Hugua Ingatkan Bahaya Krisis Pangan Dampak Covid-19

Huua
Hugua

ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Anggota DPR RI asal Sulawesi Tenggara (Sultra) Hugua mengingatkan terkait bahaya krisis pangan sebagai dampak pandemi Covid-19. Hugua mengungkapkan hingga akhir April, laju pertumbuhan pasien positif Covid-19 masih terus bertambah.

Jika pertumbuhan positif Covid-19 terus meningkat, maka kemungkinan masa tanggap darurat akan diperpanjang hingga bulan Agustus atau September 2020. Hugua mengingatkan pemerintah soal ancaman kekurangan pangan pada bulan Agustus mendatang.

“Berdasarkan data statisitik hingga bulan Juni 2020 stok pangan nasional khususnya beras masih cukup aman, namun lanjut setelah Juni 2020 negara kita boleh jadi akan menghadapi kekurangan pangan,” kata Hugua dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (1/5/2020).

Anggota Komisi II DPR RI ini mengatakan hal ini juga sangat tergantung pada hasil panen sekarang dan kondisi iklim pada musim tanam berikutnya. Menurutnya seluruh energi bangsa saat ini terkuras habis pada kegiatan medis dan nonmedis melawan Covid-19.

“Walaupun pemerintah pusat telah mengeluarkan stimulus untuk membantu petani khususnya petani gurem, namun pasti belum sepenuhnya menyelesaikan ancaman kelangkaan pangan karena masalah utama yang dihadapi akibat Covid-19 adalah terganggunya rantai distribusi logistik secara nasional,” tambah Hugua.

Hugua menuturkan bahwa Covid-19 ini merupakan pandemi global. Jika pandemi ini tidak menurun dalam 3-6 bulan ke depan, maka menurut Organisasi Pangan Dunia FAO dapat memicu krisis ekonomi dan krisis pangan global.

Isu krisis pangan ini harus jadi perhatian pemerintah. Selain bantuan stimulus kepada petani tersebut, kata dia, diperlukan juga kebijakan negara mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan tanaman pangan khususnya pangan nonberas .

“Saya meminta kepada Mendagri untuk membuat kebijakan khusus guna mendorong pemerintah daerah bergotong royong bersama rakyat untuk berswasembada pangan khususnya pangan nonberas seperti biji-bijian, umbi-umbian, sagu, palawija dan bahan pangan lokal lainnya,” pungkas mantan Bupati Wakatobi ini.

Pangan nonberas ini penting menurut Hugua karena selain jenisnya sangat beragam, areanya lebih luas dari persawahan, mencakup seluruh provinsi, lebih mudah dikembangkan oleh petani dengan teknologi lokal serta dapat menerapkan sarana produksi (saprodi) lokal seperti pupuk organik, bibit lokal dan obat-obatan organik lokal buatan petani sendiri.

Sehingga, walaupun terjadi gangguan rantai pasokan saprodi pertanian akibat pandemi Covid-19 tidak akan mengurangi hasil panen petani. Hugua optimis jika swasembada pangan daerah nonberas tersebut berkembang secara masif di Indonesia maka negara akan terbebas dari ancaman kelaparan walaupun terjadi resesi ekonomi dan krisis pangan global. (B)

 


Reporter: Rizki Arifiani
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini