ZONASULTRA.ID, KENDARI – Badan Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kota Kendari mencatat, sepanjang 2022 telah menyelamatkan 210 jiwa dari 67 kejadian yang ditangani di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra)
Wilayah kerja Basarnas Kendari sendiri, yakni 17 kabupaten/kota se-Sultra, termasuk daerah Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Kepala Basarnas Kendari Aris Sofingi merinci, dari 67 kejadian yang ditangani selama setahun di antaranya kecelakaan kapal 38, kondisi membahayakan manusia seperti hilang di hutan 28 kejadian serta menangani satu bencana alam.
Kata dia, pihaknya berhasil menyelamatkan sm210 jiwa dengan rincian kecelakaan kapal 172 orang yakni kondisi membahayakan manusia seperti hilang atau tenggelam di sungai, hilang di hutan tercatat 28 orang, dan bencana alam 10 orang.
“Dari operasi SAR yang ditangani Basarnas Kendari mencatat sebanyak 29 orang yang meninggal dengan rincian 11 orang dari kecelakaan kapal, dan 18 orang dari kondisi membahayakan manusia,” katanya saat memberikan sambutan di kegiatan press release di salah satu warkop di Kota Kendari, Selasa (27/12/2022).
Ia menyebut, kejadian kecelakaan yang ditangani Basarnas Kendari mengalami penurunan bila dibanding 2021, di mana total kasus yang ditangani sebanyak 83 dengan rincian 56 kecelakaan kapal dan 27 kasus membahayakan manusia.
Dari operasi SAR 2021, Basarnas Kendari melakukan penyelamatan dan evakuasi 392 orang dengan rincian 342 orang selamat dan 33 meninggal. Namun terdapat 17 orang dinyatakan hilang meski telah dilakukan pencairan selama tujuh hari.
“Dari jumlah keseluruhan kecelakaan yang terjadi di wilayah kerja Kantor Pencarian dan Pertolongan Kendari apabila dibandingkan dengan tahun 2021 terjadi penurunan sekitar 19 persen,” sebutnya
Ia menambahkan, Basarnas Kendari telah membentuk 664 potensi SAR di berbagai daerah seperti di Kabupaten Muna, Konawe Utara, dan Wakatobi sebagai perpanjangan tangan untuk memberikan pertolongan ketika terjadi musibah atau kondisi membahayakan manusia di atas permukaan air.
“Potensi SAR yang dilatih dari berbagai unsur gabungan, antara lain instansi pemerintah, organisasi masyarakat, dan kelompok nelayan agar memiliki sikap mental di bidang kemanusiaan dan bisa membantu Basarnas dalam penanganan awal apabila terjadi suatu kedaruratan baik bencana maupun kecelakaan, baik kapal udara, kapal laut dan kondisi kondisi yang membahayakan manusia lainnya,” sebutnya
Sementara itu, ia mengimbau khususnya para nelayan sebelum melaut agar terlebih dahulu memperhatikan kelayakan kapal, alat komunikasi, alat keselamatan, dan selalu memperhatikan kondisi cuaca. Selain itu, mempersiapkan alat komunikasi dan navigasi seperti marine radio, HP, peta, dan GPS.
“Siapkan alat keselamatan seperti pelampung dan ringboy, terakhir selalu memperhatikan kondisi cuaca dengan melihat informasi dari BMKG sebelum melaut,” imbaunya. (B)
Kontributor: Sutarman
Editor: Jumriati