ZONASULTRA.COM,KENDARI– Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia tak terkecuali Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran virus tersebut telah dikeluarkan pemerintah darah. Salah satunya, mewajibkan aktivitas belajar dan mengajar dari tingkatan pendidikan usia dini, sekolah dasar, menengah dan atas sederajat dialihkan ke rumah dan diganti dengan sistem belajar dalam jaringan (daring).
Berbagai kendala pun banyak terjadi dengan sistem tersebut, mulai dari ketersedian jaringan internet yang belum memadai serta biaya paket yang dianggap cukup memberatkan bagi orang tua siswa termasuk tenaga pengajar. Apalagi kondisi perekonomian juga ikut terpuruk dengan kondisi pandemic Covid-19. Hal ini pun menjadikan sistem belajar daring tidak begitu berjalan maksimal, terutama di daerah pelosok yang belum memiliki akses jaringan internet.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Syiar Islam yang berada di Desa Lawatuea, Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana merupakan salah satu sekolah di bawah Kementerian Agama (Kemenag) yang mengalami kesulitan dalam menerapkan belajar secara daring. Pasalnya sejak diterapkan belajar dari rumah sekitar bulan Maret 2020 lalu, pihak sekolah kesulitan untuk memberikan materi atau pun tugas kepada seluruh muridnya yang berjumlah 84 orang dari tingkatan kelas 1 hingga 6.
Kendala utamanya yakni tidak tersedianya jaringan internet. Kepala MI Syiar Islam Lawatuea Zainal Mustafa bercerita bahwa orang tua siswa dan murid harus naik ke dataran tinggi/bukit yang berada di wilayah tersebut untuk mendapatkan jaringan internet.
“Saya sendiri punya anak, dia sekolah di tempat saya bekerja. Jadi betul saya merasakan kesulitan yang sama dengan semua orang tua siswa yang ada disini. Apalagi orang tua mereka banyak bekerja sebagai petani dan berkebun, belum lagi kalau kondisi hujan,” ungkap Zainal melalui sambungan telepon Whatsapp, Jumat (4/9/2020).
Baca Juga :
Denyut Sinyal 4G Telkomsel di Pulau Labengki
Menghadapi kesulitan tersebut, Zainal menjelaskan bahwa pihaknya melakukan sistem door to door ke rumah para murid. Semua tim pengajar (guru) diarahkan untuk melakukan pembelajaran langsung ke rumah murid. Itu dilakukan agar proses belajar mengajar tetap berjalan serta menjadi solusi satu-satunya akibat kendala jaringan internet.
Berbagai keluhan dari orang tua siswa dan tenaga pengajar pun diterima Zainal. Di sebuah kesempatan sekitar bulan Juni ada pertemuan mengenai peningkatan proses belajar dalam jaringan. Ia pun memutuskan untuk hadir dalam kegiatan itu. Usai acara, dirinya pun menemukan solusi atas permasalahan yang dialami sekolah dalam kurun tiga bulan terakhir dan warga di desa tempat dirinya berdomisili sejak puluhan tahun lalu.
“Dalam acara ini suatu kesyukuran ada orang dari Telkomsel saya meminta kontak beliau dan selanjutnya saya menceritakan permasalahan jaringan yang kami alami,” ujarnya.
Tepat tanggal 26 Juni 2020, Zainal pun mengirimkan surat permohonan untuk pemasangan New Base Transceiver Station (BTS) sebagai media penunjang kegiatan pembelajaran daring, aktivitas instansi dan masyarakat di Desa Lawatuea kepada Pimpinan Telkomsel Branch Kendari.
Manager Network Service Telkomsel Kendari Teksan Ismail mengatakan, pihaknya menjawab kebutuhan masyarakat di desa tersebut dengan menambah antena khusus yang diarahkan ke lokasi sekolah tersebut karena ada BTS existing sekitar 1,5 kilo meter (km) dari sekolah itu. Ketika material sudah siap tim Telkomsel melakukan pemasangan dalam waktu satu hari.
“Ya tentunya ini menjadi tanggungjawab kami Telkomsel untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat apalagi tujuannya untuk mensukseskan program belajar dari rumah secara daring,” kata Teksan melalui pesan whatsapp.
Ia mengklaim bahwa proses pemasangan antena tersebut terbilang cepat karena pihaknya mengawal ketat setiap proses mulai dari survey lokasi, analisa coverage dan bisnis, permohonan material perangkat plus antena di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), administrasi database dan performance, pengadaan material hingga pemasangan instalasi.
Usai dilakukan pemasangan antena, kecepatan jaringan melalui speed test di wilayah tersebut untuk download 8,1 mbps dan upload 1,07 mbps. Ia juga menambahkan bahwa sepanjang tahun 2020 di Sultra telah dipasang 11 site baru permanen, 2 site combat atau BTS Temporary. Hal tersebut dilakukan tentunya untuk melakukan perbaikan kualitas signal, penambahan bandwidth sehingga kualitas gambar dan video bagus.
Untuk mendukung program belajar daring, Telkomsel Branch Kendari juga menambah perangkat 4G dan 3G di lokasi yang kapasitasnya sudah high utilisasi. Kemudian penambahan transport sehingga bandwidth jadi lebih besar serta penambahan coverage baru.
Kemudian, tepat tanggal 20 Juli 2020 jaringan internet pun sudah dapat diakses oleh masyarakat desa Lawatuea dan proses belajar secara daring pun sudah dapat dilaksanakan pihak MI Syiar Islam. Kata Zainal pemberian tugas, materi berupa gambar dan video pun sudah mudah dilakukan dan absensi online siswa berjalan dengan baik melalui group whatsapp setiap tingkatan kelas.
Selain itu sejumlah masyarakat pun meluapkan kebahagiannya dengan memberikan apresiasi kepada Telkomsel melalui akun facebook mereka di antaranya, akun bernama Aydil Motor Bombana dalam postingan berandanya menuliskan “Al_hamdulillah akhirx TELKOMSEL 4G mucul jg didesa lama kami mengeluh krn kau begitu lama menghilang #mksh_bxk_petugas_TELKOMSEL”.
Kemudian akun lain, Mikayla Kosmetik Virall Anj menuliskan “Sekian lamanya..Alhamdulillah.jaringan kembali normal #TELKOMSEL”.