ZONASULTRA.COM, BUTON – Kabupaten Buton akan kembali panas bergelora. Bukan karena produksi aspal hitam terbakar yang meletup letup, tapi karena ada Festival Budaya Tua Buton yang akan membuat puluhan ribu peserta dan wisatawan bergelora menyatu bersama dalam parade seni dan budaya.
Festival Budaya Tua Buton akan dilaksanakan pada 19-25 Agustus 2017 dan akan dipusatkan di Takawa Desa Dongkala, Pasarwajo. Takawa sendiri merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Buton.
“Ini even tahunan dan dengan festival ini kita harapkan terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara yang datang ke Buton Sulawesi Tenggara, apalagi Buton akan jadi salah satu tempat singgah kapal-kapal dari berbagai negara yang berlayar dalam rangkaian acara Sail Tomini 2017,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten Buton La Ode Zainudin Napa.
Ada beberapa event unik dan menarik yang disajikan dalam festival ini yang juga ditujukan untuk menyambut Sail Tomini 2017. “Festival ini ada lima rangkaian. Pertama Festival Dole dole, festival posuo (pingitan), Ritual Tandaki, Festival Pekande Kandea dan ditutup dengan tarian kolosal yang melibatkan 10 ribu orang,” lanjutnya.
Festival Dole Dole merupakan tradisi tua berupa imunisasi alamiah masyarakat Buton yang diwariskan secara turun temurun. Prosesi ini dilaksanakan untuk anak yang berumur di bawah lima tahun. Biasanya, dilengkapi pemberian nama bagi anak. Tahun ini, sebanyak 200 anak balita akan disertakan dalam Festival Dole Dole.
Kegiatan yang tak kalah menariknya adalah Festival Posuo (Pingitan). Festival yang satu ini merupakan tradisi pingitan bagi gadis remaja sebelum memasuki usia dewasa. Pada masa lampau, kegiatan pingitan dilaksanakan selama 40 hari, setelah itu menjadi 7 hari, dan saat ini dapat dilaksanakan hanya empat hari lamanya. Festival Posuo diikuti 200 gadis remaja.
“Semua itu untuk melestarikan tradisi tua masyarakat Buton yang diwariskan turun temurun. Di 2017 ini, Festival Posuo diikuti 200 gadis remaja. Mereka akan tampil menarik dan mengikuti upacara ritual secara seksama,” tutur La Ode Zainudin Napa.
Selanjutnya ada pelaksanaan Ritual Tandaki, yang merupakan sunatan tradisi Buton. Ritual Tandaki diperuntukkan bagi anak laki-laki yang telah memasuki masa akil balig, yang melambangkan anak laki-laki tersebut berkewajiban untuk melaksanakan segala kebaikan dan menghindari yang terlarang.
(Baca Juga : Meriahkan Festifal Budaya Tua Buton, Pemkab Buton Bakal Libatkan 10.000 Penari)
Sunatan ini sudah dilakukan ribuan tahun silam bahkan sebelum Islam masuk ke Buton. Di zaman dulu pakai bambu, tetapi kini sudah memakai tenaga medis. Dalam acara sunatan tahun ini juga akan melibatkan 200 anak.
Setelah itu, ada Festival Pekande-Kandea yang merupakan tradisi menyambut para pejuang dari medan pertempuran. Dalam bahasa Buton, kegiatan itu sering juga disebut Bongkaana Tao. “Ini semacam makan bersama. Tempat makannya unik bernama talang, yakni nampan berkaki,” kata Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan.
Selain atraksi budaya, kata Wawan Ajen itu, festival Buton juga menyuguhkan kuliner yang dijamin ketagihan. Seperti ikan dole, ikan kecil-kecil dan ditumbuk dengan kelapa. Lalu ada ayam nasuwolio, bentuknya ayam goreng dengan kelapa. Belum lagi kue-kue tradisional dari bolu sampai baruasa.
Puncaknya? akan ada tarian kolosal yang diperagakan lebih dari 10 ribu orang. Empat jenis tarian akan ditampilkan yaitu Ponare, Potimbe, Bosu, dan Lumense. Lokasinya berada di panggung utama yang bisa disaksikan pengunjung dari ketinggian.
Dalam rangkaian festival juga ada pameran Buton Expo. Malam harinya, hiburan rakyat berupa lomba-lomba kesenian daerah dan penampilan artis Ibu Kota dan lokal membuat festival ini lebih semarak
Diluar acara festival, wisatawan dapat menikmati pesona keindahan Pulau Buton yang kini telah mekar menjadi beberapa kabupaten/kota, masing-masing Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Bombana yang wilayahnya masuk dalam jazirah daratan Sulawesi Tenggara. La Ode Zainudin Napa mengatakan ada pembagian fokus pariwisata di ketiga daerah, Buton, Bau Bau dan Wakatobi
“Buton mengandalkan kawasan hutan Lambusongo, kalau Wakatobi diving-nya sedangkan Kota Baubau Benteng Kesultanan Buton-nya,” ucapnya.
Andalan Buton adalah Hutan Lambusango, karena setiap tahun mampu menjaring wisman sebanyak 800 orang per tahun, terutama asal Eropa, terlebih Inggris. “Mereka dikoordinior LSM Wallacea yang berkantor pusat di Inggris, yang datang ke Hutan Lambosango setiap tahun,” ujarnya
Lambosango merupakan hutan tropis sekaligus hutan adat bagi masyarakat Kabupaten Buton. Hutannya masih terjaga dan menjadi paru-paru dunia. Di dalamnya ada beragama jenis pohon dan hewan, dan juga ada air terjun yang menakjubkan.
Untuk pantai, bisa mencoba sensasi Pantai Wabula yang berada di Desa Adat Wabula. Pantai ini ber-sunset menakjubkan dan memilik beberpa spot diving. Satu lagi Pantai Kogano yang tengah disiapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata memiliki bentangan pantang sepajang 2 kilometer.
Sedangkan di Bau-Bau, bisa menikmati pesona Benteng Keraton Buton yang merupakan benteng terluas didunia (23.375 hektar) dan pernah tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guinness Book Record pada tahun 2006 sebagai Benteng Terluas di Dunia dengan luas sekitar 23.375 hektar.
Saking luasnya sampai terdapat dua kelurahan yang dilingkupi megahnya tembok-tembok kokoh benteng ini. Lebih menarik lagi, benteng ini bukan warisan penjajahan, tetapi murni buatan manusia Buton zaman dahulu, ketika Kerajaan dan Kesultanan Buton berjaya pada zamannya.
Bukan hanya Kota Baubau, sebagai pusat peradaban Pulau Buton, juga ada Kabupaten Wakatobi, yang sangat popular dengan pesona lautnya. Saking populernya, Wakatobi dikenal sebagai kabupaten yang memiliki terumbu karang terbaik di dunia.
Wajar, bila wisatawan mancanegara kerap berkunjung kesana, termasuk Duta Besar Amerika Cameron Hume pernah menghabiskan waktunya 4 hari disana untuk menyelam dan berekreasi. Bahkan Bill Gates, raja Microsoft juga pernah diving dan menikmati matahari beringsut di peraduan di salah satu destinasi diving terbaik di jagad raya, sisi barat Pulau Lamanggau ini.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengapresiasi event Festival Budaya Kota Tua Buton ini. Kegiatan ini yang setiap tahun makin meriah ini bisa menjadi sarana untuk mempromosikan potensi pariwisata serta meningkatkan kunjungan wisatawan ke Pulau Buton
“Banyak keunikan keunikan warisan budaya nenek moyang yang ditampilkan disini, ini harus dilestarikan,” kata Menpar Arief Yahya.
Menurut Menpar Arief Yahya, Parade Pesona Kebangsaan juga bagian dari upaya memperkuat atraksi sebagai bagian penting dari unsur 3 A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas).
“Pulau Buton merupakan destinasi kelas dunia karena memiliki ikon Benteng Keraton Buton, Hutan Lambusango dan Pesona Wakatoi yang telah ditetapkan sebagai destinasi prioritas dikembangkan sebagai 10 Bali Baru,” tukas Menpar Arief Yahya. (*)