ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sudah hampir 2 minggu, Sri Anjani berada di kampung halamannya, di Desa Aoma, Kecamatan Wolasi, Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra). Anjani diliburkan selama 2 minggu, lantaran wabah virus corona atau COVID-19 yang saat ini terus meyebar.
Anak pertama dari dua bersaudara itu, menjalani studi pendidikan Keperawatan S1 di salah satu kampus kesehatan yang ada di kota Kendari. Anjani sapaan akrabnya, bercerita, meski diliburkan karena penyebaran COVID-19 yang makin mengkhawatirkan, namun semua mata kuliah tetap berjalan dengan menggunakan sistem daring atau kuliah online.
Namun bukan tanpa tantangan, sistem daring akan sangat menyulitkan saat kualitas jaringan sedang buruk. Dalam kondisi seperti itu, paparan dosen terputus-putus dan respons Sri Anjani bersama teman-temannya yang lain, atas pertanyaan dosen memiliki jeda. Jika mahasiswa berbicara pada saat bersamaan, suara juga bertumpuk-tumpuk.
“Kalau kesulitan tidak ada, tapi kadang yang menjadi kendala itu masalah jaringan. Karena kita kesulitan mendengarkan pemaparan dosen kalau jaringan putus-putus,” cerita Anjani saat dihubungi awak zonasultra.id, Kamis (26/3/2020).
(Baca Juga : Cerita Mahasiswa Asal Sultra yang Tinggal di Negara Terjangkit Corona)
Anjani tidak sendiri, kuliah daring ini juga diikuti oleh seluruh teman sekelasnya. Kendala lain yang dihadapi Anjani bersama teman-temannya, yakni jadwal kuliah daring yang kadang dilaksanakan pukul 22.00 wita. Namun begitu, Anjani mengaku, dirinya tetap bersyukur karena masih bisa melaksanakan proses belajar dari rumah.
Apalagi, katanya, dalam kuliah daring ini dirinya tinggal menyesuaikan dengan mata kuliah, mendengarkan dosen dan menyimak paparan yang tersedia di layar.
“Apalagi kami juga bisa dihindarikan dari penyebaran virus corona ini, kita sangat bersukur. Semoga ini cepat berlalu, dan kami bisa kembali melaksanakan proses belajar di kampus,” ucapnya.
Tanggapan Mahasiswa Universitas Negeri
Berbeda dengan Anjani, Sri Asmini Krisin Hartom mahasiswi Teknik Sipil PRODI Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan di salah satu perguruan tinggi di Kendari, memilih untuk tidak pulang kampung di kabupaten Bombana dan memilih tetap bertahan di Kendari. Meski tetap bertahan di Kota Kendari, Egha, sapaan akrabnya, juga menjalani kuliah daring.
“Kalau kelebihannya, tentu saja kita bisa sosial distancing, kuliah online ini sangat membantu karena kita banyak mahasiswa yang pasti sudah lupa dengan materi kuliahnya. Menurut saya kuliah online ini lebih efektif daripada tugas yang begitu banyak,” katanya.
Menurutnya, tugas yang banyak terkadang membuat mahasiswa kerja asal-asalan. Namun dengan adanya kuliah online ini, bisa membuatnya mengingat kembali seluruh pelajaran yang ada. Meski begitu, kuliah daring juga memiliki banyak kekurangan, seperti kendala jaringan.
“Apa lagi kalau misalnya teman-teman yang ada di daerah karena pulang kampung, pasti jaringan tidak akan sebaik di kota. Terkadang juga karena jaringan ini membuat suara dosen kurang jelas, alhasil kami jadi kurang mengerti,” ungkapnya,
Sementara, Tasya Salsabillah Malawi mahasiswa jurusan Manajemen, salah satu perguruan tinggi di Kendari, mengaku, masih banyak dosen yang tidak menerapkan kuliah online. Kebanyakan dosennya, hanya memberikan tugas, tanpa penerapan materi.
“Akhirnya kita kurang paham, karena kita belajar autodidak. Apalagi sekarang banyak mahasiswa yang dijelaskan dosennya saja kadang masih bingung, apalagi kalau tidak ada penerapan materi. Kuliah online juga pasti mengeluarkan budget, untuk beli paket data, belum lagi kalau jaringan jelek, tapi pasti mahasiswa akan usaha biar tetap belajar,” jelasnya.
Kesadaran Mahasiswa Cari Materi Tambahan
Dosen FISIP di Universitas Haluoloe, Aswan Zanynu menilai, selain mengikuti kuliah daring, mahasiswa juga harus aktif dan memiliki kesadaran untuk mencari materi pendukung lainnya. Tidak hanya terpaku pada kuliah daring, dengan pemberian materi yang terbatas.
“Kalau saya masih pake materi yang saya sebar lewat file, dan beberapa sudah saya masukkan di blog pribadi. Dan menurut saya, kuliah secara online tidak akan maksimal. Karena kita tidak tahu respon mahasiswa seperti apa, pahamkah mereka atau tidak,” ujarnya.
Ia khawatir, sistem kulian online membuat mahasiwa tidak dapat menerima materi kuliah secara baik. Apalagi, kuliah online sangat bergantung pada kondisi jaringan internet yang terkadang lambat.
Meski begitu, kuliah online juga membantu mengurangi resiko penyebaran COVID-19 terhadap mahasiswa dan para dosen yang ada.
Pemerintah Putuskan Liburkan Seluruh Sekolah di Sultra, Proses Belajar Online
Pada, Minggu (15/3/2020) malam, Gubernur Sultra, Ali Mazi memutuskan untuk meliburkan proses belajar mengajar seluruh sekolah dan kampus yang ada di Sultra. Langkah tersebut diambil, menyusul makin masifnya penyebaran virus corona di Indonesia.
Proses libur sekolah itu mulai diberlakukan pada Senin 16 Maret 2020. Untuk seluruh tingkatan, mulai dari TK, SD, SMP, SMA/ SMK, SLB, hingga Kampus-kampus. Meski diliburkan, para siswa dan mahasisiwa tetap melaksanakan proses belajar melalui sistem daring atau kuliah online.
Di Sultra sendiri, hingga per 26 Maret 2020, data dari tim Gugus Tugas Percepatan Pencegahan Penyebaran COVID-19 Sultra, dari total 2.337 orang dalam pemantauan (ODP) COVID-19, tersisa 1.696 orang, sedangkan sisanya yakni 641 orang telah dinyatakan selesai dalam pemantauan. Sedangkan, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 15 orang. Dan pasien positif COVID-19, sebanyak 3 orang. (b)