Revitalisasi Kakao Kolut, Pendamping dan Mantri Perkebunan Dituntut Berperan Aktif

Revitalisasi Kakao Kolut, Pendamping dan Mantri Perkebunan Dituntut Berperan Aktif
PERTEMUAN - Pertemuan di desa Lahabaru, Kamis (8/8/2019) kemarin. (Rusman/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, LASUSUA – Program revitalisasi kakao di kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra) membutuhkan peran aktif Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Mantri Perkebunan (Manbun).

Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura (Disbun) Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Ismal Mustafa mengatakan peranan pendamping dan mantri perkebunan sangat penting dalam mengawal dan memberikan data yang akurat terkait kebutuhan petani dalam rangka mensukseskan program revitalisasi kakao yang sudah dua tahun berjalan.

Baca Juga : Kadistan Kolut Pastikan Bibit Kakao yang Diterima Petani Berlabel F-1

Ismail mengatakan, kehadiran Manbun di setiap kecamatan memiliki fungsi sebagai penanggungjawab kecamatan yang dibantu oleh satu orang TKP. Tujuannya untuk mengetahui kondisi lapangan serta kebutuhan para petani secara akurat sehingga setiap program yang direncanankan bisa berjalan.

“Kita percayakan Tenaga ahli di bidang kakao karena dalam melaksanakan tugasnya melaksanakan kegiatan harian berupa koordinasi, pembinaan serta monitoring secara langsung kepada petani,” kata Ismail saat menggelar pertemuan di desa Lahabaru, Kamis (8/8/2019) kemarin.

Menurutnya, penetapan Kolaka Utara oleh Mentri Pertanian sebagai pusat pengembangan kakao dan ladang nasional, pihaknya mengharapkan penyaluran bibit yang sumber dari kemandirian yakni dari bibit unggul lokal tidak lagi mengandalkan bibit dari luar.

Terlebih lagi, Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten Kolut sendiri telah menetapkan perkebunan sebagai sebagi sektor unggulan dalam meningkatkan eknomi masyarakatnya.

Baca Juga : Kawasan Technopark Kakao Koltim Diresmikan

Jika menilik data tahun 1990an, tanaman kakao sendiri pernah menjadi buah primadona masyarakat Kolut, dimana putaran uang hasil kakao di daerah itu mencapai Rp1 triliun setiap tahunnya.

Dia berharap program revitalisasi kakao bisa mengangkat kembali citra Kolut sebagai setra produksi kakao terbesar di Sultra. Hal itu bisa dilakukan dengan peranan tenaga pendamping dan mantri perkebunan yang memonitoring langsung setiap kecamatan. (C)

 


Kontributor : Rusman
Editor : Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini