ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kementerian Energi Sumber Daya Mineral memantau perkembangan pembangunan pabrik smelter yang dilakukan sejumlah perusahaan pertambangan di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Direktur Jenderal (Dirjen) Pertambangan Bambang Gatot Ariyono mengungkapkan pemantauan yang dilakukan tersebut untuk melihat sejauh mana keseriusan dan komitmen pengusaha pertambangan dalam menjalankan kebijakan pemerintah. Sebelumnya pemerintah melarang pengiriman mineral dalam bentuk konsentrat dan mengharuskan perusahan pertambangan membangun pabrik pemurnian atau smelter di dalam negeri.
“Kami ingin melihat kebijakan pemerintah dilapangan berjalan atau tidak. Ada beberapa yang kami pantau. Kami perlu melihat realisasinya, kapan mulai produski karena impacnya banyak terhadap sumber daya nikelnya dapat dari mana, bisa terpenuhi atau tidak harganya bagaiman supaya kentingan penambang dan smelter mendapatkan manfaat yang sama,” terang Bambang yang ditemui sejumlah awak media usai meninjau pabrik smelter Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) di Konawe Rabu (14/2/2018) lalu.
Bambang mengungkapkan dia bersama timnya melakukan pemantauan selama dua hari. Mereka mengunjungi sejumlah perusahaan pertambangan di Sultra seperti pabrik milik Bintang Smelter Indonsesia (BSI) yang berada di Kabupaten Konawe Selatan dan Virtue Dragon yang berada di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe yang saat ini masih dalam tahap membangun pabrik pemurnian. Bambang bahkan memberikan apresiasi atas progres pembangunan pabrik smelter VDNI. Dia pun berharap pembangunan pebri segera selesai agar bisa memberikan manfaat lebih baik bagi pemerintah terutama bagi masyarakat.
“ Ini yang terbesar untuk kawasan Sulawesi bagian selatan, tentu setelah Sulawesi Mining Indonesia (SMI) di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah (Sulteng),” ujar Bambang
General Manager VDNI Rudi Rusmandi mengungkapkan saat ini terus menggenjot penyelesain pabrik smelter. Dari target 15 saat ini baru dua pabrik yang beroperasi dengan kapasitas mencapai 200.000 ton, selanjutnya di Maret mendatang akan beroperasi lagi 3 pabrik. Hasil pengolahan ore dalam bentuk setengah jadi alias nikel pig iron (NPI) di export ke negara China.
“Ore nikel saat ini didatangkan dari sejumlah miner lokal asal Sulawesi Tenggara, hanya ada satu yang disuplai dari luar Sultra,” Ujar Rudi.
Menurut Rudi untuk kebutuhan suplai ore nikel saat ini masih mencukupi. Untuk diketahui VDNI merupakan merupakan satu dari 14 kawasan industri yang dibangun di luar Pulau Jawa. Selain smelter perusahaan asal China itu juga sudah membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 569 MW di lokasi tersebut. Smelter tahap pertama bisa menghasilkan 600.000 ton NPI dengan kadar nikel 10-12 %. Nilai investasi VDNI mencapai Rp13 trilyun. Diperkirakan saat pembangunan tuntas akan menyerap tenaga kerja sebanyak 18.200 orang. (*)
Penulis : Tahir Ose