ZONASULTRA.COM, KENDARI – Meski hanya mengantongi 214 suara di Pemilihan Bupati Konawe Kepulauan (Konkep), Muhammad Oheo Sinapoy mengaku tidak malu, bahkan merasa bangga atas capaian tersebut. Pasalnya, suara tersebut tidak dibeli pakai uang atau money politic.
Pasangan calon (paslon) bupati nomor urut 4 Muhammad Oheo Sinapoy dan Muttaqin Siddiq ini berada di posisi paling buncit dalam perebutan kekuasaan di Pulau Wawonii 9 Desember 2020 lalu. Mereka hanya meraup 214 suara atau 0,9 persen.
Oheo mengatakan, 214 suara itu pilihan hati nurani, karena pemilik suara disentuh hati dan otaknya. Itu artinya, mantan kader PDIP ini berhasil menyampaikan pesan-pesan visi dan misinya saat debat, pasang baliho, dan lewat tatap muka.
Dia mengungkapkan, turun ke lapangan mensosialisasikan program serta visi-misinya dengan bertemu 300 orang per hari selama dua bulan. Meski begitu, Oheo mengaku sebagai kandidat yang paling terlambat mendapatkan rekomendasi partai pada injury time.
Sedangkan kandidat yang lain sudah bergerak, apalagi petahana dan dua penantang lain sudah tinggal lama di Wawonii. Pasangan ini memberikan konsep baru terkait pembangunan kepada masyarakat tapi tidak memanfaatkan uang dalam memilih.
“Saya punya laporan LHKP Rp40 miliar, dana kampanye cuma Rp60 juta, artinya kalau saya mau manfaatkan uang dengan aset saya Rp40 miliar saja bisa, tapi begitu saya gunakan uang berarti bukan kualitas saya,” tegas Oheo Sinapoy saat dihubungi melalui telepon, Senin (14/12/2020).
Oheo menyebut, pilkada pertama kalinya yang diikuti ini sebagai pertempuran pilihan keras bagi dirinya. Di satu sisi, dia sebagai calon yang berusaha harus menang. Sementara di sisi lain, dirinya mengibaratkan seperti pikiran seorang pendidik yang harus memberikan pelajaran politik bagi masyarakat.
“Apakah dengan main uang itu kita menang? pada faktanya yang kita lawan ini incumbent, anggap uang yang sama saya mainkan, sementara incumbent punya infrastruktur aparat, desa memiliki seluruh komponen kekuatan. Masyarakat memilih kira-kira yang punya tekanan,” jelas dia.
Oheo menambahkan, meski mendapat dukungan tiga partai, yakni Golkar, Gerindra, dan PPP, namun, dia mengatakan partai politik tidak lagi memberikan korelasi serta pengaruh pada hari pemungutan suara. Menurut dia, yang laku dijual adalah kekuatan figur.
Partai bagi dia hanya persyaratan untuk menjadi calon. Kalau pun tidak menggunakan partai melaui jalur independen seperti penantangnya Abdul Halim dan Untung. Bahkan pasangan nomor urut dua itu mampu menyaingi pasangan yang menggunakan pintu partai.
“Sebenarnya tidak ada korelasi jumlah partai dan pengikutnya antara si calon yang akan maju. Bahwa ada kerja infrastruktur partai, itu bisa jalan bisa tidak, tapi kalau jalan bagus tapi kalau tidak jalan tidak bisa juga kita marah,” ucap Oheo.
Pilkada kali ini merupakan pelajaran demokrasi bagi Oheo maupun orang lain. Menurut dia, maju ke kontestasi 5 tahunan ini untuk beradu kualitas. Dia menyebut, debat kandidat yang dilakukan terbaik diantara kandidat lain.
Lanjut dia, dari sisi progam pihaknya sudah memiliki konsep dalam sebuah grafis 100 hari terpilih, 1 tahun, hingga lima tahun. Dirinya bahkan sudah mengunci kontrak politik dengan masyarakat.
“Bahwa saya tidak beri kalian uang pada hari pemilihan, tapi saya ber kalian uang setelah pemilihan. Kan paling tinggi kita beri uang ke masyarakat, teorinya akumulasi Rp1 juta per suara per hari, ini saya memberikan Rp2,5 juta setiap bulan sepanjang tahun per warga setelah pemilihan (menang),” pungkas dia. (b)
Reporter: Fadli Aksar
Editor: Jumriati