Begini Cerita Selamat Peserta Festival Palu Nomoni Saat Gempa dan Tsunami

2965
Begini Cerita Selamat Peserta Festival Palu Nomoni Saat Gempa dan Tsunami
Begini Cerita Selamat Peserta Festival Palu Nomoni Saat Gempa dan Tsunami

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Matahari baru saja akan kembali ke peraduannya, ketika gempa dengan magnitudo 7,4 skala richter mengguncang Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Jumat (28/9/2018). Tragisnya, tak sampai semenit, Tanah Tadulako ini juga diterjang oleh Tsunami.

Salah satu peserta Workshop Nasional Best Practice Penguatan Peran Tokoh Informasi dan Lembaga Kearifan Lokal di Swiss-Bell Hotel Palu, Jumrad asal Bombana turut merasakan dashyatnya guncangan gempa dan Tsunami di Sulteng.

Ia berada di Pali guna menghadiri undangan Festival Pesona Palu Nomoni bersama dengan tiga peserta lainnya dari Sultra. Ia tiba di Kota Palu pada Jumat 28 September 2018 sore untuk mengikuti seminar yang dilaksanakan 29 – 30 September 2018. Di hari dimana gempa itu terjadi.

Festival Palu Nomoni 2018
Festival Palu Nomoni 2018

Letak hotel yang berada di atas bukit menghadap Teluk Palu, membuat Jumrad menyaksikan langsung bagaimana Tsunami itu datang. Melalui sambungan telepon Selasa (2/10/2018) malam, ia menceritakan mula terjadinya gempa dan tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala.

Setelah berada di hotel, ia menuju ke kamarnya yang berada di lantai lima, usai melakukan registrasi. Kemudian bersiap-siap untuk mandi. Tepatnya 17.56 WITA guncangan itu terasa. Ia spontan berlari keluar, menuju rak televisi di dalam kamar. Ia mencari perlindungan sementara.

Saat gempa sempat berhenti, ia hanya mengambil handphone, kemudian berlari keluar. Di tengah kepanikan ia berlari tanpa alas kaki. Sandalnya hanya ia jepit di ketiak. Tak ada barang yang dibawa. Ia hanya memikirkan untuk menyelamatkan diri.

(Baca Juga : BMKG: Gempa di Donggala 7,4 SR)

“Saya ambil handphone lalu lari keluar, bahkan tak sadar kalau sandal saya jepit di ketiak. Itulah kaki saya sampai luka dan berdarah. Mungkin terkena pecahan kaca,” cerita Jumrad.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Pria asal Bombana ini menuturkan, jika dirinya sempat melakukan siaran langsung melalui handphone. Namun, tak berselang lama jaringan telekomunikasi terputus dan listrik padam. Ia juga menyaksikan bagaimana tsunami itu datang menerjang Tanah Tadulako.

Gempa di Palu donggala sulawesi tengah
Lokasi gempa bermagnitudo 7,4 yang mengguncang Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018). (Foto : tribunnews.com)

Jumrad menuturkan, tsunami pertama yang datang menerjang tidak begitu tinggi. Namun, ketika kembali kedua kalinya ketinggian tsunami diperkirakan 8 sampai 11 meter.

“Hotel itu lokasinya tinggi, sementara air naik sampai di lantai dua. Pas tsunami datang saya sudah berada agak jauh di ketinggian Bukit Silae. Teman-teman yang lain masih berada di hotel,” sambungannya.

(Baca Juga : Korban Gempa dan Tsunami Sulteng Bertambah Jadi 1.234 Orang)

Dirinya sempat terpisah dengan rekannya yang berasal dari Sultra. Ia kemudian bergabung dengan beberapa kelompok adat dan pelaku budaya lainnya di pengungsian Bukit Silae. Akan tetapi, mereka masih terbagi-bagi lagi. Beberapa orang mengungsi di puncak Bukit Silae. Korban lain termasuk dirinya tidur di halaman rumah warga.

Keesokan harinya pasca gempa, tamu hotel sempat kembali untuk mengambil barang-barang. Namun naasnya, tiba-tiba lantai lima hotel itu malah ambruk. Meskipun begitu, tidak ada korban jiwa. Tamu hotel yang terletak di Bukit Silae itu semua selamat.

Ini Kebutuhan Mendesak 16 Ribu Pengungsi Bencana Palu-Donggala
EVAKUASI KORBAN – Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana (BNPB) saat melakukan evakuasi korban gempa dan tsunami Palu-Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng). (Foto: BNPB)

Dia mengungkapkan selama di pengungsian, tak ada makanan, listrik, maupun sambungan jaringan telepon. Bahkan tak ada pelayanan medis. Hingga keesokan harinya (29/9/2019) pun mereka belum mendapatkan makanan dan minuman.

Di lokasi pengungsian, beruntungnya ada salah seorang warga yang memberikan makanan. Sebutnya, makanan itu semula untuk merayakan ulang tahun anaknya. Makanan itulah yang dinikmati bersama sekitar 60 orang pengungsi di tempat itu.

(Baca Juga : Ali Mazi Lepas Tim Satgas Anoa Sultra Bantu Korban Gempa Sulteng)

Selama berada di Palu, Jumrad dan korban lain hanya mengonsumsi roti dan mie instan yang mereka beli sendiri. Tak sekalipun menyentuh nasi. Namun, pada hari Senin (1/10/2018) bantuan berupa nasi kotak mulai tersedia. Sementara sambungan telepon pun baru bisa normal pada Minggu, (30/9/2018) malam.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

“Jaringan tidak ada sama sekali. Handphone masih berfungsi hanya saja tidak ada jaringan. Itu pun kalau SMS hanya untung-untungan saja. Kita hanya SMS hingga bisa terkirim di saat ada jaringan pada hari Minggu itu,” jelasnya.

Korban Tewas Gempa dan Tsunami Palu-Donggala Jadi 832 Orang
Korban tewas gempa dan tsunami di RS Bhayangkara Palu. (Foto: Humas BNPB)

Ia seharusnya kembali berada di Bombana pada Senin, (1/10/2018). Namun, karena kondisi yang terjadi di Palu dan sekitarnya menyebabkan rencana itu harus tertunda. Setelah selamat dari bencana yang terjadi, Jumrad tidak serta merta bisa langsung pulang ke kampung halaman.

Bandara Mutiara SIS Al Jufri yang rusak akibat gempa, melumpuhkan lalu lintas penerbangan di sana. Sehingga, mereka harus mengantri untuk bisa dievakuasi dengan pesawat Hercules milik TNI. Pesawat itu memberangkatkan korban selamat hingga delapan kali dalam sehari menuju Makassar.

(Baca Juga : Fakta Sesar Palu Koro Penyebab Gempa di Sulteng)

“Warga yang akan mengungsi ke daerah lain kurang lebih 1.260, masih ada deret lainnya. Jadi yang di dalam pangkalan bandara itu, kurang lebih 3.000 orang di dalam pangkalan. Itu belum yang di luar bandara sementara antri. Jadi perkiraan kemarin itu kurang lebih 6 ribu sampai 10 ribu orang,” tuturnya.

Setelah mengantri selama tiga hari, akhirnya ia berhasil terbang menggunakan Hercules dengan ribuan orang lainnya, Jumrad akhirnya bisa berada di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa pukul 11.30 pesawat tersebut telah berada di Kota Daeng. Rencananya ia akan kembali ke Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Rabu, 3 Oktober 2018. (A/ SF)

 


Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini