Tradisi Masohi di Lagundi: Membina Kerukunan, Menjaga Kebersihan Lingkungan

Tradisi Masohi di Lagundi: Membina Kerukunan, Menjaga Kebersihan Lingkungan
TRADISI MASOHI - Masyarakat Dusun Lagundi melakukan kerja bakti, Kamis (25/11/2021). Kegiatan itu bagian dari tradisi masohi untuk bergotong royong. (Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, BATAUGA – Masyarakat eks pengungsi Ambon di Dusun Lagundi, Kelurahan Jaya Bakti, Kecamatan Sampolawa, Buton Selatan (Busel) memiliki tradisi masohi. Tradisi asal Ambon ini membuat mereka saling bekerja sama dalam lingkungan masyarakat.

Kata “masohi” berasal dari bahasa daerah di Ambon yang artinya gotong royong. Masohi di dusun tersebut tak hanya membuat mereka dapat membina kerukunan untuk hidup damai tanpa konflik tapi juga dalam hal gerakan masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Seperti pada Kamis (25/11/2021), sejak pukul 05.50 pagi imam kampung tersebut La Ode Udin (59) mengumumkan lewat pengeras suara masjid bahwa dua jam lagi akan ada kerja bakti pembersihan lingkungan. Pemberitahun itu disambut belasan warga yang sempat datang dengan berkumpul di depan jalan kampung tepat pukul 08.00.

Masing-masing pria datang dengan parang dan sapu. Sementara beberapa ibu-ibu berkumpul di satu rumah membuat gorengan ubi dan pisang untuk yang bekerja bakti.

Dengan kerja bakti, kampung yang khusus dihuni 52 KK eks pengungsi itu jadi tampak bersih, sepanjang jalan dan selokan bebas dari sampah. Setelah itu barulah mereka menyantap gorengan secara bersama-sama.

Kepala Rukun Warga (RW) Lagundi, Andi Rifai mengatakan hari Kamis sengaja mereka pilih untuk kerja bakti karena hari-hari lainnya adalah waktu bagi mereka untuk beraktivitas di pasar seperti pada hari Selasa, Rabu, Jumat, dan Minggu. Hari pasar itu tak bisa diganggu karena warga setempat menjadikan pasar sebagai sumber penghidupan dengan berdagang, mengojek, dan aktivitas lainnya.

Kerja bakti sering mereka lakukan selain karena memang kebiasaan juga agar nyamuk tak banyak berkembang di lingkungan mereka yang lembap. Hasilnya selama 20 tahun mendiami wilayah itu, mereka terhindar dari penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD).

“Kalau DBD itu di sini tidak pernah ada tapi kalau kampung tetangga itu ada. Lagian kerja-kerja bersama begini sudah biasa karena masohi ini untuk kegiatan-kegiatan bersama seperti kalau ada yang bangun rumah, atau ada acara pesta semua warga pasti gotong royong membantu,” ujar Andi Rifai.

Kepala Rukun Tetangga (RT) Lagundi, La Ode Supu (54) menyebut kegiatan seperti itu sudah jadi tanggung jawab bersama. Makanya begitu ada pengumuman, warga yang sedang tak ada kegiatan mendesak pasti datang.

“Kalau lingkungan rumah masing-masing jadi tanggung jawab sendiri. Tapi kalau jalan, masjid, dan gedung Posyandu itu selalu kita bersihkan bersama,” ujar La Ode Supu.

Di tempat yang sama, Kepala Lurah Jaya Bakti, La Ode Dirham mengatakan untuk jadwal itu RT dan RW yang mengaturnya agar disesuaikan dengan kesibukan warga. Sebab misalnya kelurahan hendak membuat program Jumat Bersih tidak bisa karena hari Jumat warga Lagundi beraktivitas di pasar.

Lagundi adalah daerah yang sering terkena banjir karena berada di samping Sungai Wandoke dan berada di dataran rendah. Oleh karena itu kata dia bila masyarakat tak membiasakan diri menjaga kebersihan maka rawan bagi kesehatan.

“Ini kampung Lagundi kan rawa-rawa jadi penting menjaga kebersihan. Bukan saja di sini tapi untuk warga Kelurahan Jaya Bakti juga lainnya harus bekerja sama menjaga kebersihan lingkungan,” ujar La Ode Dirham saat memantau warganya.

Selain itu, La Ode Dirham menilai masyarakat Lagundi sudah paham tentang pentingnya hidup sehat dan lingkungan yang bersih. Sebab masyarakat setempat berasal dari kawasan perkotaan di Ambon yang terkenal sebagai kota maju dan bersih.

Kebiasaan masyarakat Lagundi itu kata dia, ada kaitannya dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang tengah didorong oleh pemerintah. Germas ini merupakan sebuah gerakan yang sistematis dengan tujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat.

“Germas ini masih tahap penyuluhan di tingkat kabupaten. Rabu (24/11/2021) kemarin saya ikut sosialisasinya di Batauga (ibu kota Busel). Pada prinsipnya semua lapisan masyarakat bertanggung jawab dengan gerakan ini. Ada banyak indikatornya, hampir semua sektor arahnya ke Germas ini, mulai dari kesehatan, gizi, sanitasi, dan lain sebagainya,” ucap dia. (SF)

 


Reporter: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini