Ali Mazi: Penyebab Banjir Konut Bukan Akibat Tambang

Gubernur Sultra Ali Mazi
Ali Mazi

ZONASULTRA.COM,PASARWAJO– Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi menyatakan bahwa banjir bandang yang menimpa Kabupaten Konawe Utara (Konut) tidak ada korelasinya dengan aktivitas tambang di daerah itu.

“Tidak juga, penyebabnya karena aktivitas tambang, tambangnya itu ada di wilayah bagian utara, sedangkan banjirnya di wilayah bagian timur,” ungkap Ali Mazi usai mengikuti upacara HUT Pasarwajo ke-16, Senin (10/6/2019).

Ia menyebutkan, jika pada 20 tahun silam pernah terjadi banjir seperti saat ini, dan bukan karena aktivitas tambang.

Sementara itu, sejumlah pihak menyebutkan jika aktivitas tambang menjadi penyebab terjadi banjir di Konawe Utara (Konut).

(Baca Juga : Banjir Bandang Konut, 855 Rumah Tenggelam, 56 Hanyut, 4.089 Warga Mengungsi)

Misalnya saja, Direktur Walhi Sultra Saharuddin menilai, selain karena intensitas hujan yang sangat tinggi, banjir yang telah menerjang 13 desa di Konut merupakan buah dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan dan perkebunan kelapa sawit.

“Pemerintah harus bertanggung jawab, berapa banyak warga yang harus mengungsi dan berlebaran di pengungsian. Kebijakan sektor pertambangan dan perkebunan harus dievaluasi total, karena tidak sebanding daya rusak dengan kontribusi ke daerah,” tegas Saharuddin saat dihubungi awak Zonasultra via whatsapp, Selasa (4/6/2019).

Sementara itu, Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, Faisal mengungkapkan, dari pantuan citra satelit dan radar cuaca saat ini, hujan dengan intensitas ringan sampai sedang hingga lebat dengan durasi waktu yang lama terjadi di sejumlah kabupaten di Sultra bagian utara.

(Baca Juga : Terisolasi, Ratusan Masyarakat Korban Banjir di Konut Mulai Diserang Penyakit)

Diantaranya, Konawe Selatan (Konsel), Bombana, Kendari, Konawe Kepulauan (Konkep) , Kolaka Timur (Koltim), Kolaka, Konawe Utara (Konut), Kolaka Utara (Kolut), dan bagian utara Buton Utara (Butur) dan Muna.

“Dari hasil prakiraan persepuluh harian, pada akhir juni mendatang berkurang hujannya seluruh wilayah Sultra, karena musim kemarau masuk pada bulan Juli, akan tetapi perlu diwaspadai untuk tiga hari kedepan potensi hujan sedang sampai lebat masih diprakiran terjadi khususnya sultra bagian utara,” ungkap Faisal kepada zonasultra melalui sambungan WhatsApp Mesengger, Minggu (9/6/2019) malam. (A)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Abdul Saban

3 KOMENTAR

  1. Tingginya intensitas hujan di Sultra disebabkan pergerakan awan dari Pasifik yang begitu masif mengarah ke Indonesia bagian tengah dan akan menyebabkan hujan lebat sampai sedang di wilayah Sulawesi khususnya Sulawesi tenggara. Hujan yang terjadi di konut merupakan peristiwa alamiah yang dikiranya setiap 10 tahun. Intensitas hujan yang tinggi akan berdampak pada terjadi banjir karena air hujan yang turun tdk mampu diserap pori pori lapisan tanah dan juga disebabkan alih fungsi lahan oleh masyarakat dari hutan menjadi kebun atau kadang. Secara ekologi terjadi kerusakan lingkungan karena alih fungsi lahan yang tidak terkendali yang disebabkan ulah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti bertani dan berladang. Oleh karena itu perlu ada regulasi tentang alih fungsi lahan oleh masyarakat terutama yang tinggal pada kawasan pinggiran hutan. Oleh karena itu jangan terlalu mudah menyalakan pemerintah seolah olah hadirnya pengelolaan tambang di konut menyebabkan tingginya curah hujan dalam sejarah konut termasuk wilayah memiliki intensitas hujan tinggi sejak puluhan tahun silam hanya saja pada waktu lampau belum banyak perubahan penggunaan lahan atau dgn kata lain alih fungsi lahan masih rendah jadi masyarakat perlu introspeksi diri agar jgn melampaui ambang batas 30 persen dari luas hutan merupakan kawasan serapan air

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini