Cerita Keluarga Harmawati : Minta Dibuatkan Kue Ulang Tahun Saat Pulang, Tapi Kini Dia Telah Tiada

Cerita Keluarga Harmawati : Minta Dibuatkan Kue Ulang Tahun Saat Pulang, Tapi Kini Dia Telah Tiada
KELUARGA HARMATI - Ibu almarhumah Harmawati, Siti Asia (tengah, jilbab biru) didampingi dua orang keluarga dekatnya. (Irfan Mualim/ZONASULTRA.COM)
Cerita Keluarga Harmawati : Minta Dibuatkan Kue Ulang Tahun Saat Pulang, Tapi Kini Dia Telah Tiada
KELUARGA HARMATI – Ibu almarhumah Harmawati, Siti Asia (tengah, jilbab biru) didampingi dua orang keluarga dekatnya. (Irfan Mualim/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, ANDOOLO– Suasana duka yang mendalam kini masih menyelimuti rumah orang tua Harmawati. Seorang wanita cantik berusia 21 tahun asal Kelurahan Tinanggea, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), yang ditemukan tewas di sebuah rawa di dusun Tappareng, Desa Lappa Bosse, Kecamatan Kajuara, Bone, Sulawesi Selatan, 15 Agustus 2016 lalu.

Meski jasadnya telah dikuburkan sepekan lalu, namun rumah orang tua Harmawati terus didatangi kerabat dan tetangganya. Mereka tak menyangka jika Arma (panggilan akrab Harmawati) yang merantau bekerja di Sulawesi Selatan akan pergi untuk selamanya.

Ibu korban, Siti Asia (60), benar-benar dibuat terpukul atas kepergian putri semata wayangnya itu. Sejak ia tahu anaknya telah tiada, ia lebih banyak berdiam diri. Saat ditanya soal anaknya pun, wanita tua yang telah ditinggal suaminya karena meneninggal dunia itu sejak beberapa tahun silam, tetap diam sambil menutup matanya.

(Artikel Terkait : Warga Konsel Ditemukan Tewas di Bone)

Wajahnya yang sudah terlihat keriput, hanya bisa tertunduk saat mendengar nama permata hatinya yang hilang itu. “Saya tidak kuat lagi,” ujarnya.

Wanita yang kini menggunakan alat bantu jalan, dua buah tongkat bagi penyokong kedua kakinya ini, hanya bisa pasrah merenung kepergian anaknya. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Sambil dipegang kedua tangannya oleh keluarganya, Siti Asia hanya menganggukkan kepala saat ditannya.

Kematian anaknya, baru diketahuinya setelah dikabari oleh beberapa orang warga setempat sebelum mayat wanita kelahiran Tinanggea itu tiba di rumah duka.

Cerita Keluarga Harmawati : Minta Dibuatkan Kue Ulang Tahun Saat Pulang, Tapi Kini Dia Telah Tiada
Keluarga almarhumah Harmawati

 

Di mata keluarga, Arma adalah sosok yang peramah di lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan alumni SMA Tinanggea itu menganggap semua yang berada dilingkungan keluargannya, sudah seperti saudaranya sendiri.

Seorang saudara sepupunya, Rahma (34) menceritakan, bahwa Almarhumah tidak banyak tingkah. Dia hanya fokus mengurus sekolah dan kuliahnya saja.

Selain itu, almarhumah juga dikenal sebagai orang yang rajin dan ikhlas membantu apabila diperlukan tenaganya, dan juga selalu bersenda gurau dengan warga yang berada disekitarnya.

“Dia itu kuat sekali main-main sama kita ini (keluarga),” kenang Rahma, seraya memejamkan matanya yang mulai memerah itu.

(Artikel Terkait : Dikunjungi Anggota Polisi, Ibu Kandung Harmawati Memilih Diam)

Usai tamat di SMA Tinanggea, Arma melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi di Sulawesi Selatan. Ia memilih kuliah di Kampus Akademi Kebidanan (Akbid) Syech Yusuf Kabupaten Gowa. Ia menamatkan kuliah di kampus itu tahun 2015 lalu.

Sebelum menyelesaikan pendidikan kebidanannya, Arma hanya mengharapkan uang kiriman dari ibunya, hasil jualan warung sembako yang beralamat dijalan poros kecamatan itu.

Setelah menamatkan pendidikannya diakademi tersebut, Almarhumah memilih kerja di kabupaten itu, tepatnya di PT. Bosowa.

“Setiap kali gajian, Arma selalu menggirimkan uangnya kepada ibunya,” ucap Rahma, sepupu almarhumah.

Hasmawati (40), yang juga keluarga dekat almarhumah menuturkan kalau Arma baru bekerja selama empat bulan di perusahaan tersebut.

“Dia minta dibuatkan kue ulang tahun kalau pulang dari sana. Tapi mau dibuatkan bagaimana kalau sudah tidak ada orangnya,” ujarnya, sambil menghapus linangan air matanya yang telah membasahi pipinya.

Sebagai gadis yang berparas cantik, Harmawati tentulah memikat banyak hati pria. Ia diketahui berpacaran dengan seorang anggota polisi berpangkat Brigadir Dua (Bripda) Muhlis, yang bertugas pada Direktorat Sabhara Polda Sulawesi Selatan.

Sayang, kehidupan asmaranya itu tak seindah yang diimpikan banyak kalangan muda-mudi. Ia tewas di tangan pacarnya sendiri setelah dibunuh secara tragis.

(Artikel Terkait : Polisi Pembunuh Bidan Cantik Asal Konsel Ternyata Ingin Melamar Wanita Idaman Lain)

Ia pun dibunuh di kampung halaman sang polisi di Kajuara, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Jasad Arma pertama kali ditemukan seorang warga bernama Rustan (17), yang tengah mengambil sapi miliknya disekitar rawa di dusun Tappareng, Desa Lappa Bosse, pada Senin (15/8/2016).

Saat ditemukan, mayat Arma telah membusuk. Di tubuh korban ditemukan luka akibat sayatan benda tajam. Rustan pun yang dikagetkan sesosok mayat perempua itu, langsung melaporkannya keaparat desa setempat.

Polsek Kajuara, Bone, yang mendapat laporan langsung ke lokasi penemuan mayat. Disamping mayat ditemukan sebuah tas warna merah merk Fendi, yang berisikan foto Korban, alat make up, obat tablet serta BH, yang menjadi petujuk bagi polisi untuk mengungkap identitas wanita itu.

Arma diduga dibunuh sejak beberapa hari setelah jasadnya ditemuka di semak-semak. Hal itu terlihat dari jasad korban yang sudah membengkak dan membusuk.

Keesokan harinya, setelah jasad Arma ditemukan, sang pacar yang seharusnya menjadi pelindung bagi sang hati pujaan, menyerahkan diri ke Polsek Kajuara. Ia pun mengakui telah membunuh Arma.

Seperti dilansir Tribunbone.com, belakangan terungkap jika Bripda Muhlis sengaja membunuh Arma karena memiliki wanita idaman lain yang hendak dilamarnya dengan ‘uang panai’ (mahar) sebanyak Rp.50 juta.

Kini Bripda Muhlis harus berhadapan dengan hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kejinya itu. Ia tak hanya kehilangan seragam polisi, tapi juga dipastikan akan menghuni hotel prodeo dalam waktu yang cukup lama. Sang wanita idaman pun yang hendak dilamarnya, kini kabarnya syok dan hanya bisa pasrah mengurung diri dalam kamar. (***)

 

Penulis : Irfan Mualim
Editor  : Rustam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini