Cerita Mahasiswa Asal Sultra yang Tinggal di Negara Terjangkit Corona

2921
Muhammad Kurniawan Rachman - Ririn Syahriani - Syukur

ZONASULTRA.COM,KENDARI– Berdasarkan data dari Mata Garuda Sulawesi Tenggara (Sultra) atau alumni dan awardee beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LDPD) Sultra, saat ini sekitar 4 orang mahasiswa dan mahasiswi Sultra masih tinggal dan menjalankan aktivitas perkuliahan di negara yang terjangkit virus corona (Covid-19).

Mereka adalah Syukur di Australia, Lia dan Muhammad Asrullah di Belanda serta Ririn di United Kingdom (UK). Dari keempatnya, dua di antaranya berhasil diwawancarai oleh tim redaksi Zonasultra yakni Syukur dan Ririn Syahriani (35). Keduanya saat ini tengah menempuh pendidikan S3. Syukur kuliah di University of New South Wales (NSW), Sydney, Australia sejak Januari 2019 sedangkan Ririn di University of Bristol, Inggris Raya (UK).

(Baca Juga : Negatif Korona, Empat Mahasiswa Disambut Hangat Saat Tiba di Kendari)

Syukur bercerita bahwa di tengah kondisi pandemi Covid-19, data dari pemerintah NSW mencatat ada kenaikan jumlah orang yang terinfeksi corona. Di kampus tempat ia menuntut ilmu ada 3 orang mahasiswa yang terinfeksi dan dinyatakan positif. Sehingga, sedang direncanakan kebijakan kampus sendiri untuk diliburkan, bahkan saat ini pembelajaran diubah menjadi online based yang sebelumnya face to face (tatap muka). Konsekuensinya, mahasiswa dan staff pengajar sudah tidak masuk sementara waktu.

“Atau mereka masuk shift sekarang, kalau dari pemerintah Australia, sejak hari ini pukul 9 PM waktu Australia sudah ada larangan non-citizen dan non-resident untuk masuk ke Australia,” ungkapnya kepada awak Zonasultra.com melalui pesan WhatsApp, Jumat (20/3/2020) malam.

Pria asal Desa Landipo, Konawe Selatan (Konsel) itu menjelaskan sejak adanya isu Covid-19 ini, akhir-akhir ini peredaran jumlah uang meningkat, sehingga banyak orang yang akhirnya panik dan mulai membeli makanan/kebutuhan sehari-hari dalam jumlah yang cukup besar.

Misalnya di supermarket kebutuhan seperti toilet paper dan pasta habis total, termasuk beras dan makanan mentah seperti daging, ayam terkuras banyak. Sehingga terkadang ia mengaku sudah tidak mendapatkan stok.

Syukur
Syukur

Meski begitu, secara pribadi agar terhindar dari virus corona ia menjaga kondisinya dengan terus berupaya tetap fit, menjaga pola tidur dan makan. Apabila ke kampus, awalnya ia malu untuk memakai masker karena orang lokal Australia jarang sekali menggunakan masker.

“Tapi setelah ada kasus di kampus, saya langsung pake masker tanpa peduli orang lain,” katanya.

Pria yang mengambil jurusan Biological Science, PhD itu juga berusaha menghindari tempat-tempat keramaian. Kemudian saat ini ia juga lebih sering menyiapkan bekal atau makan dari rumah ketimbang di kantin kampus atau rumah makan. Pasalnya dengan cara ini dia bisa menjaga social distance. Selain itu, dirinya juga rutin mencuci tangan dengan sanitizer. Setiap keluar rumah bisa beberapa kali ia melakukan hal tersebut.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Syukur juga tidak lupa terus menjalin komunikasi dengan keluarganya di Sultra melalui telepon dan WhatsApp, apalagi virus corona sudah terjangkit di Sultra.

“Diingetin aja untuk membatasi keluar rumah sekarang saling mengingatkan,” katanya.

Sedangkan, Ririn bercerita bahwa di wilayah tempat tinggalnya tidak ada kebijakan lockdown oleh pemerintah setempat. Ia menyebutkan sejak awal pemerintah berupaya untuk tidak lockdown dengan berbagai pertimbangan. Pertama, ada kemauan pemerintah menerapkan herd immunity dan kedua mempertimbangkan dampak ekonomi dan psikis masyarakat.

(Baca Juga : Cerita Feby Annas, Mahasiswi Asal Baubau di China Soal Virus Corona)

Ririn melanjutkan, saat pemerintah setempat merasa bahwa kondisi saat ini belum puncak dan apabila dilockdown dari sekarang, maka akan menimbulkan kepanikan, dan ditakutkan ketika puncaknya orang-orang sudah muak tinggal di rumah. Solusi yang diberlakukan hanyalah social distancing dan self isolating.

Ririn Syahriani
Ririn Syahriani

“Kalau di tempat saya, di Bristol, saat ini sudah ada tujuh pasien positif corona. Beberapa hari yang lalu, khusus di London bahkan lonjakan bisa sampai 248 kasus hanya dalam satu malam. Inggris secara umum salah satu yang tingkat kenaikannya tertinggi,” ungkapnya.

Perempuan yang mengambil jurusan Doctor of Education in Learning, Leadership and Policy itu mengakui takut dengan kondisi pandemi corona. Sebab, semaju apapun negaranya, tidak ada yang siap menangani lonjakan pasien dalam jumlah drastis. Contohnya saja Italia.

Italia merupakan negara dengan sistem penanganan kesehatan yang sangat baik namun tetap kewalahan juga menghadapi lonjakan pasiennya separah saat ini. Sehingga ia mengikuti imbauan dari kampus dan pemerintah untuk mulai membatasi diri keluar rumah agar penyebarannya tidak makin luas.

Ririn yang tinggal sejak tahun 2016 di Bristol mengungkapkan semua elemen bersinergi untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Mulai dari sosialisasi tanpa henti dari email Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), kampus dan bahkan dari rumah sakit tentang langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan. Masyarakat pun memiliki kesadarann yang tinggi sehingga tanpa paksaan lockdown, mereka mulai menjaga jarak.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

“Kalau kami sendiri, menjaga kebersihan dengan selalu cuci tangan dan bersih-bersih rumah itu pasti. Selain juga mengkonsumsi vitamin,” ucap Dosen Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) ini.

Selanjutnya, dari pihak toko juga selalu mengimbau masyarakat untuk tetap tidak panik dan tidak memborong stok secara berlebihan sehingga semua orang bisa kebagian. Bahkan saat pagi hari lebih diutamakan orang tua untuk berbelanja terlebih dahulu baru kemudian yang lebih muda. Di sana juga diberlakukan pelayanan delivery sehingga meminimalisir orang keluar rumah.

Untuk proses perkuliahan, sejak minggu lalu kuliah sudah mulai dilakukan secara online. Ririn pun melakukan proses bimbingan via skype karena masing-masing menjaga diri untuk tidak terlalu sering keluar rumah. Satu kemudahan fasilitas internet di tempatnya akses cepat. Di University of Bristol ada satu mahasiswa asal China yang dinyatakan positif corona, karena baru saja mudik.

Komunikasi dengan keluarga pun terus dilakukan oleh perempuan asal Kendari ini melalui video call dan saling mengedukasi agar orang rumah untuk tetap berdiam diri di rumah sampai kondisi kondusif.

Muhammad Kurniawan Rachman
Muhammad Kurniawan Rachman

Kemudian ada salah satu dosen asal Sultra Muhammad Kurniawan Rachman (28) yang saat ini menjadi tenaga pendidik di Universitas ternama di Amerika Serikat (AS) yakni University of Pennsylvania. Kampus ini adalah universitas swasta yang terletak di Philadelphia, Pennsylvania dan masuk dalam top 10 besar kampus terbaik di USA.

Kepada Zonasultra, Rahman mengatakan, di kota tempat ia berdomisili sudah ada 3 orang sejak dua minggu yang lalu dinyatakan positif corona. Namun hingga saat ini belum bertambah. Status kota di sana juga dinyatakan locked down, semua kelas berpindah ke online dan semua orang sudah self quarantine sehingga kota telihat sepi karena mahasiswa sudah pulang ke kota masing-masing.

“Lockdown sejak 3 hari lalu ya, alhamdulillah prosesnya tetap lancar bahkan semakin lancar malah karena sekarang pekerjaan dialihkan online jadi tidak sibuk,” katanya.

Di kampus tempat mengajarnya pun sudah ada satu yang positif corona dan sedang dirawat dan diisolasi di RS kampus. Menjaga kesehatan tubuh, berperilaku hidup bersih dan sehat pun menjadi cara Rahman untuk terhindar dari virus corona. (SF)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini