Triliunan Dana Asing Keluar dari Pasar Saham Indonesia

Ilustrasi Pasar Saham Pasar Modal
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM,KENDARI- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sejak awal Maret 2020 sampai dengan 24 Maret 2020, investor nonresiden tercatat keluar dari pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN) masing-masing sebesar Rp6,11 triliun dan Rp98,28 triliun.

Deputi Komisioner Humas dan Logistik Anto Prabowo melalui siaran persnya, Jumat (27/3/2020) menjelaskan kondisi tersebut membuat pasar saham melemah signifikan sebesar 27,79 persen month to date (mtd) per periode awal bulan hingga saat ini atau 37,49 persen year to date (ytd) periode awal tahun hingga saat ini menjadi 3.937,6. Kemudian diikuti dengan pelemahan di pasar SBN dengan yield yang rata-rata naik sebesar 118,8 bps mtd atau 95 bps ytd. Pelemahan ini disebabkan pada kekhawatiran investor terhadap virus corona yang akan berdampak pada kinerja emiten di Indonesia.

Sampai dengan 24 Maret 2020, penghimpunan dana melalui pasar modal telah mencapai Rp21,55 triliun. Adapun jumlah emiten baru pada tahun ini telah terdapat 13 perusahaan, dengan pipeline penawaran sebanyak 61 emiten dengan total indikasi penawaran sebesar Rp28,8 triliun.

Di tengah situasi ini, Marketing Officer PT Indo Premier Sekuritas Kendari, Zulwan mengatakan, kebanyakan investor di Kendari lebih memperhatikan perkembangan pandemik virus Covid-19 dibanding harga saham saat ini.

(Baca Juga : Ini Penjelasan OJK Soal Penundaan Cicilan Kredit di Bank dan Leasing)

“Iya masih wait and see sampai minimal wabah corona virus berakhir,” ungkap Zulwan melalui pesan wahatsapp.

Namun, kondisi bursa dua hari terakhir hijau berturut-turut dengan signifikan, banyak investor yang panik beli (panic buying) saat kenaikannya cukup cepat, sehingga membuat investor lokal yang lesu akhirnya kembali bersemangat lagi untuk membeli saham dan optimis pasar sudah kembali membaik sebagai respon stimulus dari pemeritah.

“Tapi kita masih minta untuk berhati-hati dalam membeli saham untuk beberapa sektor karena efek corona masih belum hilang malah terus bertambah, sifat stimulus ini sifatnya bisa jadi hanya sementara, untuk investasi jangka panjang lebih memilih sektor yang dampaknya minim dari virus Covid-19 yaitu sektor konsumer dan juga telekomunikasi,” katanya.

Sebelumnya, dampak dari mewabahnya virus corona memberikan pengaruh terhadap nilai transaksi investor pasar saham Bursa Efek Indonesia (BEI) di Sultra pada awal tahun. Dibandingkan dengan akhir tahun 2019, transaksi saham awal tahun 2020 menurun Rp1 miliar.

Pelaksana Harian (PH) Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BEI Sultra Ricky mengatakan, Desember 2019 tercatat nilai transaksi saham mencapai Rp41 miliar, kemudian Januari 2020 transksi saham turun menjadi Rp40 miliar. Sementara itu, untuk jumlah investor yang aktif setiap bulan melakukan jual beli saham ada 318 investor. Saat ini tercatat jumlah investor per Desember 2019 ada 4.053 investor. Sebanyak 1.901 investor merupakan kaum milenial, yakni investor berusia di bawah 30 tahun.

“Untuk data transaksi februari belum keluar, tapi kemungkinan ada penurunan karena corona ini,” ujarnya. (A)

 


Kontributor : Ilham Surahmin
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini