Tari Mondotambe di Kendari, Bentuk Penghormatan pada Tamu

Tari Mondotambe di Kendari, Bentuk Penghormatan pada Tamu
TARI MONDOTAMBE – Para penari dari Sanggar Ana Sepu Sorume saat melakukan tari mondotambe. (Foto: Istimewa)

ZONASULTRA.ID, KENDARITari Mondotambe adalah salah satu seni tari tradisional khas Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berasal dari suku Tolaki. Tarian ini juga sebagai tari penjemputan yang sering ditampilkan saat menyambut para pejabat negara atau tamu-tamu yang berkunjung ke Sultra.

Tarian ini masih lestari di Kota Kendari, ibu kota Provinsi Sultra dan sudah menjadi ciri khas daerah ini. Salah satunya selalu ditampilkan oleh Sanggar Ana Sepu Sorume yang beralamat di Kelurahan Lalolara, Kecamatan Kambu, Kota Kendari.

H. Darma (62), pemilik Sanggar Ana Sepu Sorume, yang anak didiknya biasa menampilkan Tari Mondotambe, mengatakan, Tari Mondotambe merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para tamu sekaligus sebagai tanda rasa syukur kepada Tuhan.

Dalam tarian ini juga tersemat harapan agar para tamu yang berkunjung ke Sultra mendapatkan rahmat dan keselamatan bila kembali ke tempat tugasnya.

Tarian Mondotambe dibawakan oleh gadis-gadis remaja sebagai tanda penerimaan yang tulus, ikhlas, dan gembira dengan kedatangan tamu tersebut.

Tari Mondotambe di Kendari, Bentuk Penghormatan pada Tamu
Pemilik Sanggar Ana Sepu Sorume H. Darma (62) menunjukkan tempat latihan para penari di Kelurahan Lalolara, Kota Kendari, 29 Oktober 2023.

Para penari mengenakan busana motif tabere atau hiasan, sarung tenun Tolaki, dan aksesoris seperti ngaluh atau ikat kepala, kalung dan membawa bosara atau bokor dari rotan.

Saat menari, para penari diiringi oleh musik yang terdiri dari dua gong besar, tiga gong kecil berirama, dan tiga gendang Tolaki.

Variasi tarian Mondotambe sendiri terdiri dari 13 gerakan yang diakhiri dengan tabur bunga atau beras yang dalam bahasa Tolaki disebut mekaliako owoha.

Untuk jumlah penari Mondotambe minimal empat orang, bahkan bisa mencapai 12 orang, yang terpenting jumlah penari genap.

Menurut Darma, alasan penari Mondotambe minimal empat orang karena empat merupakan simbol dari Siwole Mbatohu, yakni pembagian wilayah Kerajaan Konawe menjadi empat bagian, yaitu bagian barat, timur, utara, dan selatan.

Tari Mondotambe di Kendari, Bentuk Penghormatan pada Tamu
Para penari dari Sanggar Ana Sepu Sorume saat menampikan tari umoara sebagai rangkaian dalam tari mondotambe. (Foto: Istimewa)

Bagian barat kerajaan Konawe berpusat di Latoma, bagian timurnya di Ranomeeto, bagian utara di Tongauna, dan bagian selatan berpusat di Asaki.

Tujuan pembentukan Siwole Mbatohu ini, kata H. Darma adalah untuk memperlancar urusan pemerintahan Kerajaan Konawe yang memiliki wilayah luas saat itu.

Tari Mondotambe dan Umoara

Jika berbicara Tari Mondotambe maka tak bisa lepas dari Tari Umoara. Kata H. Darma, kedua tarian tradisional ini merupakan satu paket yang selalu ditampilkan bersama.

Tari Umoara adalah tarian perang pada masyarakat Tolaki. Kata Umoara memiliki arti mencoba atau coba-coba.

Adapun yang dicoba adalah ketangkasan memainkan parang atau taawu, melatih kekuatan otot melalui hentakan kaki, melatih ketangkasan mata dan melatih menangkis memakai kinia atau tameng atau perisai.

Tari Umoara dibawakan oleh dua orang pemuda. Keduanya mengenakan pakaian perang Tolaki serta membawa parang dan tameng atau perisai.

Dalam Tari Umoara ini, kedua penari laki-laki bermain pedang sambil melompat. Tangan yang memegang parang di sebelah kanan dan perisai di sebelah kiri diayunkan ke arah penari lain, yang dipandang sebagai musuh di medan peperangan.

“Jadi, Tari Mondotambe dan Tari Umoara ini satu paket, di mana ada Tari Mondotambe maka di situ ada juga Tari Umoara. Kalau Mondotambe dibawakan oleh perempuan maka Tari Umoara ini dibawakan oleh dua orang laki-laki muda,” terang H. Darma saat ditemui di sanggarnya, akhir Oktober 2023.

Sejarah Mondotambe dan Umoara

Tari Umoara sudah ada sejak masa Kerajaan Konawe dulu. Pada masa lalu tari ini dipentaskan setelah para tentara kerajaan Mekongga dan Konawe selesai perang. Sebagai tanda kemenangan maka mereka disambut oleh rakyat dengan tarian tersebut.

Dulu, kata H. Darma, hanya Tari Umoara saja yang ditampilkan untuk menyambut para tentara kerajaan, belakangan terciptalah Tari Mondotambe yang hingga saat ini selalu menyertai Tari Umoara.

Tari Mondotambe di Kendari, Bentuk Penghormatan pada Tamu
Para penari dari Sanggar Ana Sepu Sorume

Selain ditampilkan saat menyambut tamu-tamu penting, di masyarakat suku Tolaki, tarian ini juga dipentaskan dalam prosesi pernikahan. Keluarga mempelai perempuan akan menyiapkan tarian ini untuk menyambut mempelai pria.

“Kemarin itu ada pernikahan, laki-lakinya dari Muna. Keluarga mempelai laki-laki tampilkan silat Muna, mempelai perempuan tampilkan Tari Mondotambe,” ujar H. Darma.

Menurut H. Darma, Tari Mondotambe dan Tari Umoara akan selalu eksis. Sebab, tari ini selalu dibutuhkan.

Namun, bukan berarti harus berpangku tangan. Semua harus bergerak untuk mengenalkan tarian ini, terutama kepada generasi muda yang kini lebih tertarik dengan dance modern.

Untuk membuat Tari Mondotambe dan Tari Umoara tetap lestari, salah satu usaha yang dilakukannya adalah selalu mengenalkan kedua tarian ini kepada para anak baru yang masuk ke sanggarnya.

Tujuannya tak lain agar semakin banyak yang mengetahui tarian tersebut dan mengajarkannya kembali kepada orang lain sehingga kedua tarian khas Tolaki ini bisa tetap eksis.

Nilai Estetis dalam Gerak Tari Mondotambe

Dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Amalia Putri Haris (2021), dijelaskan terkait nilai estetis tari mondotambe. Ia melakukan penelitian di Kecamatan Kambu Kota Kendari Sulawesi Tenggara saat menyelesaikan pendidikan sarjana di Program Studi Seni Tari, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar.

Dalam hasil penelitiannya, dijelaskan bahwa gerak tari Mondotambe memiliki gerak rampak (rapi atau teratur) yang ditampilkan secara lincah dan bertenaga sehingga termasuk gerak yang dinamis. Ragam gerak tari Mondotambe terdapat 4 ragam gerak, yaitu (1) Masemba (penghormatan), (2) Megili/Meputara (berputar), (3) Mosembah (duduk bersembah), dan (4) Mombehauako o Bunga (melempar bunga).

Nilai estetis gerak tari Mondotambe dapat diuraikan pada setiap ragamnya. (1) Nilai keindahan pada ragam Masemba menggambarkan sikap Merou yaitu sikap sopan santun dan menampilkan sebuah kerampakan dan keseimbangan pada penari. (2) Nilai keindahan gerak pada ragam Megili/Meputara, terletak pada gerak berputar 360° ke kanan dan kekiri dengan lincah tanpa kehilangan keseimbangannya. Selain itu, gerakan ini menggambarkan sikap O’sara (sikap patuh dan setia terhadap putusan adat).

Kemudian, (3) nilai keindahan pada ragam Mesombah, terletak gerak melempar bunga kemudian kedua tangan dirapatkan di depan dada dengan ekspresi penari yang selalu tersenyum dan menampilkan kerampakan bentuk penari saat bergerak. (4) Nilai keindahan gerak pada ragam Mombehauako O Bunga terdapat pada gerak mengayunkan tangan melempar bunga kepada para tamu. Gerakan ini menggambarkan kegembiraan penari semakin terlihat dalam mempersilahkan para tamu undangan untuk masuk ke tempat acara. (***)

 


Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini