ZONASULTRA.ID, KENDARI – Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kendari, Yoseph Nahak menyebutkan, fortifikasi produk menjadi salah satu solusi pencegahan stunting, khususnya di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra).
Ia menjelaskan, fortifikasi merupakan pengayaan zat gizi yang dilakukan dengan penambahan zat besi pada tepung terigu, iodium pada garam, dan vitamin A pada minyak goreng. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan asupan kebutuhan mikro penting melalui jenis pangan tertentu.
“Terigu, garam, dan minyak goreng menjadi implementasi produk yang tercantum ke 3 dari 4 permasalahan yang dapat ditangani melalui fortifikasi,” ucapnya saat ditemui di kantornya pada Kamis (7/7/2022).
Ia mengatakan, secara nasional, BPOM memang diminta Bappenas untuk ikut berperan dalam penurunan stunting di bagian pengawasan mutu dari produk difortifikasi.
Hal tersebut sejalan dengan amanat pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Pemerintah berwenang dalam menetapkan fortifikasi pangan dan memberlakukan secara wajib.
Yoseph mengatakan, terkait masalah gizi, Sultra masih memiliki empat permasalahan utama, yaitu ibu hamil yang kurang energi kronis, kekurangan vitamin A, kurang mengonsumsi yodium, dan kekurangan zat besi.
Ia mengaku saat ini pihaknya terus mengedukasi masyarakat. BPOM Kendari juga memiliki program yang diberi nama desa pangan aman. Dalam program tersebut, pihaknya melakukan edukasi pada masyarakat terkait cara untuk mencegah stunting.
“Selain itu, ini juga menjadi tugas dan tanggung jawab BPOM untuk mengawasi,” tutupnya. (B)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Jumriati