Harga Anjlok, Petani di Bombana Enggan Jual Cengkehnya

harga-anjlok-cengkeh
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Harga cengkeh yang anjlok hingga Rp 75.000 per kilogram membuat para petani yang telah memanen cengkehnya di dua desa di Kabupaten Bombana, yaitu Desa Tirongkotua dan Desa Rahadopi enggan untuk menjualnya.

harga-anjlok-cengkeh
Ilustrasi

Lahadi (59), salah seorang petani cengkeh di Desa Tirongkotua mengatakan, dirinya bersama petani cengkeh lainnya tidak akan menjual cengkeh hingga harganya bisa lebih mahal dari harga saat ini atau sama dengan harga tahun lalu yang berkisar Rp 175 ribu hingga Rp 250 ribu per kilogram.

Menurut Lahadi, dengan harga cengkeh sebesar Rp 75.000 per kilogram, petani sangat merugi sebab telah mengeluarkan banyak biaya hingga musim panen tiba.

“Mulai dari pemeliharaan hingga upah pemetik, biayanya cukup tinggi,” tutur Lahadi ditemui Sabtu (24/9/2016).

Khusus upah pemetik cengkeh, kata dia, pihaknya harus mengeluarkan dana minimal Rp 10.000 per liter basah. Untuk mencapai satu kilogram cengkeh kering setara dengan empat hingga lima liter cengkeh basah.

Sementara itu, Hj. Sarina (45), salah seorang pedagang pengumpul cengkeh di Kabaena mengaku bila tahun ini petani cengkeh tidak mau menjual hasil panennya.

“Kalaupun ada yang menjual hasil panen cengkehnya, itu karena membutuhkan dana praktis untuk membiayai anak-anak mereka yang sekolah,” ungkap Rina, sapaan akrabnya.

Menurut Najamuddin (56), juga salah seorang pedagang pengumpul cengkeh di Desa Rahadopi, harga cengkeh anjlok dimungkinkan karena wacana kenaikan harga rokok yang mencapai Rp 50.000 per bungkus.

“Tahun sebelumnya, petani cengkeh masih dapat menikmati hasil panennya sebab harganya mencapai Rp175 ribu hingga Rp 250 ribu per kilogram, tapi kali ini sungguh sangat anjlok seiring adanya wacana kenaikan harga rokok,” ungkapnya.

Oleh karena itu, baik petani maupun pedagang pengumpul di Kabaena berharap agar pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor pertanian. (B)

 

Reporter : Jumrad Raunde
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini