ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Wajahnya selalu tampak gembira. Tidak terlihat sedikit pun raut sedih. Senyumnya yang ramah selalu diperlihatkan kepada semua orang. Hari-harinya dijalani dengan penuh semangat. Ia selalu menjalani pekerjaan dengan sungguh-sungguh karena baginya pekerjaan harus selalu dijalankan sebaik mungkin.
Itulah sekilas sosok Riswia (54), warga Desa Analahumbuti, Kecamatan Anggotoa, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra). Setelah suaminya, Jamrun, meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas pada 1997 silam, otomatis dia harus berperan ganda, sebagai ibu sekaligus bapak bagi kelima buah hatinya. Anak sulungnya saat itu berumur 15 tahun dan yang bungsu masih berumur 3 bulan. Tak banyak yang ditinggalkan suaminya yang bekerja sebagai guru sekolah dasar (SD), selain pesangon senilai Rp800 ribu.
Riswia mengaku sempat stres dengan takdir yang menimpanya itu. Uang pesangon suaminya yang terbilang sedikit itu menjadi satu-satunya sumber kehidupan mereka. Namun Riswia menyadari, kebutuhan hidup dia dan kelima anaknya itu akan terus bertambah, apalagi anak-anak harus disekolahkan. Perempuan yang hanya lulusan SMP ini bertekad agar semua anaknya bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi dari dirinya.
“Saya tidak pernah mengeluh. Saat itu saya tidak berpikir bagaimana nanti. Saya nekat saja dan Alhamdulillah, Allah selalu berikan saya rezeki sedikit demi sedikit,” kata Riswia ditemui zonasultra.id, Jumat (22/12/2017).
(Baca Juga : Wa Ati, Perempuan Tangguh dari Kabupaten Muna)
Kepergian suaminya membuat kondisi ekonomi keluarga Riswia memprihatinkan. Ia harus berusaha sendiri menghidupi keluarga dan kebutuhan anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah. Beban berat dirasakannya saat dirinya sakit dan tidak bisa lagi bisa bekerja. Saat seperti itu, ia terpaksa mencari pinjaman pada keluarga dekatnya hanya untuk sekedar uang saku anak-anaknya.
Tak ingin mengecewakan mendiang suaminya, Riswia mencari penghasilan tambahan untuk hidup sehari-hari. Riswia pun mencoba berbagai macam bisnis dengan modal kepercayaan dari seorang kerabat. Mulai dari berjualan sayur, hasil bumi, hingga membuka kios kecil di rumahnya. Ia juga menjajakan kain yang dijualnya secara kredit. Di tengah kesibukannya, ia tidak pernah lupa mengingatkan anak-anaknya agar rajin belajar.
“Saya biasanya jualan sayur hingga di daerah Lasolo (Konawe Utara). Sepulang dari sana, saya bawa lagi barang lain untuk dijual di sini. Karena hanya mengharapkan pensiunan almarhum suami saya itu tidak cukup untuk menyekolahkan anak saya,” kisahnya.
Menafkahi lima anak dengan berbagai bisnis, awalnya terasa sulit bagi perempuan kelahiran 13 Maret 1963 itu. Namun lama-kelamaan dirinya mulai terbiasa. Ia menggeluti berbagai usaha semata-mata untuk membahagiakan anak-anaknya.
Riswia kini telah merengkuh kebahagiaan atas jerih payahnya. Tiga dari lima anaknya kini sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Anak sulungnya, Sarmadan PNS di Puskesmas Ahuhu, Sabarullah PNS di BPBD Konawe, anak ketiganya Jusriani menjadi seorang Ibu Persit karena dipersunting anggota TNI yang saat ini bertugas di Raha. Anak keempatnya Muh Al Israjab kini menjadi pegawai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia cabang Sultra, dan si bungsu Ilham Azhar sementara menyelesaikan studinya di Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.
“Saya sampaikan kepada anak-anak agar tetap melanjutkan sekolah. Jangan ada yang berpikir putus sekolah karena rezeki itu sudah diatur. Dan Alhamdulillah, itu semua terwujud, karena saat ini tinggal yang bungsu saja yang sementara dibiaya. Prinsip saya mendidik anak-anak ada tiga hal, yaitu ikhlas, jujur, dan sabar, karena semua akan indah pada waktunya,” lanjutnya.
(Baca Juga : Kisah Nenek Penjual Ikan, Dorong “Lori” Keliling Kampung)
Setelah bebannya sudah mulai terasa ringan, perlahan Riswia mulai meninggalkan bisnisnya. Ia lalu menamatkan diri di bangku SMA dengan mengikuti ujian paket C pada tahun 2006. Dirinya lalu menjadi pegawai harian tidak tetap (PHTT) di Kantor Kelurahan Inolobu. Dan rasa syukur kembali diucapkannya saat melihat namanya ikut diangkat sebagai CPNS melalui jalur kategori 2 pada 2015 lalu.
Meski sudah menjadi abdi negara dan sukses menyekolahkan kelima anaknya, namun Riswia masih sering merasa kesepian. Rumah yang dia tempati bersama anak-anaknya dulu, kini sepi karena anak-anaknya telah berkeluarga dan membangun rumah sendiri.
Sesekali anak-anaknya datang menengok dirinya, karena ada dua anaknya yang membangun rumah tidak terlalu jauh dengan rumah mereka dulu. “Saya bahagia dengan pencapaian anak-anak saya saat ini, karena tentunya sebagai seorang ibu pasti bangga melihat anak-anaknya sukses. Mereka kini sudah berkeluarga dan memiliki anak masing-masing,” ucapnya.
Kasih ibu tidak ada batasnya. Kasih ibu itu sepanjang masa. Seorang ibu rela melakukan apa saja demi anak yang dicintainya. Dibalik kesuksesan seseorang anak, tentu tidak jauh dari peran orang tuanya, terutama wanita yang telah melahirkannya. Seorang ibu akan berusaha keras merawat anaknya hingga kelak menjadi orang yang sukses. Seperti itulah yang dilakukan Riswia menyukseskan anak-anaknya. (A)
Penulis: Dedi Finafiskar
Editor: Jumriati