berikutnya turun lagi. Dan tidak ada habisnya. Pelayanan publik tidak ada habisnya,” pungkasnya. (b)
Kontributor : Irsan R
Editor : Kiki