ZONASULTRA.COM, KOLAKA – PT Aneka Tambang (Antam) Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra) melanjutkan program transplantasi terumbu karang di Desa Hakatutobu, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).
General Manager PT Antam UBPN Sutra Tri Hartono menjelaskan, inisiatif untuk melanjutkan program yang sudah digagas sejak 2015 itu merupakan wujud komitmen Antam untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar wilayah operasi tambang.
Tri Hartono mengatakan, program transplantasi terumbu karang di Desa Hakatutobu dikerjasamakan antara Komunitas Pecinta Alam Laut (Kapal) dengan masyarakat nelayan setempat.
Dalam melakukan kegiatan pertambangan, kata dia, Antam menganut prinsip yang berorientasi pada profit, kesejahteraan sumberdaya manusia (karyawan dan masyarakat) serta kelestarian lingkungan.
“Hal itu sejalan dengan komitmen kami yakni Antam memegang teguh komitmen good mining practice melalui kegiatan pelestarian lingkungan, seperti rehabilitasi terumbu karang,” jelasnya.
Tri Hartono mengungkapkan, akibat aktivitas pertambangan nikel yang tak terkendali di wilayah Pomalaa dalam kurun waktu 2010 hingga 2013, sedimentasi pantai makin mengikat. Akibatnya, banyak habitat terumbu karang juga ikut rusak.
Program transplantasi karang ini, kata dia, bertujuan untuk membantu alam dalam memperbaiki kualitas perairan. Namun, jika menunggu perbaikan alami, akan memakan waktu yang lama. Sehingga Antam berinisiatif melakukan transplantasi karang.
“Karena terumbu karang yang baik akan memberikan nutrisi bagi habitat ikan sehingga dapat menunjang perekonomian masyarakat nelayan,” katanya.
Dalam kegiatan itu, Tri Hartono juga menyerahkan bantuan alat monitoring dan survey terumbu karang berupa alat selam dasar serta bantuan biaya operasional selama satu tahun kepada anggota Kapal dan nelayan Hakatutobu.
Sementara itu, ketua tim transplantasi karang Desa Hakatutobu Taufik Ahmad mengungkapkan, program ini diawali dengan survey inventaris lokasi sejak 2012 lalu. Namun baru dimulai pelaksanaan rehabilitasnya pada 2015 atas kerjasama Antam dengan masyarakat desa.
“Kemudian, tahun ini kita melanjutkan kembali program tahun lalu. Karena tahun lalu, hanya 19 persen karang yang berhasil hidup. Itu terjadi karena kurangnya perawatan dan pembersihan tunas karang,” ujar Taufik.
Saat itu, menemukan beberapa populasi terumbu yang masih baik di perairan Desa Hakatutobu. (A)
Reporter: Abdul Saban
Editor: Jumriati