ZONASULTRA.COM, WANGI-WANGI – Maraknya temuan gizi buruk akhir-akhir ini di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) membuat pemerintah daerah setempat gerah dengan pelayanan kesehatan di daerah itu.
Hal itu menyusul ditemukannya 20 kasus gizi buruk yang terjadi di Pulau Binongko pada saat perhelatan Festival Pulau Tukang Besi beberapa waktu lalu.
Tidak berselang lama, kembali ditemukan kasus gizi buruk yang menimpa Asila, bayi berusia 4 bulan warga Desa Numana, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan (Wangsel), Kabupaten Wakatobi.
Dengan ditemukannya beberapa kasus tersebut, pemda langsung mendatangkan konsultan nutrisi dan penyakit metabolik anak, dr. Aidah Juliaty A.Baso dari Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo Makassar, Sulawesi Selatan(Sulsel).
Baca Juga : 20 Anak di Pulau Binongko Menderita Gizi Buruk
Bukan hanya untuk sekedar menindaklanjuti kasus gizi buruk yang terjadi pada bocah bernama Asila itu, rupanya konsultan nutrisi dan penyakit metabolik anak yang akrab disapa Dokter Aida itu memberi himbauan kepada masyarakat dalam hal pencegahan gizi buruk.
“Sebenarnya kalau kita mau mengikuti dari lahir, 6 bulan pertama itu harusnya bayi diberi ASI ekslusif. Setelah itu 6 sampai dengan 12 bulan ditambah makanan pendamping ASI, nanti setelah 12 bulan baru makanan tambahan, nah kalau itu kita ikuti dengan baik, tidak ada masalah sebetulnya dan harus ada memang follow up tiap bulan,” ungkapnya, Jumat (14/4/2017).
Menurut Dokter Aida, gizi buruk itu butuh proses lama berkembangnya, sehingga dengan Posyandu bisa terkontrol. Harusnya para ibu rutin membawa anaknya ke Posyandu.
“Posyandu itu penting dan sangat dianjurkan untuk mendeteksi dini adanya tanda-tanda gizi buruk jika berat badannya naik bulan ini misalnya, harus ditanya ibunya, konseling gizi, ini apakah sakit, diare dan sebagainya,” terangnya, imbaunya. Jumat, (14/4/2017).
Baca Juga : Tak Punya Biaya, Bayi Penderita Gizi Buruk Kritis di RSUD Wakatobi
Sementara itu, Wakil Bupati Wakatobi Ilmiati Daud mengatakan saat ini sedang berupaya untuk menambah kuota dokter spesialis.
“Kita butuh dokter dan banyak tenaga medis dan mudah-mudah ke depan kita bisa buat MoU dengan Universitas Hasanuddin dalam hal pelayanan kesehatan sembari menunggu bupati untuk kita diskusikan,” bebernya. (B)
Reporter : Nova Ely Surya
Editor : Jumriati