ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk mewaspadai penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang disebabkan akibat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Kepala Stasiuan Klimatologi Aris Yunatas menyebutkan potensi kebakaran di Provinsi Sultra memasuki puncak musim kemarau pada September ini cukup tinggi, sehingga perlu diwaspadai timbulnya gejala penyakit ISPA.
“Penyakit ISPA itu mengganggu pernafasan karena menghirup asap dari kebakaran, dan ini yang umum pak bisa berdampak sama warga,” ungkap Aris melalui sambungan pesan WhatsApp beberapa waktu lalu.
Baca Juga : LAPAN Pantau 6 Titik Panas Potensi Karhutla di Sultra
Dibandingkan tahun 2018, kata Aris, kekeringan tahun ini lebih kering karena selain memasuki musim kemarau terdapat pula faktor El Nino meski kekuatannya lemah. Di Indonesia secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan. El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur.
Untuk diketahui, asap tebal akibat terbakarnya lahan gambut di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), menyelimuti pemukiman warga yang di Kelurahan Lalolae,Kecamatan Lalolae, pada hari ini Minggu (8/9/2019).
Bukan hanya menghalangi pandangan mata, asap tebal juga sedikit menggangu kesehatan warga. Asap tebal memasuki kawasan pemukiman sejak pukul 07.00 wita hingga pukul 09.00 wita.
Marwiana (37), warga Kelurahan Lalolae mengaku selama kebakaran terjadi baru kali ini merasakan sesak nafas setelah menghirup asap tebal.
“Menggangu sekali. Sesak saya rasa. Bau asap. Pokoknya pakai jilbab saja kita tutup mulut dan hidung. Tadi pakaian saya ganti semua gara-gara asap,” katanya.
“Untungnya bukan hari senin mengantar anak sekolah. Biasanya itu, kalau saya mengantar anak sekolah terpaksa saya putar balik, saya takut di jembatan karena gelap,asapnya tebal sekali,” Marwiana menambahkan saat ditemui di rumahnya.
Marwiana merasa khawatir dengan asap tebal yang terjadi, terutama untuk kesehatan dirinya dan anak-anaknya. Ia berharap agar pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya bisa segera mengatasi kebakaran lahan gambut tersebut sehingga tidak mengganggu kesehatan.
Ketebalan asap yang menimpa Kelurahan Lalolae juga sangat dirasakan oleh Sigit (29). Saking tebalnya asap, jarak pandangannya sangat terbatas.
“Jarak berapa meter saja, sudah kita tidak bisa lihat teman ta. Bagaimanakah itu asap tebal sekali baru pedis dihirup,” ungkapnya.
Baca Juga : Asap Tebal Selimuti Pemukiman Warga Kelurahan Lalolae Koltim
Dikutip dari Tempo.co Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Agus Nurali, mengatakan dampak langsung yang paling sering dialami oleh masyarakat terdampak asap Karhutla adalah iritasi pada mata dan saluran pernapasan atas.
Bahkan, masyarakat yang terpapar asap akibat kebakaran hutan akan mengalami perih pada mata karena iritasi dan ISPA
“Kemudian yang punya riwayat asma, khususnya untuk lansia, bisa terpicu asmanya,” ungkapnya.
Khusus kelompok masyarakat rentan, seperti ibu hamil, balita dan lansia yang bisa lebih mudah terdampak asap karhutla. Dia menyarankan agar kelompok masyarakat rentan tersebut menghindari paparan asap dengan tidak keluar rumah.
Dia berharap pemerintah daerah bisa menyiapkan ketersediaan masker kepada masyarakatnya dalam upaya meminimalkan dampak asap karhutla. Namun Imran mengatakan Kementerian Kesehatan siap memasok logistik berupa masker apabila pemerintah daerah memerlukan. (a)
Reporter: Ilham Surahmin
Editor : Kiki