ZONASULTRA.COM, KOLAKA – Oknum anggota TNI Angkatan Laut (AL) Letkol Marinir AF membantah telah menodongkan pistol kepada pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ihya Ahsunnah Kolaka, Muhammad Sutamin pada Kamis (9/1/2020) kemarin.
Letkol Marinir AF menjelaskan, dalam video yang beredar tersebut, gerakan yang dilakukannya itu untuk memastikan keamanan letak senjata miliknya agar tidak jatuh ke tanah, karena tempatnya yang longgar. Ia pun menyakinkan jika senjata tersebut bukan senjata organik, tetapi soft gun yang tidak memiliki amunisi dan juga gas.
Sebab, saat kejadian orangtuanya ada upaya menggiring pimpinan pondok pesantren, posisinya yang berada di belakang dan ada gerakan yang aktif. Ia dengan tegaskan menuturkan bukan mengeluarkan senjata, tetapi hanya memegang untuk mengamankan senjata agar tidak terjatuh.
Letkol AF hanya menggerakkan dan mengarahkan tangannya kepada pimpinan pesantren tersebut untuk ikut naik masuk ke dalam kendaraan.
“Gerakan-gerakan yang dimaksud itu adalah kami waktu itu menunjuk supaya ikut. Kata-kata itu “kamu ikut masuk ke kendaraan”. Jadi info yang menyatakan ada todongan dengan senjata api itu tidak benar,” ungkapnya sambil memperagakan gaya yang dimaksud, ditemui di Kolaka, Jumat (10/1/2020).
AF juga tidak membenarkan adanya bunyi letusan di area Pos Angkatan Laut Kolaka. Namun letusan tersebut berasal dari petasan yang dimainkan oleh anak-anak yang tidak jauh dari lokasi Pos Angkatan Laut Kolaka.
(Baca Juga : Oknum TNI AL Diduga Todongkan Pistol ke Pimpinan Pesantren di Kolaka)
“Dan kami sudah konfirmasi dengan Pos Angkatan Laut Kolaka yang memiliki area di situ, dan kebetulan ada anggota yang sedang jaga di depan. Saya konfirmasi yang bunyi itu adalah bunyi letusan petasan mainan anak-anak yang kebetulan di depan itu banyak anak-anak sedang bermain,” kata AF.
“Saya pun juga tidak memastikan apa betul-betul petasan, karena kami posisi di dalam dan letusan itu di luar. Di luar sekitar depan sebelah kiri Pos Angkatan Laut,” jelasnya.
Soal sangkur dan pakai dinas lengkap yang digunakan saat kejadian, AF menjelaskan bahwa saat itu memang masih jam kerja dan institusi militer mewajibkan penggunaan atribut lengkap.
Namun, saat pelaksanaan interogasi, ia mengaku melepaskan seluruh atribut tersebut lalu meletakkan di atas meja. Orang tuanya, Mardin More, kemudian mengamankan dengan mengantongi pistol miliknya. Dan sangkur yang dimaksudkan dalam video diamankan di ruangan tata usaha.
Tak terima video yang merekam peristiwa itu dan disebarkan di media sosial, Letkol Marinir AF, akan melaporkan orang yang pertama menyebarkan video itu laporan ke Polres Kolaka. Ia menilai hal itu sudah mencemarkan nama baik dirinya dan juga institusinya. Masih kata dia, Pos Angkatan Laut Kolaka akan menindaklanjuti dan mencari tahu nama akun yang menyebarkan video tersebut.
Sementara itu, Komandan Pos Angkatan Laut Kolaka, Lettu Sutedjo menambahkan bila suara letusan yang terdengar di area Danposal Kolaka bukan suara tembakan, tetapi suara petasan yang dimainkan oleh anak-anak di dekat jembatan.
“Pada saat selesai terjadinya suara itu, anggota saya langsung mengecek sumber suara, dan betul ada anak-anak sedang bermain di situ,” jelasnya.
Ia menuturkan bisa dilakukan pengecekan terhadap senjata tersebut. Karena amunisi dan lainnya masih lengkap sesuai dengan jurnal yang ada di gudang.
Salah seorang warga yang berada tidak jauh dari Pos Angkatan Laut Kolaka, Mas Dadang mengatakan bahwa kemarin (9/1/2020) benar ada beberapa anak-anak yang bermain petasan tidak jauh dari area Pos Angkatan Laut Kolaka.
Menurutnya, tidak ada suara ledakan dari senjata di area Pos Angkatan Laut Kolaka, karena bila benar terjadi pasti warga sekitar juga ramai berkumpul. Sebab, hampir setiap hari anak-anak selalu bermain di sekitar taman dekat jembatan dan acapkali mendapatkan teguran dari petugas.
Diberitakan sebelumnya, seorang oknum anggota TNI Angkatan Laut (AL) Letkol Marinir AF diduga menodongkan pistol kepada pimpinan Pondok Pesantren Ihya Ahsunnah, Muhammad Sutamin di Kelurahan 19 November, Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (9/1/2020).
Muhammad Sutamin melalui keterangan tertulisnya ke redaksi zonasultra.id, Jumat (10/1/2019) bercerita, aksi koboi oknum TNI itu bermula usai dirinya menunaikan salat zuhur. Ia lalu masuk ke dalam kantor pesantren untuk melanjutkan musyawarah bersama dewan guru dan pengurus pondok pesantren.
Setelah musyawarah berakhir, seorang guru bernama Muhammad Dzul datang menyampaikan bahwa seorang warga Mardin More bersama tiga orang TNI mengambil gambar lokasi pondok. Tidak lama kemudian, datang salah seorang santri Farham mengatakan ada yang ingin bertemu dirinya.
Sutamin pun keluar menemui tamu tersebut. Mereka adalah Mardin More bersama anaknya yang berpangkat Letkol Marinir AL didampingi oleh dua anggotanya yang berpangkat Lettu dan Serda. Mereka kemudian dipersilakan masuk ke dalam kantor.
“Namun ternyata langsung ditanggapi dengan marah oleh Letkol AF serta menodongkan pistol ke kepala saya. Lalu Mardin More mendekati anaknya seraya berkata ‘awas kamu ya. Sudah lama saya tahan anak saya. Sekarang rasakan. Mau cari mati. Sekarang saatnya’,” ungkap Sutamin.
Menurutnya, penodongan pistol itu disaksikan oleh banyak santri. Akan tetapi oknum TNI melarang dan mengancam para santri mengambil video tindakan mereka, sehingga membuat para santri ketakutan.
Sambung Sutamin, Mardin More menarik dirinya diikuti dengan dorongan paksa dan upaya pemukulan. Bahkan Letkol AF kembali menodongkan pistol ke arah Sutamin. Setelah itu, Sutamin dipaksa ikut ke dalam mobil menuju ke Pos Angkatan Laut Kolaka
Sutamin meminta izin untuk mengambil ponsel genggam tapi tidak diizinkan keluar dari mobil. Sehingga ia meminta salah seorang santri dan guru untuk mengambil ponsel genggamnya di kantor. Setelah ponsel genggam diterima, ia mengaku kembali diancam tidak boleh menghubungi siapapun. Bahkan ponsel genggam miliknya diambil secara paksa.
Sutamin meminta untuk dibawa ke Polres Kolaka. Tapi, para oknum itu menyuruhnya diarahkan ke Pos Angkatan Laut Kolaka. Dalam perjalanan di mobil tersebut, Sutamin mengaku mengalami berbagai ancaman. Ketika tiba di Pos Angkatan Laut Kolaka, diakuinya terjadi pengancaman dan penodongan pistol oleh Letkol AF di bagian kepala Sutamin.
Dikatakan Sutamin, Mardin More mengambil pistol anaknya tersebut kemudian Letkol AF mencabut sangkurnya dan mengancam ke dirinya. Setelah itu, dia mengaku mendengar tembakan peringatan disusul dengan perkataan bahwa itu sudah ada tembakan peringatan. (a)