ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pandemi Covid-19 yang mulai meluas pada awal tahun 2020 di Tiongkok memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kondisi perekonomian global bahkan mengalami pertumbuhan negatif seperti Uni Eropa -7,2 persen year on year (yoy); Amerika Serikat -3,4 persen yoy; dan India -8,0 yoy. Kondisi tersebut turut berdampak pada kinerja perekonomian Indonesia dan Sulawesi Tenggara (Sultra) yang mengalami kontraksi pada tahun 2020.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sultra pada tahun 2020 mengalami penurunan, yaitu dari 6,5 persen (yoy) pada tahun 2019 menjadi -0,6 persen (yoy). Meskipun mengalami kontraksi, pertumbuhan ekonomi Sultra masih lebih baik daripada nasional yang tercatat mengalami kontraksi sebesar -2,1 persen (yoy).
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Sultra Bimo Epyanto, mengungkapkan dari sisi permintaan, pembatasan sosial, physical distancing, dan upaya menghambat penyebaran Covid-19 menurunkan aktivitas konsumsi dan pendapatan masyarakat serta ketersediaan lapangan kerja. Hal itu berdampak signifikan pada konsumsi rumah tangga yang menurun dibandingkan periode sebelumnya. Hal serupa juga terjadi pada konsumsi pemerintah yang mengalami penurunan dipicu oleh realokasi anggaran pemerintah untuk menanggulangi pandemi yang terjadi melalui penanganan kesehatan, dampak ekonomi, dan penyediaan jaring pengaman sosial, sementara realisasi DAK Fisik dan pembangunan proyek lebih terbatas.
Penurunan yang cukup signifikan juga terjadi pada investasi disebabkan oleh penundaan investasi pemerintah maupun swasta sejalan dengan bisnis yang cenderung wait and see.
“Akselerasi kinerja impor juga berdampak terhadap kontraksi perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2020 seiring kebutuhan impor untuk bahan baku dan pendukung ekspor serta terus berlangsungnya pembangunan smelter yang dapat memberikan implikasi positif terhadap ekspor dan kinerja industri pengolahan di periode mendatang,” ungkap Bimo dalam keterangan resminya, Senin (8/2/2021).
Dari sisi penawaran, kontraksi pertumbuhan ekonomi Sultra terutama disebabkan oleh penurunan seluruh kinerja lapangan usaha utama. Penurunan lapangan usaha pertanian antara lain disebabkan oleh rata-rata gelombang yang jauh lebih tinggi pada tahun 2020 sehingga turut mempengaruhi kinerja penangkapan ikan.
“Penurunan lapangan usaha pertambangan dan penggalian seiring dengan berlakunya larangan ekspor bijih nikel kadar rendah sehingga berdampak pada penurunan produksi bijih nikel di Sulawesi Tenggara,” tambah Bimo.
Sementara itu, keterbatasan permintaan dan penundaan investasi akibat Covid-19 menjadi faktor pendorong perlambatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan. Lapangan usaha konstruksi juga mengalami penurunan disebabkan oleh pengalihan anggaran pembangunan proyek pemerintah yang diprioritaskan untuk penanganan Covid-19 serta penundaan pembangunan proyek swasta seiring dengan pelaku usaha yang cenderung wait and see.
Di samping itu, penerapan social distancing menyebabkan tingkat konsumsi masyarakat yang cenderung menurun turut memberikan dampak terhadap kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Meskipun demikian, penurunan lapangan usaha utama tersebut dapat sedikit tertahan oleh akselerasi pada lapangan usaha lainnya seperti informasi dan komunikasi seiring peningkatan kebutuhan masyarakat pada masa pandemi Covid-19.
“Ke depan, perekonomian Sulawesi Tenggara diperkirakan akan meningkat secara bertahap pada tahun 2021 seiring proses pemulihan ekonomi dan program vaksinasi nasional yang telah berlangsung mulai awal tahun 2021. Kondisi tersebut akan mendorong peningkatan konsumsi dan investasi disertai perbaikan kinerja lapangan usaha utama seperti konstruksi dan perdagangan,” tutup bimo.
Dalam upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi, Bank Indonesia memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya dan mendukung berbagai kebijakan lanjutan untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi, melalui pembukaan sektor ekonomi produktif dan aman; akselerasi stimulus fiskal; penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran; melanjutkan stimulus moneter dan makroprudensial; serta mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan. (B)