ZONASULTRA.COM,KENDARI– Siska Karina Imran resmi ditetapkan sebagai Wakil Wali Kota Kendari periode sisa masa jabatan 2017-2022 mendampingi Sulkarnain. Bertarung dengan Adi Jaya Putra (AJP), Siska unggul 3 suara dari AJP dengan raihan 19 suara dari total 35 suara anggota DPRD Kota Kendari. Sedang AJP hanya meraih 16 suara.
Sebelum berhasil memenangkan pertarungan Pemilihan Wakil Wali (Pilwawali) Kota Kendari, Siska terkesan tertutup dan tidak pernah menerima tawaran awak media untuk bertanya soal kesiapannya maju dalam pemilihan yang mulai bergulir sejak tahun lalu itu.
Tidak ada yang mengetahui cara kerja dan sistem politik yang ia gunakan untuk membangun komunikasi dengan seluruh partai yang memiliki keterwakilan di legislatif Kota Kendari. Siska selalu menutup ruang itu ketika awak media mencoba mengulik strategi dirinya maju dalam pemilihan tersebut.
Beberapa kali Zonasultra mencoba mengkonfirmasi Siska Karina Imran saat dirinya resmi diusung PAN menjadi Cawawali terkait strategi yang dia gunakan untuk menggalang dukungan. Hasilnya nihil, Siska diam, putri politisi Ketua Gerindra Sultra memilih berkerja dalam diam namun dengan langkah pasti.
(Baca Juga : Kantongi 19 Suara, Siska Karina Imran Menang Pemilihan Wawali Kendari)
Siska Karina diusung untuk maju usai beberapa kali digelar rapat pada Februari 2019 lalu oleh Partai Pengusung ADP-SUL yakni PAN, PKS dan PKB. Terjadi tarik ulur antar partai tersebut, yang membuat PKS tidak mengakui hasil keputusan rapat dan ngotot untuk mengusulkan satu nama juga sebagai calon. Nama lain yang diusul Rahman Tawulo dari PKB.
Keinginan PKS membuat proses Pilwawali semakin berlarut, buntutnya partai ini tidak memiliki kader yang akan didorong, sehingga melakukan penjaringan internal dan membuka peluang bagi orang di luar tubuh PKS maju di Pilwawali. Hasil penjaringan yang bergulir sejak Mei 2019 menghasilkan satu nama yang diumumkan bulan November 2019 yakni Adi Jaya Putra (AJP). Putra dari Bupati Konawe Selatan (Konsel) Surunuddin Dangga.
Atas hasil itu, akhirnya ada tiga nama yang diusul oleh partai pengusung ADP-SUL yakni Siska Karina Imran (PAN), Rahman Tawulo (PKB) dan Adi Jaya Putra (PKS). Sayangnya, ketiga nama ini tetap harus digodok kembali oleh tim pengusung untuk menghasilkan dua nama sebelum diusulkan ke Wali Kota Kendari.
Penggodokannya kembali berlarut, tiga internal partai bertahan untuk tetap mengusung masing-masing kadernya. Wakil Ketua DPD PAN kota Kendari Irwan Sukma mengatakan, pihaknya tetap konsisten mendorong Siska dan keputusan PKS mendorong AJP merupakan suatu kejutan.
Meskipun begitu, ia menilai figur siapa pun yang didoronh menjadi hak preoregatif PKS. Apalagi sebelumnya PKS telah melakukan seleksi untuk mencari tiga calon yang didorong ke DPP PKS. Ia juga menegaskan kepada partai pengusung untuk menjunjung tinggi etika berpolitik.
(Baca Juga : Terpilih Jadi Wakil Wali Kota, Ini Komentar Siska)
Demi meredam ketidakjelasan dua nama yang akan diusulkan, melalui rapat internal partai pengusung akhir Desember 2019, Rahman Tawulo secara legowo memilih untuk mundur dari bursa Cawawali. Ia mengatakan beberapa alasan mengapa dirinya memilih mundur dari pemilihan tersebut, pertama karena dua calon yang lain Siska Karina Imran (PAN) dan Adi Jaya Putra (AJP) masih bersikeras untuk tetap maju bertarung memperebutkan 35 suara di legislatif.
“Kalau tidak ada yang mau mundur, ini bisa kacau. Kita tidak boleh biarkan ini berlarut-larut,” ungkapnya di Kantor DPW PAN Sultra.
Jalan Mulus Siska Karina
Usai Rahman Tawulo mundur, jalan lebar terbuka bagi Siska Karina Imran untuk segera membangun komunikasi atau loby politik dengan sejumlah partai yang memiliki komposisi kursi besar di DPRD Kota Kendari.
Para petinggi partai diluar koalisi ADP-SUL seperti Nasdem (4 kursi) dan PDIP (5 kursi) pun mengakui Siska telah membangun komunikasi dengan mereka sejak lama saat dirinya diusung oleh PAN sebagai Cawawali Kota Kendari. Komunikasi itu pun dilakukan hingga ke tingkatan DPP di Jakarta. Bisa dikatakan, Siska mencuri start lebih awal ketimbang AJP yang namanya keluar di penghujung tahun 2019 kemarin.
Kemudian, sejak awal sebenarnya Siska sudah mempunyai modal cukup kuat yakni PAN 5 kursi dan Gerindra 4 kursi total 9 kursi. Gerindra adalah partai yang saat ini dipimpin oleh ayahnya Imran untuk tingkat provinsi. Ia adalah mantan Bupati Konsel sebelum masa kepemimpinan Surunuddin Dangga.
Mendekati hari pemilihan, Siska Karina pun mulai membuka suara kepada awak media saat dirinya datang mendaftarkan diri sebagai Cawawali pada pertengah Februari 2020 kemarin. Ia mengakui bahwa semangat untuk bertarung ini karena mendapatkan dukungan yang besar dari partai pengusung. Saat itu
ketika ditanya partai apa saja yang mendukungnya, Siska tetap memilih diam dan pelit bicara.
“Mohon doanya saja ya teman-teman, kalau ada partai lain yang mendukung syukur Alhamdulillah, terimakasih. Kalau komunikasi semua sudah saya lakukan,” ujarnya.
Nasdem dan Perindo Digenggaman, Golkar Pecah
NasDem merupakan partai pertama diluar koalisi yang mengumumkan dukungannya ke Siska. Ketua Fraksi Nasdem Abdul Razak mengatakan salah satu pertimbangannya karena Siska dinilai mampu membangun komunikasi politik yang baik dengan partai Nasdem.
Menyusul Partai Perindo sehari sebelum pemilihan Rabu (4/3/2020) malam mengumumkan bahwa partai dengan modal 2 kursi itu secara resmi mendukung Siska meski sebelumnya arah dukungannya ke AJP. Tak jelas secara pasti mengapa usulan dari DPD Perindo Kota Kendari yang mendukung AJP tiba-tiba dibatalkan oleh DPW Perindo Sultra. Padahal konferensi pers DPD Perindo Kota Kendari digelar hari yang sama di pagi hari.
(Baca Juga : 3 Program Pokok Siska Karina Jika Terpilih Jadi Wawali)
Pada posisi ini, Siska sudah unggul dengan modal 15 suara dari PAN 5 kursi, Gerindra 4 kursi, Nasdem 4 kursi dan Perindo 2 kursi. Sementara AJP suara pasti PKS 7 kursi saja. Keunggulan Siska pun bertambah, karena hingga hari pemilihan DPP Golkar tak kunjung mengeluarkan rekomendasi dukungan, sehingga arah dukungan kader pecah.
Hal itu diakui oleh anggota Fraksi Golkar La Ode Azhar yang sejak awal mengatakan dirinya mendukung Siska. Selain petimbangan hati nurani, itu juga disebabkan belum adanya perintah DPP Golkar, meski DPD Golkar Kota Kendari memerintahkan kadernya solid mendukung AJP, karena AJP adalah kader Golkar. Golkar punya modal 5 kursi.
Sementara itu, 5 suara partai PDIP merupakan milik AJP setelah rekomendasi DPP PDIP turun beberapa jam sebelum pemilihan, sedangkan Demokrat 2 kursi serta PKB 1 kursi tak pernah buka mulut soal arah dukungannya hingga hari pemilihan.
Padangan Pengamat Politik Terbukti
Jauh hari sebelum pemilihan, Pengamat Politik Universitas Halu Oleo Kendari Najib Husein mengatakan, terjadi dinamika pada pemilihan Wawali. Namun begitu katanya Siska Karina Imran dinilai unggul sementara dari AJP.
Siska mempunyai modal suara lebih besar ketimbang AJP saat mendaftar. Menurutnya, modal suara itu menarik legislator lain untuk mendukungnya. Dosen Ilmu Politik FISIP itu menjelaskan kondisi yang terjadi pada AJP merupakan kelemahan dari PKS yang tidak secepatnya melaksanakan pemilihan. Kondisi itu memberikan ruang bagi Siska untuk meyakinkan partai NasDem beralih mendukungnya.
Secara terpisah pengamat sosial Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Darmin Tuwu menyebut pemenang dari Pilwawali adalah yang paling banyak mempunyai social capital dan political capital. Karena Siska maupun AJP membawa gerbong dinasti masing-masing. Sehingga pertarungan keduanya dinilai menarik.
“Iya hasilnya, paling besar 15-20 atau 16-19 bahkan tipis 17-18 dari total 35 suara,” ungkap Darmin.
Dengan kemenangan Siska Karina Imran menunjukkan bahwa Isteri mantan Wali Kota Kendari Adriatma Dwi Putra dicokok KPK pada awal 2019 lalu, membuktikan Siska memiliki kemampuan memanage
Sedikitnya tiga kapital yaitu kapital sosial, kapital politik, dan kapital ekonomi. Kapital sosial terkait dengan jaringan sosial, utamanya hubungan keluarga, kekerabatan, dan hubungan pertemanan yang dimiliki calon dengan pemilik hak suara.
Kapital politik terkait dengan modal politik yang dimiliki calon. Ini terkait dengan dukungan politik, struktur politik, dan dukungan kekuasaan yang dimiliki calon.
Sementara kapital ekonomi adalah uang yang dimiliki calon. Uang ini adalah instrumen utama untuk mencapai tujuan politik calon.
Meskipun Siska atau AJP memiliki tiga hal tersebut, eksekusi akhirnya lebih kepada bagaimana metode dan strategi politik yang digunakan harus tepat. Bisa diartikan jika Siska mampu menjalan strategi politik yang tepat itu. (a)
PEOPLE POWER !!